2. Teman Kedua

193 76 93
                                    

"Ragamu tersenyum tapi tidak dengan hatimu"

***

    "Yaudah yuk kita ke kelas" ajak Mahendra setelah selesai makan.

    Aku yang masih terduduk menarik tangannya yang sudah berdiri. "Ndra, nanti aja ya" pintaku

    "Kenapa?"

    "Aku masih pengen di sini"

    "Tapi dari tadi udah bel lho, Mbun"

    "Ehm gimana ya..." ucapku masih ragu

    "Kenapa si? Embun gak mau belajar?"

    "Aku nggak suka di kelas"

    Mahendra balas menggenggam tanganku. Memberi isyarat lewat matanya untuk berdiri. "Ayo aku temenin"

    "Masuk ke kelas juga?" tanyaku bersemangat,

    "Ya kali Mbun..." Aku memasang wajah pasrah. Menuruti perkataan Mahendra untuk segera masuk menuju kelas.

    Di depan pintu kelas, aku enggan untuk masuk. Memaksa Mahendra untuk ikut masuk  juga tentunya.

    "Ayo masuk!!" Aku memaksa Mahendra masuk yang padahal kita aja beda gedung. Aku manarik-narik baju seragamnya agar ikut masuk bersamaku.

    "Terus?" Mahendra menunjuk dirinya. "Nanti aku absen dong di kelasku"

    "Ihh gapapa. Nanti kan bel istirahat kamu balik ke kelas kamu"

    "Tetep nggak" Mahendra menggeleng pelan

    "Sekali 'ini' aja. Yaa please..." aku menyatukan kedua telapak tanganku

    "Udah sana masuk" Mahendra memutar punggungku dan mendorong pelan agar masuk ke kelas.

    Mahendra balik kanan, pergi meningglkan kelasku.

***

Pelajaran fisika. Aku sibuk mendengarkan rekaman dari tape recorder milikku. Karena aku duduk di meja paling belakang, jadi tidak kelihatan kalau aku tidak mendengarkan guru tersebut sedang menjelaskan.

    "ARA! Ngapain kamu di belakang?!" Aku refleks menyembunyikan tape recorder ke dalam tasku dengan gerakan secepat mungkin.

    "Hah! Nggak bu... sa-saya nggak ngapa ngapain. Eh, me-maksudnya saya mendengarkan Ibu menjelaskan"

    "Jangan bohong kamu!!"

    Aku terlonjak kaget. "Nggak bu saya nggak bohong"

    "Baik sekarang kita lanjutkan. Sampai di mana tadi materi kita. Kalau masih ada yang tidak mendengarkan lebih baik keluar kelas saja" Guru tersebut mulai melanjutkan materinya.

    "Syukurlah... Ia tidak menyita tape recorderku ini" gumamku mengelus dada, lega karena guru fisika itu tidak melihat apa yang kupegang sebelumnya.

 "Kalau dipersilahkan keluar kelas lebih baik tadi aku di kelas Mahendra saja" gerutuku yang tak lama terdengar bel sangat keras.

Semua murid berhamburan keluar dari kelasnya. Aku bergegas pulang. Seperti biasa naik bus dan turun di persimpangan dekat rumah.

***

    Aku bergegas naik ke atas rumah pohon terlebih dahulu untuk menenangkan pikiranku yang sedang kacau. Ternyata ada Mahendra sudah lebih dulu berada di atas sana.

If You Love Me✔Där berättelser lever. Upptäck nu