15

14.1K 4.1K 1.7K
                                    

"Bang, ojek dong!" Teriak Yunho ketika sampai di pangkalan ojek.

"Ojek? Saya bukan-"

"Anterin saya ke kantor polisi, saya buru-buru nih!" Seru Yunho memotong perkataan pria berjas putih tersebut.

"Kamu gak liat penampilan saya? Saya ini-"

"Aduh bang, kalo mau ngojek gak usah begayaan napa, ayo cepet anterin saya."

Yunho segera naik ke atas motor pria tersebut, membuat si pemilik motor kesal setengah mati. Tapi dia iyakan saja, setidaknya dia dapat duit.

"Kamu yakin mau ke kantor polisi naik motor saya?" Tanya pria itu dengan sebelah alis terangkat.

"Gak apa-apa jauh, yang penting saya bisa kesana!"

Pria itu mendengus kesal lalu menyalakan mesin motornya. Kemudian, motor pun melaju kencang menuju kantor polisi.

"Eh bang," panggil Yunho.

"Apa?"

"Abang kok penampilannya kayak gini? Mau pindah kerjaan, ya?" Ledek Yunho usil.

"Pekerjaan saya memang ini."

"Ohh, udah ngojek berapa lama, bang? Eh, kok berhenti bang?!"

Yunho yang awalnya berniat bercanda langsung panik ketika motor berhenti.

"Bang, kok malah diem aja sih?!"

"Aduh, kamu berisik banget sih. Kita udah sampai di kantor polisi."

Yunho mengerjap-ngerjapkan matanya, lalu menoleh ke kiri, dimana bangunan bertuliskan 'Kantor Polisi Desa Bulleo'.

Sadar kalau jarak villa ke kantor polisi tidak terlalu jauh, Yunho mengerang kesal lalu turun dari motor.

"Aduh, tau gitu gak usah naik ojek, deh," sungutnya lalu segera masuk ke dalam.

Di dalam, suasana sangat sepi dan hening. Para polisi sibuk dengan pekerjaannya, mana wajahnya seram-seram. Yunho kan jadi takut untuk melapor.

Melihat ada laki-laki yang terlihat lebih muda darinya, dia menyikut laki-laki yang sedang membaca buku tersebut, membuatnya terkejut.

"Bisa tolongin gue, gak?"

Laki-laki itu mengernyit. "Tolong apa, ya?"

"Tolong bantuin gue dong, gue mau laporin kasus pembunuhan di villa tempat gue liburan," ucap Yunho memelas.

"Pembunuhan? Dimana?"

"Di jalan XXX, tolong cepet ya, please. Temen gue yang satu lagi nanti keburu mati, huhu."

Laki-laki itu mengangguk-anggukan kepala sambil menutup bukunya. Dia menatap sekelilingnya sekilas, lalu berteriak lantang.

"Ke villa di Jalan XXX sekarang, ada laporan pembunuhan yang terjadi disana!"

Yunho membulatkan matanya ketika para polisi disana langsung bersiap sambil mencari senjata mereka. Sontak dia menoleh pada laki-laki yang lebih pendek darinya yang ternyata sedang menatapnya.

"Oh ya, butuh dokter? Nanti biar saya panggil dokter buat ikut kesana," tawarnya serius.

"B-boleh," jawab Yunho tergagap-gagap.

Laki-laki itu mengangguk seraya mengeluarkan ponselnya. Tapi tidak jadi ketika dokter yang hendak ia panggil berjalan menghampirinya. Ah tidak, lebih tepatnya Yunho.

"Kamu ya, jangan seenaknya tinggalin saya. Kamu gak sopan banget," omel dokter tersebut sambil menjitak kepala Yunho.

"Ish, ganteng-ganteng kok galak banget sih," cibir Yunho kesal.

"Dokter Kim, siapkan peralatan kedokteran, kita meluncur ke lokasi," perintah laki-laki itu.

Kaget? Jelas. Yunho jelas kaget ketika tahu orang yang dianggap tukang ojek ternyata seorang dokter yang bekerja sama dengan pihak kepolisian. Astaga, mau ditaruh dimana mukanya.

"Baik, saya ambil dulu di ruangan saya, ya."

Setelah dokter tersebut pergi, Yunho menatap laki-laki di sampingnya dengan tatapan mengintimidasi.

"Lo kok kelihatan seperti orang yang berpengaruh disini? Lo siapa, dah?"

Mendengar itu, laki-laki tersebut tersenyum tipis sambil menunjuk name tag yang terpasang di pakaian di dada kanannya.

'Detektif Ham Wonjin'


























































Wooyoung mengerang kesakitan ketika luka di perutnya ditendang oleh Taehyung, membuat darah mengalir deras dari sana.

Seonghwa tidak tinggal diam, dia bergerak maju untuk membantu Wooyoung. Tapi Taehyung sadar, dia dengan cepat mengarahkan pisau itu ke arah Wooyoung.

"Lo maju." Taehyung menjeda ucapannya. "Temen lo bakal gue bunuh di depan mata lo, sekarang juga," lanjutnya mengancam.

"Lo yang bakal gue bunuh kalau lo berani bunuh Wooyoung!" Balas Seonghwa dengan mata mengkilat emosi.

"Haha! Lo mau bunuh gue?" Taehyung tertawa. "Senjata lo cuma cutter, kalo gue pisau. Jelas lo bakal kalah."

Sambil tertawa, Taehyung menunjuk Wooyoung yang berdiri tak seimbang dengan pisaunya. Dia tertawa lagi, sungguh kasihan pemuda itu.

"Pintu keluar cuma di belakang gue. Kalo lewat hutan, lo bakal diincar ular karena bau darah lo. Nah loh, bingung kan?"

Taehyung membenarkan kerah bajunya yang berantakan, kekehan menyebalkan keluar dari mulutnya.

"Wooyoung, sebaiknya lo pergi. Luka lo gak bisa dibiarin kebuka kayak gitu, lo bisa kehabisan darah," perintah Seonghwa khawatir.

"Gak apa-apa, gue bisa tahan darahnya supaya gak keluar lebih banyak," balas Wooyoung santai.

Seonghwa khawatir, bibir Wooyoung mulai pucat. Itu pertanda buruk, dia tidak boleh membiarkan luka itu terus terbuka seperti itu.

"Ck, sok banget sih. Nanti mati beneran tau rasa lo," decak Taehyung malas.

Seonghwa segera berpindah posisi ke depan Wooyoung seraya menodongkan cutter yang dia pegang. Dia tahu Taehyung mengincar Wooyoung, dia harus melindunginya.

"Oke, waktu habis." Taehyung meregangkan otot lehernya sebentar. "Gue gak bakal main-main lagi, ya. Kali ini gue bakal bunuh kalian. Nah, gak ada-"





BRAK!






"ADUH!"

Pintu di belakang Taehyung tiba-tiba terbuka secara paksa dan mendorong Taehyung, menyebabkan laki-laki tampan itu jatuh tersungkur ke tanah.

"Ihh, curang banget sih, cari lawan yang setara, dong."

Pemuda yang baru datang itu menggigit apelnya dengan santai, membuat Seonghwa dan Wooyoung menganga tak percaya.

"JONGHO?!"























"Ayo sini maju lawan gue, jangan jadi pengecut," tantang Jongho dengan sudut bibir terangkat, menunjukkan senyuman sinis dan sarkas.

Death Holiday | Ateez ✓Where stories live. Discover now