12

1K 84 13
                                    

Kini jarum jam tengah menunjukkan hampir pukul sepuluh malam. Di lorong rumah sakit, terlihat Jeongyeon tengah berlari dengan tergesa-gesa. 

Setelah bertanya pada suster di resepsionis dimana ruang IGD berada, ia langsung berlari menuju ruangan tersebut dengan tergesa-gesa.

Jeongyeon melihat seseorang yang ia kenal di depan sana tengah menunggu ruangan yang masih tertutup rapat itu.

"Tzu," panggil Jeongyeon lemah.

Tzuyu mendongak, lalu dengan cepat ia menghambur ke pelukan Jeongyeon. Tangis isaknya terdengar jelas sekali di indra pendengaran Jeongyeon.

Jeongyeon mengusap lembut punggung Tzuyu, ia ingin memberikan kekuatan untuk pacar Adiknya itu.

"Kak, i-ini gara-gara a-aku K-Kak, C-Chaeng jadi kayak gini," isak Tzuyu.

"Sssttt, udah ya. Kita berdoa aja buat Chaeng ya." Jeongyeon masih setia mengusap lembut punggung Tzuyu menenangkannya.

Ya, setelah mendapat panggilan telpon ketika di cafe dari Tzuyu perihal kondisi Chaeyoung yang mengalami kecelakaan akibat ditabrak oleh sebuah mobil. Jeongyeon yang mendengar hal itu langsung meminta izin pada bosnya, dan ia pun langsung menuju rumah sakit dengan perasaan yang tidak karuan.

Jeongyeon menuntun Tzuyu untuk duduk sembari menunggu ruang IGD yang masih tertutup rapat.

Setengah jam sudah mereka menunggu, dan tak berapa lama pintu ruang IGD itu akhirnya terbuka.

Tzuyu dan Jeongyeon langsung bangkit dari duduk mereka setelah melihat dokter yang baru saja keluar dari ruangan tersebut.

"Keluarga dari Yoo Chaeyoung?"

"Saya Kakaknya dok," jawab Jeongyeon.

Sang dokter tersenyum tipis, ia menggelengkan kepalanya pelan, "Kami telah berusaha semampu kami. Pasien kehilangan banyak sekali darah saat menuju ke sini, dan pasien juga mengalami luka yang cukup serius."

"Sekali lagi, saya mohon maaf dan turut berduka cita sedalam-dalamnya," tambah dokter tersebut yang kemudian ia membungkukkan badannya di hadapan mereka berdua, lalu meninggalkan Jeongyeon dan Tzuyu yang terdiam.

Tzuyu tidak bisa menahan lagi tangisnya yang semakin kencang. Sedangkan Jeongyeon, ia menatap tidak percaya pada ruang IGD dimana sang Adik ada di dalam sana.

Dan tak berapa lama, Mina bersama Nayeon dan Jihyo datang menghampiri mereka.

Jeongyeon masih tak menyadari keberadaan sang kekasih dan kedua sahabatnya itu. Ia berjalan pelan, dan bersandar pada dinding rumah sakit. 

Sedangkan Mina, Nayeon dan Jihyo kini mulai mengerti. Dapat dilihat dari Tzuyu yang terasa sangat sakit dalam tangisnya.

"Ji, aku ke Jeongyeon ya," ucap Mina.

Jihyo mengangguk, "Gue sama Nayeon di sini ya bareng Tzuyu."

Mina berjalan mendekati Jeongyeon yang berlindung di balik dinding rumah sakit itu. Hatinya terasa sakit melihat Jeongyeon yang seperti ini.

Mina berjalan menuju ke hadapan Jeongyeon yang sedang terduduk lemas itu, "Jeong," panggil Mina lembut.

Jeongyeon mendongak, mata mereka bertemu, dan Mina semakin merasa sakit melihat mata Jeongyeon yang memancarkan kesedihan yang mendalam.

Jeongyeon menggelengkan kepalanya pelan. Mina pun akhirnya menumpukan lututnya di lantai rumah sakit agar bisa menyamakan posisinya dengan Jeongyeon.

Ditariknya tubuh Jeongyeon untuk direngkuhnya, tak berapa lama terdengar isakan kecil keluar dari mulut Jeongyeon yang membasahi bahu Mina. Isakan yang terdengar sangat pilu menurut Mina. 

With You (✔)Where stories live. Discover now