9

14.6K 4.6K 1.6K
                                    

Aku tahu kalian tahu bagaimana cara menghargai seseorang.


Mingi belum juga ditemukan. Malam ini, tidak ada seorang pun yang boleh keluar villa, Seonghwa yang melarang mereka. Jelas San menolak mentah-mentah, karena dia ingin menonton konser idola favoritnya.

Namun sindiran Hongjoong lagi-lagi membuatnya diam, namun hatinya terus memaki temannya itu.

Saat ini, Seonghwa, Hongjoong, San, dan Yunho sedang berkumpul di ruang tamu menunggu kedatangan Seongwoo.

Kemana Wooyoung? Dia ada di kamar menjaga Jongho.

"Aish, Kak Seongwoo kok lama banget, sih?!" Umpat Hongjoong tiba-tiba.

Mereka semua langsung kaget, apalagi Yunho yang ada di sampingnya. Dia hampir terjungkal.

"Rumah pacarnya jauh dari sini, wajar kalo dia lama. Sabar dong," kata Seonghwa menenangkan.

"Yeosang kemana?"

Mendadak atmosfer disana menegang. Benar juga, Yeosang kemana? Seharian ini dia tidak terlihat batang hidungnya.

"Dia pergi kok gak bilang-bilang? Mana belom balik orangnya," tanya San mencoba menghindari topik sebelumnya.

Badan Yunho menegang, mendadak dia memutar otak mencari jawaban bila dia menjadi sasaran pertanyaan nanti.

Karena dirinya tau kemana Yeosang pergi, tapi dia terlalu takut untuk jujur karena Yeosang terlihat tidak main-main ketika mengancamnya.

"Jangan-jangan dia hilang juga kayak Mingi?" Duga Seonghwa. "Gue cuma menduga, jangan negatif thinking dulu, oke?"

"Gak mungkin," sergah Hongjoong sinis. "Tadi pagi gue gak sengaja liat dia pergi pake topi, pasti dia mau pergi ke suatu tempat."

"Jangan-jangan dia yang culik Mingi," celetuk San. Niatnya sih bercanda, tapi malah memancing amarah Wooyoung yang hendak lewat mengambil minum di dapur.

"Apa lo bilang?!"

Dengan langkah lebar, dia menghampiri San lalu menarik kerah bajunya. Tangannya menunjuk San, tak terima mendengar perkataan asal-asalan yang terlontar dari mulutnya.

"Woi, apa-apaan lo! Gak usah asal tarik baju gue, bangsat!" San mencoba mendorong Wooyoung, tapi mendadak tenaga temannya itu jadi kuat untuk menahan keseimbangan tubuhnya.

"Selama ini gue berusaha sabar ya sama semua ucapan lo, tapi kayaknya lo gak bisa dibiarin deh," desis Wooyoung dengan seringaian yang membuat San merinding.

"Udah! Kalian gak inget apa kata Kak Seongwoo? Gak boleh bikin keributan disini!" Lerai Yunho sambil memisahkan keduanya.

San membenarkan bajunya yang sedikit kusut, namun matanya tak bisa berbohong kalau dia ingin memukul Wooyoung saat ini juga.

"Daripada kalian ribut, mending kita ke dapur, gue gak sengaja liat ada orang masuk ke sana," kata Seonghwa.

Sontak hal itu membuat ketiga temannya menoleh. Yang ditatap malah bingung sendiri. Memangnya ada yang salah, ya?

"Sst, jangan berisik."

Entah sejak kapan Hongjoong memegang sebuah palu untuk berjaga-jaga. Dia tampak tidak takut seraya berjalan lebih dulu ke dapur.

Yunho menyusul, diikuti Seonghwa dan San. Wooyoung memilih tetap disana dan menyalakan televisi untuk menonton berita terkini.

Sementara itu, Hongjoong sudah siap untuk masuk ke dapur, ketika terdengar suara kekehan orang yang dia tidak kenal.

"G-gak usah masuk, yuk," ajak San gemetar.

Tak peduli ajakan temannya itu, Hongjoong langsung masuk sambil menodongkan palunya, berniat untuk menakut-nakuti orang yang masuk ke dapur.

Namun, rupanya dia yang takut. Palu di genggamannya terjatuh, dan ketiga temannya berlari meninggalkannya.

Seseorang bertubuh tinggi, dengan kondisi tidak ada tangan kiri dan kaki kanannya, tersenyum lebar menunjukkan lesung pipitnya.

"Hati-hati, dia bisa masuk ke kamar kalian kapan aja. Terus, kalo jendela kamar diketuk jangan dibuka, nanti dia masuk."

"SE-SETAN!"












































Melihat ketiga temannya berlari terbirit-birit dari arah dapur, Wooyoung mengernyitkan keningnya bingung.

"Ada setan woi!" Seru San memberitahu. "Serem sih, tapi ganteng! Sumpah, gue gak bohong!"

Yunho menjitak kepala San karena kesal. "Ganteng dari mananya sih?! Kepalanya hampir lepas gitu masih dibilang ganteng?!"

"Minggir," usir Wooyoung. "Kalian nutupin tvnya, gue jadi gak bisa nonton."

"Halah! Semuanya tidur sebelum setan itu dateng kesini!"

Tanpa aba-aba, San mencabut kabel televisi hingga mati. Wooyoung hendak protes, namun dirinya segera ditarik Hongjoong yang tiba-tiba datang.

Anehnya, pemuda itu tampak pucat dan takut.

"Lo kenapa?"

"Kunci semua pintu dan jendela lalu tidur. Besok pagi, kita cari Mingi dan Yeosang lalu pulang dari sini."

"Kenapa?"

"Ada pembunuh yang ngincer kita. Dan satu hal lagi, villa ini berhantu."



Prang!



Tiba-tiba, gelas di atas meja tiba-tiba terjatuh ke lantai dan pecah. Hongjoong bergidik ngeri dan menarik Wooyoung.

Malam ini, dia memutuskan untuk tidur dengan Wooyoung daripada harus tidur dengan Jongho yang belum sadarkan diri.

Dia takut, sungguh.

"Eh bentar." Wooyoung tiba-tiba menghentikan langkahnya, menatap Hongjoong curiga. "Lo dapet palu dari mana?"

Hongjoong diam sejenak sambil menatap palu yang dia pegang, sebelum menaruhnya di atas nakas.

"Gue ambil dari tas kecil punya Yeosang yang ada di atas sofa."

Death Holiday | Ateez ✓Where stories live. Discover now