10

14.4K 4.1K 1K
                                    

Pagi ini, Wooyoung berniat masuk ke dalam hutan karena penasaran. Firasatnya mengatakan ada sesuatu di dalam sana.

Oleh karena itu, dia diam-diam pergi keluar villa tanpa izin ketika teman-temannya masih tertidur pulas.

Ayolah, kalau mereka tahu akan menghambat semuanya. Dia jadi tidak bisa menyelidiki apa yang ada di dalam hutan.

"Hp gue bawa atau gak usah, ya?"

Setelah beberapa saat berpikir, dia memutuskan untuk meninggalkan ponselnya. Lagipula, buat apa membawa ponsel ke hutan, disana kan tidak ada sinyal.

"Semoga di dalam sana gak ada sesuatu yang membahayakan."

Setelah memantapkan niat, dia melangkahkan kakinya masuk ke dalam hutan, menyusuri jalan setapak yang becek dan penuh daun basah.

Suara langkah kakinya terdengar cukup jelas mengingat hutan tempat dia berada dalam keadaan hening tanpa suara.

Untuk mengurangi rasa gelisahnya, ia bersiul seraya memandang pohon besar di sekitarnya yang terlihat cukup menyeramkan.

"Shh, kenapa habis hujan suasana suka jadi horor, sih?"

Awalnya dia mau mencari sesuatu untuk mengurangi rasa takutnya, namun dia malah tak sengaja melihat sebuah gubuk tua yang diperkirakan sudah berdiri sejak puluhan tahun yang lalu.

Karena penasaran, dia menuju kesana dengan waspada, takut ada hal-hal yang tidak diinginkan keluar dari sana.

Srak    srak  

Suara langkah kaki diiringi suara benda yang diseret membuatnya membeku. Dia langsung bersembunyi di balik pohon besar tak jauh dari gubuk.

Merasa posisinya aman, Wooyoung mengintip dari balik pohon untuk melihat apa yang hendak masuk ke dalam gubuk.

Tapi apa, yang dia lihat adalah tubuh seseorang diseret oleh orang yang tidak asing baginya, hendak dibawa masuk ke dalam gubuk.

Namun orang itu berhenti, kemudian menyeringai pada Wooyoung yang kepergok melihat aksinya.

"Yah, ketauan deh."

















































Brak!

Pintu dibuka secara paksa oleh Wooyoung, menyebabkan bantingan pintu yang cukup keras sehingga teman-temannya yang berada di dalam villa berbondong-bondong menghampirinya.

"Lo kenapa? Muka lo kenapa panik begitu?!" Tanya Seonghwa ikutan panik.

"Gue liat Mingi."

"HAH?!"

"LO GAK BOHONG, KAN?"

"Bentar, lo liat Mingi dimana?"

Sadar kalau San curiga padanya, Wooyoung buru-buru menjawab. "Di gubuk tua di hutan. Kalian semua harus ikut gue sekarang!"

Wooyoung memimpin jalan, mereka mengikuti sambil berlari. Seongwoo yang datang dari arah gerbang menatap mereka dengan panik ketika melihat mereka masuk ke dalam hutan.

"Hei hei hei! Bahaya masuk kesana!"

Teriakan Seongwoo tak digubris oleh mereka, membuatnya mengerang kesal dan memilih pulang saja. Dia ingin memberi tahu sesuatu tapi malah ditinggal sendirian.

Sementara itu, lima orang pemuda ini berlarian menuju tempat yang dimaksud dengan perasaan tak sabaran.

Kecuali San dan Yunho sih, keduanya tampak malas namun penasaran sehingga ikut kesana.

"Itu gubuknya!"

Wooyoung yang sampai duluan langsung membuka pintu gubuk lebar-lebar sampai rusak dan copot. Tapi apa, di dalam kosong!

"Mana Mingi?" Tanya Seonghwa dengan nafas tersengal-sengal karena lelah berlari.

Satu persatu ruangan diperiksa, namun tidak terlihat Mingi dimana-mana. Wooyoung panik, jelas-jelas tadi dia melihat Mingi dibawa kesini.

Tapi kenapa tidak ada?!

"Heh, lo sengaja, ya?" Tanya San sarkas. "Kalo mau cari perhatian gak gini juga caranya."

"Tau nih, bikin orang capek aja," sungut Yunho kesal.

"Gue berani sumpah, tadi gue liat Mingi di-"

"STOP!"

Hening. Tidak ada yang berbicara setelah Hongjoong berseru keras. Matanya yang tajam itu membuat Wooyoung semakin panik.

"Kak Hongjoong, tadi Mingi ada disini. Dia-"

"Lo keterlaluan, Wooyoung. Gue tau lo suka bercanda dan ngeprank kita, tapi bukan disaat kayak gini! Temen lo hilang, lo gak usah jadiin dia sebagai bahan candaan! Otak lo ditaruh dimana, hah?!"

"Udah! Ini hutan, kalian harus jaga etika disini. Lo mau sosok hitam di jendela marah dan ngikutin lo sampe pulang?"

Merinding, itu yang mereka rasakan. Perkataan Seonghwa ada benarnya, ada sosok hitam besar yang menatap mereka dengan mata merahnya.

"G-guys, coba liat ini."

Yunho mengangkat sebuah barang dengan gemetar. Tak hanya dia yang terkejut, mereka semua juga terkejut sekaligus tak percaya.

Barang itu adalah sebuah topi dan topi itu sangat tidak asing. Topi penuh darah tersebut adalah milik Yeosang!

"Jangan bilang Yeosang yang-"

"Gue bilang berhenti! Jangan asal tuduh kalau gak ada bukti!" Seru Hongjoong menyela ucapan San.

Seonghwa terdiam. Entahlah, firasatnya tiba-tiba berubah buruk. Seperti telah terjadi sesuatu. Dia menatap temannya satu-persatu untuk memberitahu.

Satu, dua, tiga, empat, lima. Tunggu, kenapa hanya lima?

Seonghwa menatap kelima temannya. Kemudian ia tersadar akan sesuatu.

Jongho tidak bersama mereka.

"Ayo ke villa sekarang, Jongho gak ada!"





















































Kondisi villa benar-benae berantakan. Barang-barang berserakan dimana-mana, seperti habis diacak-acak.

Tujuan mereka hanya satu, yaitu kamar yang ditempati Jongho.

Mereka belari kesana. Cemas, panik, takut, semua bercampur aduk menjadi satu.

"JONGHO!"

Seketika mereka menyesal telah meninggalkan Jongho.

Karena kondisi Jongho lumayan mengerikan. Perban di kepalanya lepas, banyak luka sayat di pipinya, dan bekas cekikan tangan di lehernya terlihat membiru.

Dan mereka tidak yakin Jongho masih bernafas atau tidak.

Death Holiday | Ateez ✓Where stories live. Discover now