Chapter 30

3.6K 217 14
                                    

Chapter 30
Perpisahan

Ini sungguh menyiksaku, sungguh. Kenapa Mook harus mengatakan hal seperti ini. Hye milikku dan sampai kapanpun akan tetap seperti itu.

Aku tidak mengatakan ini pada siapapun terlebih istriku sendiri, Hye mi. Wanita malang itu pasti akan sedih. Mungkin jauh lebih sedih dari yang pernah ku bayangkan.

Aku mencoba lebih menghargai waktu saat bersamanya. Aku tidak ingin Hye mi kembali ke dunianya. Aku mungkin egois jika menginginkan hal itu.

Siapapun di dunia ini tidak ingin kehilangan orang yang ia sayangi. Aku tidak tahu kapan takdir akan memisahkan kami berdua. Aku sangat berharap hal itu tidak akan pernah terjadi.

Dan jika bisa, aku ingin mencegah semuanya. Bahkan jika harus menentang takdir Dewa.

" Suamiku?"

Lamunanku buyar.

" Akhir-akhir ini kau sering melamun. Apa ada yang mengganggu pikiranmu?"

Hye mi, jika saja aku bisa mengatakan kegundahan hatiku. Akan ku kulakukan. Tapi jika hal itu dikatakan. Kau dan aku hanya akan menjadi sedih.

" Tidak ada." ucapku dengan senyum terbaik yang ku punya. Hye mi bilang ia menyukai senyumku. Maka dari itu, aku sering sekali tersenyum untuk dirinya.

" Aku hanya memikirkan tentangmu."

" Kau bohong."

Hye mi beringsut kesal. Mungkin dia tahu aku berbohong untuk menyembunyikan sesuatu. Saat ini, kami berdua tengah menikmati suasana musim semi di kolam istana.

Hye mi suka berada di tempat ini. Di tempat ini kami pernah tenggelam bersama. Yaa... Saat aliran waktu menghempaskan kami ke dalam dasar kolam.

" Jae Hoon."

Aku sedikit terkejut saat Hye mi menyebut namaku. Selama ini ia hanya memanggilku dengan panggilan suamiku.

" Akhir-akhir ini perasaanku tidak enak."

Manik mata Hye mi menunjukkan raut ketakutan karena kehilangan. Hye mi, aku harap kau tidak merasakan apa yang selama ini ku pikirkan.

" Ada apa?"

Aku mencoba mengelus pipi Hye mi dengan lembut. Lalu memberikan jejak kasih sayangku pada keningnya.

" Aku merasa... Sesuatu yang buruk akan terjadi."

" Tak ada yang terjadi. Aku ada disisimu." aku berusaha menenangkan Hye mi.

Hye mi tersenyum. Tapi senyum itu bukan senyum yang biasa ia tunjukkan padaku. Itu senyum pilu. Aku tidak suka melihatnya.

Ku raih tubuh Hye mi dalam dekapanku. Ku peluk tubuh istriku dengan kuat-kuat. Aroma wangi tubuhnya ku hirup dan ku simpan baik-baik dalam benakku.

" Aku tidak ingin kehilanganmu, Hye mi." lirihku.

Aku merasakan cengkraman Hye mi pada bajuku terasa kuat. Ia menangis, dan aku tidak suka ini. Aku tak tahan melihat istriku menangis.

" Jae Hoon. Aku merasa waktuku di Joseon akan habis."

" Jangan berkata seperti itu!" marah ku

" Akhir-akhir ini aku melihat bahwa tanganku tanpa transparan."

Hye mi melepaskan pelukanku. Ia mendongak menatapku. Wajahnya sembab.

" Apa aku bisa meminta sesuatu padamu?"

" Tentu saja. Apapun yang kau inginkan!" tegasku.

" Cium aku."

Aku tersenyum. Itu bukan hal yang sulit untuk ku lakukan. Aku menangkupkan kedua tanganku. Meraih wajah Hye mi mendekat.

Lalu mengikis jarak antara kami berdua. Aku mengecup bibir istriku dengan lembut. Lalu mengecap dan melumatnya dengan penuh perasaan.

Semua perasaan aku curahkan pada ciuman ini. Aku akan memberikan sebuah kenangan manis tentang kecupanku pada Hye mi. Sesuatu yang tidak akan bisa ia dapatkan dari lelaki lain selain diriku ini.

" Jae Hoon."

Sesuatu yang terasa dingin mulai ku rasakan. Aku membuka mata dan menyaksikan bagaimana tubuh Hye mi tiba-tiba terlihat transparan.

Tangisnya pecah. Aku mencoba meraih Hye mi. Namun tanganku tak bisa meraihnya. Rasanya hanya mencoba menangkap kumpulan asap.

" Hye mi!!"

Aku tahu hal ini akan tiba. Sekuat apapun aku menyiapkan hati. Aku tetap tidak bisa menerima kenyataan pahit ini. Aku benci yang namanya perpisahan.

Hye mi mungkin menyadarinya. Maka dari itu, ia memintaku untuk menciumnya. Aku berusaha menggapai Hye mi. Tapi sekuat apapun aku mencoba. Semuanya sia-sia.

Sosok Hye mi menghilang dalam pandanganku. Tubuhku merosot dan aku menangis sejadi-jadinya.

" Hye mi. Aku mencintaimu."

.
.
.
.

" Hey?"

Kelopak mata Hye mi bergerak-gerak. Lalu terbuka secara perlahan. Awalnya apa yang dilihat Hye mi tampak buram lalu lama-kelamaan menjadi jelas.

Melalui jendela bis yang transparan. Hye mi bisa melihat Halte bis yang warnanya nampak lusuh berada di depan matanya. Itu halte bis di daerahnya. Warna biru dengan cat yang mulai mengelupas.

Gadis itu tercengang. Ia telah kembali ke masa depan. Waktu di mana ia memang semestinya berada. Hye merasa bahagia. Namun kebahagian itu hanya berlangsung selama beberapa menit, Jae hoon.


Hye mi mengingat suaminya. Apa yang terjadi dengan Jae hoon. Ia telah kembali dan meninggalkan Jae hoon seorang diri di Joseon.

Hye mi termenung dan nampak sedih dengan perpisahannya dengan Jae Hoon di kolam istana. Ciuman Jae Hoon padanya saat itu. Adalah ciuman terakhir yang ia rasakan.

" Nona?" tegur suara bass yang berat.

" Anda tak turun?"

Hye mi menoleh, matanya terasa perih. Bulir-bulir kristal langsung meluncur turun membasahi kedua pipinya tanpa sadar. Semua emosi yang terbendung kini keluar.

" J- Jae Hoon?" ujar Hye mi dengan nada tercekat.

Pria yang duduk di samping Hye mi tampak terkejut. Bagaimana bisa Hye mi mengetahui namanya. Padahal selama perjalanan. Gadis itu tengah tertidur pulas di bahu kanannya tanpa permisi.

Hye mi tersenyum dan Jae hoon yang berada di sampingnya--- ikut tersenyum dengan senyum yang di paksakan.

" Gadis yang aneh." batinnya

Tamat


___////______///___/////______//_____//_____/

Entah apa yang kalian pikirkan tentang ending cerita ini. Tapi beginilah yang terjadi.

ಥ⌣ಥ

The Mysterius Man ( END) Where stories live. Discover now