+

21.6K 3.8K 655
                                    

Bagi yang udah baca, ada tambahan setelah Hongjoong.

Mingi

"Lagi-lagi gue berasa gak dianggap," gumam Mingi sambil mendunduk menatap lantai.

Krieettt

Mingi menoleh ke belakang. Jendela kamar terbuka lebar karena tertiup angin. Tapi kok ada jejak sepatu di kusennya, ya?

"Sejak kapan ada jejak sepatu disitu? Mana ada tanahnya."

Dia jadi penasaran ketika melihat jejak sepatu yang lainnya di luar. Diam-diam dia keluar dari kamar lewat jendela untuk mencari tahu.

"Aduh, sebentar lagi mau hujan, ya?"

Ada perasaan ingin kembali ke kamarnya, tapi dia terlanjur penasaran. Takutnya yang masuk ke kamaenya itu pencuri.

Semakin lama ditelusuri, jejak sepatu tersebut mengarah ke-halaman belakang villa?

"Loh, kok kesini, sih?"

Mingi berdiri di depan pintu sebuah ruangan yang terbuka. Dia baru tahu ada ruangan seperti ini di villa.

Rasa penasarannya tidak dapat dibendung lagi. Dia masuk ke dalam untuk melihat. Tapi sayangnya, dia tidak tahu kalau ada jebakan disana.

Dia menginjak talinya, lalu sebuah kapak melayang ke arahnya, membelah dua tubuhnya dan juga tangannya.

"Siapa suruh seenaknya masuk ruangan orang lain?"

Taehyung bergegas masuk dan membereskan semuanya.





































Yeosang

Hujan turun dengan lebat. Yeosang memang membawa jas hujannya, tapi setelah dilihat-lihat lagi ternyata banyak yang bolong.

Kalau dia pakai tetap saja badannya basah kuyup semua.

"Tau gitu gue gak kesini," gumamnya menyesal.

Yeosang yang merasa bosan berkeliling gubuk. Topinya ia lepas karena panas, cutter dia keluarkan untuk membuat gambar di tanah.

Namun, rupanya ada orang lain di gubuk ini.

Yeosang terkejut ketika berbalik badan, ada Taehyung-yang ia kenal sebagai Seongwoo-berdiri dalam kondisi lusuh dan kotor.

"Loh, Kak Seongwoo kenapa ada disini?"

Taehyung melangkah maju. "Menurut lo, gue kenapa ada disini?"

Merasa ada yang tidak beres, Yeosang menodongkan cutternya dan melangkah mundur.

"Lo pasti bukan Kak Seongwoo."

"Wah, pinter juga nih bocah satu."

Yeosang mendesis pelan ketika punggungnya menabrak dinding gubuk. Gawat, dia terjebak.

"Waduh, gak bisa pergi, ya? Haha, mending lo lihat ke atas, ada apa disana?"

Ragu-ragu Yeosang mendongak ke atas sesuai yang dimaksud. Disaat itu juga, sebuah balok kayu berukuran besar jatuh ke bawah dan menghantam kepalanya.

"Wihh langsung pingsan, langsung gue pindahin aja deh."

Taehyung tertawa, lalu menyeret Yeosang keluar tak lupa mengambil cutternya.









































Hongjoong

Hongjoong membuka kedua matanya ketika suara gaduh mengusiknya. Dia menatap sekelilingnya sebentar. Tanpa sengaja, dia bertatapan dengan mayat Mingi yang melotot padanya.

Sontak saja dia berdiri karena terkejut, membuat Taehyung yang sedang sibuk dengan aktivitasnya tertawa.

"Wah, udah bangun, ya?"

Hongjoong kembali terkejut ketika melihat tubuh Yeosang sudah tidak dalam kondisi yang wajar. Dia arahkan pandangannya pada Taehyung, lalu kembali lagi ke Yeosang.

"Hasil karya gue bagus banget, kan? Sebentar lagi giliran lo, hehe."

"Lo apain temen gue?!"

"Menurut lo gue ngapain?" Taehyung balas bertanya sambil mengendus aroma darah yang ada di pisau yang dia pegang.

Hongjoong bergidik ngeri. Dia ingin berteriak memanggil orang, tapi Taehyung lebih dulu menyela.

"Ruangan ini kedap suara, gak bakal ada yang denger."

Hongjoong bingung harus bagaimana. Jujur, dia takut karena pisau daging di genggaman Taehyung membuat nyalinya menciut.

Apalagi setelah melihat kondisi mayat kedua temannya. Dapat ditebak kalau Taehyung adalah psikopat yang kejam.

"Lo... bajingan gila," umpat Hongjoong dengan berani.

"Ihh kasar, aku gak suka deh." Taehyung cemberut, setelah itu langsung tertawa.

"Gimana ya, kan emang hobi gue," lanjutnya santai.


CRASH!


"ARGH!"

Teriakan Hongjoong membuat Taehyung tertawa puas. Pemuda itu jatuh tersungkur setelah ia melempar pisau dagingnya, membuat kaki kanannya terlepas dari tubuhnya.

"Sakit ya? Utututu, kasian."

Taehyung berjongkok di depan Hongjoong yang mengerang kesakitan akibat kaki kanannya yang terpisah dari tubuhnya.

Kemudian, ia geleng-geleng kepala. "Dasar, gitu doang kok teriak."

Tanpa aba-aba, Taehyung mengambil cutter milik Yeosang dan menancapkannya ke kepala Hongjoong.















































San

"Aduh, kok badan gue gak enak gini, ya? Mana perut gue kayak keaduk-aduk," ringis San sambil berpegangan pada pinggiran kasur.

Sejak tadi siang, dia merasa tidak enak badan. Tidak tahu kenapa, tidak mungkin secara tiba-tiba, kan?

"Sekarang jam dua belas malem, yang lain pasti udah pada tidur. Gue gak enak mau minta tolong."

Dia bimbang, harus keluar dari kamar atau tidak. Karena kepalanya terasa pusing dan sakit. Semakin lama, tenggorokannya terasa sakit dan dadanya sesak.

San panik, membuat nafasnya tersengal-sengal. Dia berpindah pelan menuju pintu. Namun dirinya langsung terjatuh ketika tak lagi berpegangan pada kasur.

Wajahnya memucat, dadanya sesak, sesak sekali.

Dia merangkak sekuat tenaga menuju pintu. Tapi tiba-tiba, seseorang melangkahi tubuhnya dan mendorong meja ke depan pintu.

"L-lo si-siapa? Minggir!"

"Ah, banyak omong."



BUGH!


"Nah, begini lebih baik."

Orang itu dengan santainya pergi keluar lewat jendela sebelum ketahuan, setelah memukul San dengan lampu tidur ke kepalanya.

"Makanya, jangan remehin seorang Kim Taehyung. Untung gue sempet kasih minuman itu ke lo tadi pagi, minuman beracun. Haha!"

































Udah dulu ya :)

Death Holiday | Ateez ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang