8. A House Is Not a Home

2.4K 372 112
                                    

Minggu ke-11 dari 35

Sekolah adalah rumah kedua, bukan slogan bohong.

Bolos adalah pilihan logis daripada di kelas bengong.

Masa-masa indah SMA dimulai dengan jam kosong.


Tidak menjual rokok pada anak sekolah. Begitu bunyi spanduk baru di warung belakang, menggantikan spanduk iklan obat. Atas desakan Bu Raina, Bu Isma menandatangani kesepakatan itu dan harus memastikan juga siswa tidak nongkrong di warungnya pada jam belajar. Kabarnya, kalau melanggar kesepakatan, Bu Isma akan dilaporkan kepada polisi. Sebaliknya, untuk menunjukkan niat baik, pihak sekolah membuka pintu kecil pada benteng di waktu istirahat, dan menugaskan seorang satpam untuk berjaga. Siswa tidak perlu lagi memanjat gerbang, kecuali yang telat dan nekat.

Arvind menganggap solusi itu cukup adil untuk Bu Isma. Rezekinya tidak berkurang, bahkan warungnya sekarang ramai dikunjungi anak-anak perempuan juga. Aki Idang, ayah Bu Isma, mendapatkan lebih banyak teman mengobrol yang ceriwis. Efek sampingnya, Aki menahan diri untuk tidak merokok di depan mereka.

Semua perubahan itu terjadi dalam dua minggu sejak razia. Lalu, apa pengaruhnya buat Arvind sendiri, terutama dalam hubungannya dengan Ren?

Kalau sebelum razia, Ren memandanginya dengan prasangka, tidak bertanya, dan membuat Arvind uring-uringan sendiri, maka setelah kejadian, ekspresi Ren tidak terbaca, tetap tidak bertanya dan membuat Arvind uring-uringan sendiri.

Namun, karena Ren sudah berbohong demi melepaskannya dari Bu Raina, Arvind menyiapkan jawaban jujur andai Ren bertanya.

Jadi, punya siapa rokok itu? Kenapa kamu lindungi dia?

"Dennis. Sudah buruk Dennis kena razia karena membolos, kalau sampai ketahuan merokok juga, anak itu bisa lebih babak belur lagi dipukuli bapaknya. Aku tahu dari Sam bagaimana Dennis diperlakukan di rumah. Detailnya bikin Papi dan Mami seperti macan ompong dibandingkan dengan bapak Dennis."

Sudah tahu bapaknya begitu, kenapa Dennis membuat masalah di sekolah?

"Hmm.... Sulit menjawab ini. Tapi bayangkan begini. Kamu terseret jeram, timbul tenggelam tanpa harapan. Ular pun bakal kamu raih untuk pegangan."

Sudah tahu Dennis begitu, kamu malah terlibat dengannya. Atau dia juga ular yang kamu raih daripada hanyut?

"Apa aku kelihatan seperti hanyut? Lagian Dennis bukan ular. Dia temanku yang cari-cari pegangan, dan aku lebih baik ketimbang ular. Rokoknya kukantongi. Terbukti hukuman untuk Dennis dari bapaknya lebih ringan."

Jadi, Dennis berterima kasih, lalu berhenti merokok?

"Dia mau berusaha."

Kenapa Dennis tidak melaporkan bapaknya?

"Kamu pikir melaporkan pelaku KDRT semudah melaporkan maling ponsel? Dennis dan ibunya bergantung sama si bapak. Si bapak percaya kekerasan harus dilakukan untuk mendidik anak, dan itu katanya atas dasar cinta. Kalau dilaporkan, apa si bapak bakal diam saja? Siapa yang kira-kira jadi sasaran marahnya? Itu saja sudah bikin urusan ruwet. Aku harus memikirkan cara aman membantu Dennis."

Take My HandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang