1

27.8K 5.2K 2.6K
                                    

Ayolah, siapa sih yang tidak mau liburan. Semua orang pasti mau, apalagi orang yang sedang sibuk sekolah atau kerja.

Liburan itu perlu dilaksanakan untuk menyegarkan otak dan mengistirahatkan otak. Kalau tidak nanti otak lelah dan berdampak buruk bagi diri sendiri.

Nah, itu yang sedang dialami Seonghwa dan Hongjoong yang merupakan siswa tingkat akhir di sma.

Mereka sedang sibuk-sibuknya ujian serta mengerjakan tugas untuk mendapat nilai agar lulus dengan hasil yang memuaskan.

Walaupun mereka yakin kalau mereka dapat jalur undangan, mereka tetap belajar.

"Woi, udahan kek belajarnya. Gak kasian sama otak?" San datang dengan ngegasnya, membuat Seonghwa dan Hongjoong yang sedang serius belajar terkejut.

"Aduh San, kalo dateng yang kalem dikit napa sih," omel Hongjoong kesal.

"San gak bakalan bisa kalem," celetuk Seonghwa. "Dan pertanyaan lo aneh banget, 'gak kasihan sama otak'. Gue tau kok, tapi kan itu kewajiban siswa tingkat akhir kayak kita. Bentar lagi lo bakal ngalamin itu."

San langsung mencibir Seonghwa. "Iya-iya, padahal gue gak belajar pun nilai gue tetep di atas kkm kok."

Ya, benar sih. San selalu mendapat nilai terbaik di kelasnya. Padahal kerjaannya hanya tidur dan ngerjain orang. Bahkan dia sering keluar-masuk ruang bk karena perilakunya itu.

Tapi, sekolah tidak mengeluarkan dia karena sayang untuk melepas siswa sepintar San yang selalu mewakili sekolah mengikuti olimpiade matematika.

"Tumben lo sendirian, biasanya bareng Wooyoung terus," kata Hongjoong ketika menyadari San hanya sendiri.

"Tau deh dia lagi kemana, dia lagi baper gara-gara Mingi kagetin sampe kejungkal dan jatuh ke got," jawab San kesal sendiri.

"Astaga, Mingi gak berubah, ya." Hongjoong geleng-geleng kepala.

"Oh ya, masalah liburan kita jadi ke tempat yang disaranin Yeosang?" Tanya San yang antusias menyambut liburannya.

"Jadi dong, gue udah sewa villa disana selama 6 hari. Hari ketujuh buat kita istirahat di rumah, makanya kita pulang di hari keenam aja."

Ayahnya seorang musisi, ibunya CEO perhotelan, dan Hongjoong bercita-cita seperti ayahnya. Makanya tajir, mungkin ada yang mau mendaftar ke bagian keluarga mereka.

"Kak Seonghwa, gue mau tanya lebih lanjut soal kejadian di kota sebelah, deh. Yang tentang death note itu." San menarik bangku kosong lalu duduk seraya menunggu Seonghwa menjelaskan.

"Gue gak tau gimana cerita yang sebenarnya, ada yang bilang cerita itu dilebih-lebihkan. Masa orang dibunuh pake buku, aneh banget."

"Tapi temen gue temennya si detektif itu, katanya sih beneran. Ada buktinya juga yaitu buku death note itu sendiri, dia sempet liat nama orang yang ada di dalem buku itu. Dan ternyata, nama meeka sama seperti nama korban yang terbunuh," sahut Hongjoong.

"Horor banget ceritanya, bulu kaki gue sampe berdiri."

Tiba-tiba, suara seseorang berkomentar dan mengejutkan mereka bertiga. Ternyata suara tersebut adalah suara Mingi yang sedang menunjukkan cengirannya.

"Heh, dateng tiba-tiba kayak setan aja lo." San menyikut perut Mingi sampai orangnya meringis.

"Mana ada setan seganteng gue. Kalaupun ada, palingan lo setannya," balas Mingi tak terima.

"Kenapa jadi gue?!"

"Lo kan setan, sering banget ngerjain gue sampe gue teriak-teriak di sepanjang koridor," celetuk Mingi yang mendapat tatapan sinis dari San.

"Udah-udah, berarti liburan kita fix ke desa yang dibilang Yeosang? Kalian gak ada saran tempat lagi?" Tanya Seonghwa menengahi.

"Gue udah sewa villanya loh, lo pikir bisa seenak jidat dibatalin," sinis Hongjoong.

"Gue lupa hehe, maaf ya."

Hongjoong mendengus saja.

"By the way, kalian liat Jongho, gak?" Tanya Mingi ketika ingat tujuannya kemari.

"Enggak, bukannya tadi sama Yunho?" San balas bertanya.

"Yunho bilang Jongho mau ketemu Kak Hongjoong, makanya gue kesini."

"Jongho gak kesini kok, yang kesini malah si Yeosang," kata Hongjoong memberitahu.

"Ngapain si Yeosang kesini?" Mingi mengernyitkan keningnya bingung.

"Minjem gunting buat tugas ekskul, lo sendiri tau anak KIR gimana," jawab Hongjoong seadanya.

"Lah, KIR kan hari jumat, sekarang aja hari Rabu."

Perkataan Mingi membuat Hongjoong tersadar. Ekskul KIR itu hari Jumat, kalau hari Rabu itu ekskul dance. Yeosang memang ikut dance juga, tapi apa hubungannya gunting dengan dance?

"Maaf telat balikin guntingnya, Kak Hongjoong."

Orang yang baru saja dibicarakan datang dengan keringat yang bercucuran. Dia terlihat lelah.

"Dari mana lo?" Tanya San dengan tatapan curiga.

"Biasalah, sibuk ngehias mading."

"Ck, anak jurnalistik mah beda," decak Seonghwa lalu lanjut membaca bukunya.

"Anjir, lo ikut 3 ekskul?!" Seru Mingi kaget.

"Iya, emang kenapa? Gue bisa atur waktu, kok," balas Yeosang santai. "Oh ya, gimana soal liburan? Udah beres?"

"Udah kok, kalian tinggal siapin barang-barang yang mau dibawa. Terus kita bagi dua kendaraan, satu mobil empat orang," jawab Hongjoong sambil membentuk tanda 'oke' dengan jarinya.

"Gue, Wooyoung, Yunho, sama Jongho. Yang nyetir Yunho," kata San.

"Ya udah, kalo gitu sisanya bareng gue. Besok kumpul di rumah gue jam 5 pagi. Yang telat langsung gue tinggal, gue gak suka menunggu."

"Iya, Kak Hongjoong ganteng."

Yeosang tiba-tiba menjentikkan jarinya. "Gue tiba-tiba kepikiran pengen bawa beberapa benda ini deh."

"Apaan?"

"Gue pengen bawa tali, cutter, sama palu. Boleh kan?"

Death Holiday | Ateez ✓Where stories live. Discover now