7

15.1K 4.2K 1K
                                    

Yeosang bersiul dengan kedua tangan berada di kantung celana. Dengan santainya dia berjalan di hutan seorang diri, mengabaikan sepatunya yang kotor akibat terkena tanah yang becek.

Langit mulai gelap, awan berwarna abu-abu mulai terlihat, sepertinya sebentar lagi akan turun hujan.

Untungnya sih dia membawa jas hujan, hehe.

"Hutannya bagus juga, gak terlalu serem dan gak terlalu berbahaya," gumamnya seraya menelisik seluruh area di sekitarnya.

"Yang bahaya kalo ada ular atau hewan berbisa lainnya. Karena gak mungkin disini ada harimau. Kalo gitu bagus dong, hehe."

Kalau di hutan ini tidak ada hewan buas seperti singa, harimau, ataupun macan, itu sangat bagus.

Dia bisa bolak-balik keluar-masuk hutan dengan mudah tanpa hambatan sedikitpun.

Karena dia orangnya memiliki jiwa rasa ingin tahu yang berlebihan, dia beranggapan kalau dia harus tahu apa saja yang ada di dalam hutan ini.

Setidaknya hal itu bisa mengurangi rasa gabutnya.

"Wow, lihat apa yang ada disini."

Yeosang berdecak kagum melihat ada gubuk tua tak jauh di depannya. Entah bagian mananya yang membuatnya kagum, yang pasti dia ingin kesana.

Dia melirik ke sana kemari, memastikan kalau tidak ada orang lain selain dirinya. Setelah itu, dia berjalan menuju gubuk tua itu dengan riang.

"Cih, jelek banget gubuknya. Seharusnya nih gubuk udah dihancurin dari jaman dulu," decihnya ketika melihat gubuk tersebut jauh dari kata layak.

Pintunya masih ada sih, tapi sudah agak copot. Tak hanya itu, disana banyak rayap yang membuat Yeosang merinding.

"Tapi, gue penasaran dalemnya kayak gimana."

zrasss

Tiba-tiba hujan turun sangat lebat. Yeosang berdecak kesal seraya menutup kepalanya dengan kupluk jaketnya.

"Ck, terpaksa deh gue berteduh di gubuk ini," decaknya malas sambil berlari masuk ke dalam.




















































"Lama amat joggingnya," cibir San acuh tak acuh sambil rebahan di sofa. "Mana sampe basah kuyup gitu. Makanya, kalo mau hujan tuh cepet pulang."

Wooyoung mengusap wajahnya, menyeka air hujan. Lalu dia mengusak rambutnya yang basah, setelah itu baru ia melepas sepatunya dan meletakkannya di dekat pintu.

"Suka-suka gue dong, bilang aja lo sirik karena gue bukan orang yang gampang nyasar kayak lo sehingga bisa jalan-jalan dengan bebas," balas Wooyoung pedas.

"Daripada lo berisik disini, mending lo ke kamar, Jongho udah sadar."

Mendengar itu, pemuda berambut pirang tersebut sontak berlari ke kamar yang ditempati orang yang dimaksud.

Begitu sampai disana, ternyata ada Seonghwa yang sedang menyuapi bubur kepada Jongho yang melambaikan tangan padanya.

"Kapan lo sadar?!" Pekik Wooyoung gembira.

"Ehm, sekitar sepuluh menit yang lalu," jawab Jongho seraya tersenyum tipis.

Dia sungguh pucat, kasihan dia. Untung dia bangun lebih cepat dari yang mereka duga, kalau tidak entah apa yang akan terjadi padanya.

"Hongjoong belom balik?" Tanya Seonghwa pada Wooyoung, yang dibalas tatapan heran dari pemuda itu.

"Emangnya dia kemana?"

"Tadi lagi beli makanan ke warung, makanan yang kita bawa makanan instan semua, gak baik kalau kita terus-terusan makan itu selama ada disini," jelas Seonghwa.

"Gue kurang tau, tapi tadi sendalnya ada kok. Mungkin lagi ke kamar mandi."

"Ehm, mungkin."

Jongho yang kesepian tiba-tiba bertanya. "Kak Mingi, Kak San, Kak Yunho, sama Kak Yeosang kemana?"

"San ada di ruang tamu, kalau sisanya paling ada di kamar. Lo tau sendiri mereka orang yang suka rebahan di kasur dibandingan beraktivitas," jawab Wooyoung.

"Yang gak suka beraktivitas kan Kak Yunho doang, jangan menyamaratakan deh," cibir Jongho kesal.

"Oh ya, kalian belum ketemu sama Kak Seongwoo, kan? Besok kalo dia dateng lagi kalian harus ketemu dia. Orangnya baik banget, kelakuannya abstrak juga kayak lo semua," celetuk Seonghwa bercanda.

"Loh, emang orangnya dateng kesini?" Tanya Jongho. "Kapan?"

"Tadi pagi, tapi udah pulang setengah jam yang lalu. Dia lagi sibuk ngurusin pacarnya yang lagi sakit, jadi tanggung jawab villa untuk sementara dipegang sama Hongjoong."

Setelah itu hening. Seonghwa sibuk menyuapi Jongho, yang disuapi asik menatap hujan dari jendela, dan Wooyoung bergelut dengan batinnya sebelum akhirnya memutuskan untuk bertanya.

"Mingi menyendiri lagi di kamar?"

Pergerakan Seonghwa terhenti. Ah, rupanya dugaan Wooyoung benar.

"Seperti biasa, Mingi bakal menyendiri setelah perlakuan kalian yang secara gak sadar nyakitin hatinya," ucap Wooyoung sarkas.

"Coba lo cek ke kamarnya," suruh Seonghwa, membuat Wooyoung mendengus.

Dengan malas dia keluar dari kamar menuju kamar sebelah yang tertutup rapat. San yang hendak berbicara pun dia abaikan.

Ceklek!

Wooyoung mengernyit.

Ceklek!

Tangannya yang awalnya santai berubah menjadi gerakan cepat sambil menaik-turunkan gagang pintu karena tidak bisa dibuka. Rupanya dikunci dari dalam.

"Mingi, ini gue Wooyoung!" Teriaknya cemas sambil menggedor-gedor pintu.

Suara gaduh yang ditimbulkan membuat Hongjoong yang baru saja sampai jadi panik dan menghampirinya.

"Minggir!" Seru Hongjoong lantang sambil mengambil ancang-ancang untuk mendobrak pintu.

Jangan salah, tinggi badannya memang paling (maaf) rendah di antara teman-temannya. Tapi kekuatannya tidak bisa dianggap remeh.

"Satu, dua, tiga!"

BRAK!





















































Kedua matanya membulat sempurna saking terkejutnya.

Tidak ada Mingi di dalam. Dan jendela kamar terbuka lebar, disertai jejak kaki penuh tanah di kusen jendela.

Death Holiday | Ateez ✓Where stories live. Discover now