Part 3

1.9K 223 29
                                    

Happy reading ~

Pagi itu, Sooyoung bangun lebih cepat dari biasanya. Ia juga tidak memakai aksesoris yang berwarna-warni seperti biasanya, bahkan saat sarapan pun ia lebih banyak diam dan melamun. Hal itu malah membuat Jimin khawatir.

“Soo, kamu kenapa? Sakit?” tanya Jimin lembut.

Sooyoung cuma menggeleng samar, lalu kembali melamun. Jimin mendekati adik semata wayangnya tersebut sambil mengusap rambutnya dengan sayang.

“Atau kamu lagi ada masalah ya disekolah? Cerita sama kakak” pinta Jimin.

Akhirnya setelah berpikir sejenak, Sooyoung menceritakan semuanya pada Jimin.

“Jujur, kakak kecewa sama kamu. Tapi apa boleh buat, semuanya udah kejadian. Sebaiknya kamu terus terang pada gurumu itu, biarpun dia cuma guru pengganti dan usianya sama dengan kakak. Bukan berarti kamu bisa ngerjain dia. Hormati dia sama seperti kamu menghormati guru-guru yang lain, kamu mau kan? Walau gimana pun kejujuran itu penting, kakak percaya kalau kamu bisa” nasihat Jimin sambil tersenyum.

“Iya, Kak. Makasih ya, aku gak akan ngulangin lagi.” balas Sooyoung sambil memeluk kakak kesayangannya itu.

--

Pukul 7 tepat, Taehyung masuk ke kelas XII, dimana semua murid-muridnya menunggu dengan penasaran. Saat datang tadi pagi, ia memakai jaket kulit tebal sehingga tidak ada yang tahu apa yang ia pakai dibalik jaket itu.

Taehyung berjalan seperti biasa, menyapa seperti biasa dan masih tampan seperti biasa. Meskipun sekarang ia memakai kemeja ungu bergaris merah dan dasi hiijau yang meyakitkan mata.

“Pak, saya mau bicara” kata Sooyoung pelan, suaranya bergetar karena malu tapi ia harus tetap maju.

“Ada apa, Park Sooyoung?” tanya Pak Taehyung.

Bukannya bicara, tapi Sooyoung malah maju ke depan kelas. Jennie sendiri tidak tahu apa yang akan dilakukan oleh sahabatnya itu.

“Sebelumnya saya mau minta maaf kepada Pak Taehyung dan teman-teman semua. Saya mau mengakui kesalahan saya, sebenarnya saya melakukan kecurangan dalam ulangan kemarin. Saya sudah membuat kertas contekan agar ulangan saya bisa mendapat nilai 9. semua itu saya lakukan karena ingin menang dari Pak Taehyung, tapi ternyata hal itu tidak membuat saya senang. Saya akui kalau saya memang bodoh dalam pelajaran, tapi lebih bodoh lagi kalau saya melakukan kecurangan. Oleh karena itu, saya siap menerima hukuman apapun dari Pak Taehyung” ungkap Sooyoung panjang lebar dengan mata berkaca-kaca.

“Sebenarnya saya sudah tahu kalau kamu curang, tapi saya membiarkannya karena saya ingin tahu sampai dimana batas kejujuranmu. Tapi ternyata kamu mengakuinya dan itu membuat saya bangga” puji Taehyung, tangannya menepuk-nepuk bahu Sooyoung.

Teman-teman yang lain juga bertepuk tangan untuknya, sementara Jennie mengacungkan dua jempol sambil tersenyum manis. Setelah mengakui kesalahannya, Sooyoung merasa lega dan akhirnya bisa tersenyum lagi. Kejujuran itu memang menyenangkan.

--

“Sooyoung, kamu belum pulang?” tanya Pak Taehyung ketika ia mau mengambil moge-nya dari parkiran.

“Belum, aku sedang menunggu seseorang, Pak” jawab Sooyoung.

“Tapi waktu pulang sudah lewat satu jam, kamu yakin mau dijemput? Atau biar aku antar pulang, sekolah sudah sepi, Soo.” ajak Taehyung.

“Tidak apa-apa, Pak. Biar aku tunggu sebentar lagi, baru setelah itu aku pulang.”

“Baiklah, kalau begitu aku temani sampai jemputan kamu datang ya” Taehyung lalu duduk disebelah Sooyoung, matanya sesekali melirik anak muridnya tersebut. Rambut hitamnya yang lurus bergerak dimainkan angin, kadang Sooyoung menyelipkan anak rambutnya ke telinga. Memperlihatkan wajahnya yang mempesona.

Guru Tampan ✔Where stories live. Discover now