5

879 79 4
                                    

Jeongyeon tengah membaringkan tubuhnya di kasur kamarnya dengan pandangan mengarah pada langit-langit kamar. Pikirannya kini tertuju pada hubungannya dengan sang pujaan hati.

Sampai kapan ia harus menyembunyikan hubungannya ini pada sahabatnya. Dan apabila ia katakan padanya, mungkin resiko-resiko besar mulai bermunculan.

Jeongyeon menghela nafasnya kasar, permasalahan tentang perasaan ternyata bisa sesulit ini pikirnya.

Jeongyeon mengalihkan pandangannya ketika dering telpon ponsel miliknya berbunyi. Tertera nama sang pujaan hati-Mina-yang muncul tengah menelponnya.

"Ya! Kamu kemana aja?!"

Jeongyeon menghela nafasnya, "Aku ada di apart, maaf gak ngebales. Aku capek."

"Huh? Kenapa? Yaudah, istirahat ya? Nanti kabarin kalau kamu ke café hari ini."

"Iya." Jeongyeon bangun dari rebahannya dan duduk sembari menyandarkan tubuhnya ke belakang, "Mina.."

"Iya, Jeong?"

"Besok kamu pergi sama Nayeon... kan?"

"Huh? Nggak, aku gak mau."

"Mina.." "Jeong.." ucap mereka berdua secara bersamaan.

Terdengar helaan nafas Mina yang terasa sangat berat sekali, "Jeong, aku udah bilang sama kamu, aku gak mau pergi. Kenapa sih?"

"Kali ini aja, ini yang terakhir. Aku mohon," pinta Jeongyeon.

Tak berapa lama, isakkan kecil terdengar dari mulut Mina, "B-bisa gak sih kita ngasih tau dia, Jeong? Aku udah sama kamu kan? Terus kenapa kamu malah maksa aku buat pergi sama dia? Pacar aku itu kamu atau dia sih?!"

"Sekali ini aja, mau ya? Aku janji ini yang terakhir," ucap Jeongyeon.

Tak ada sahutan dari Mina.

"Mina, kamu denger kan?" tanya Jeongyeon.

Mina menghela nafasnya kasar, "Iya, aku denger."

"Kalau git-,"

"Iya, aku mau. Aku pegang janji kamu, ini yang terakhir kalinya kayak gini," potong Mina.

Jeongyeon tersenyum tipis, "Iya, aku janji."

"Yaudah, istirahat ya? Kamu nanti shift malam kan di café?"

"Iyaa, byee Mina."

Setelah panggilan telpon tersebut terputus, Jeongyeon meletakkan ponsel miliknya di kasur. Perasaannya kini terasa sakit. Hatinya remuk, padahal dirinya sendiri yang menyuruh Mina untuk menyetujui ajakkan Nayeon.

Tak berapa lama, isakkan kecil mulai terdengar keluar dari mulut Jeongyeon...

Sedangkan itu, tak berbeda jauh dengan kondisi Jeongyeon, kini Mina tengah terdiam menatap kosong layar ponselnya yang menampilkan wajahnya dan Jeongyeon.

Ini bukan lah pertama kalinya Jeongyeon memintanya untuk menerima tawaran dari Nayeon untuk menemaninya. Sudah yang kesekian kalinya ia melakukan ini, dan setiap kali Nayeon mengajaknya, pasti Jeongyeon memintanya untuk menerima tawaran Nayeon tersebut.

Mina tersenyum kecut, hubungan macam apa yang ia jalani sekarang? Kenapa terasa sangat rumit dan membuat hatinya sakit?

Mina menggelengkan kepalanya, lalu mencoba untuk menelpon Nayeon.

"Halo?"

"Nayeon."

"Kenapa Mina?" tanya Nayeon dari sebrang sana.

With You (✔)Where stories live. Discover now