5. Berterima Kasih

124 55 53
                                    

Kalau menurut kebanyakan orang berterima kasih itu hal sulit untuk diucapkan

Namun menurutku yang sulit itu mengikhlaskan apa yang telah pergi dari bumi
°°°




Hari ini sekolah pulang lebih cepat dari biasanya karena ada rapat guru katanya. Aku menyusuri koridor sambil memikirkan akan pergi kemana aku kali ini. Bosan, terus terusan berada di rumah.

Aku teringat pada seseorang. Ya, temannya Mahendra. Dengan cepat aku balik arah, memutuskan untuk ke kelas Mahendra yang baru saja aku lewati barusan.

"Ndra, mana teman kamu yang na-"

"Farel?" aku mengangguk, "dia nggak masuk"

"Yaaah" kataku menunduk tak bersemangat.

Mahendra tersenyum mengelus suraiku, "Kita kerumahnya" Mahendra berjalan keluar dari kelasnya yang sudah mulai sepi, mendahuluiku.

Aku mengangkat kepala bersemangat, "hah, sekarang?"

"Besok" jawab mahendra sambil terus berjalan.

Tidak ada jawaban, Mahendra menoleh ke belakang lalu tersenyum "iyaa sekarang lah"

Aku berjalan agak cepat menghampiri mahendra yang sudah beberapa langkah berada di depanku. "Yeay..." senyumku mengembang.

Bagiku berterima kasih itu penting. Walau hanya dua kata tapi bermakna besar. Ada beberapa orang di dunia ini cukup sulit untuk mengungkapkannya, tapi aku yakin itu tidak sesulit yang kalian bayangkan.

Ketika sudah sampai di depan rumah Farel, satpam segera membukakan gerbangnya. Mahendra membawaku hingga ke depan latar rumah Farel.

Mahendra membuka helmnya dan aku segera turun dari motornya. Mahendra sudah melangkahkan kakinya ke rumah itu. Namun aku masih terdiam membisu menatap rumah Farel yang besarnya luar biasa.

"Woii" Mahendra melambai-lambaikan tangannya di depan wajahku sambil menatapku dengan kepala yang dimiringkan.

"Eh, i-iya" aku tersadar dari lamunanku dan segera mengikuti langkah mahendra.

Mahendra menekan bel beberapa kali. Saat bel ketiga kalinya di tekan seseorang muncul dari balik pintu. "Eh Mahendra. Ada apa datang ke sini?" ucapnya.

"Iya tente, ini Mahendra mau ketemu sama Farel" senyum Mahendra pada wanita yang disebut 'tante' itu.

"Eh ini siapa? Pacar kamu?" matanya kini menatapku sambil tersenyum ramah.

"Bukan tante bukan. Ini Embun, temennya Mahendra" jawab Mahendra cepat.

Aku segera menyalami punggung tangan wanita itu. "Ara tante"

"Lho kok, tadi kata Mahendra namanya Embun. Yang mana yang benar?" ucapnya mengernyitkan dahi.

"Iya itu nama saya juga tante-"

"Panggil tante Gita" potongnya cepat.

"Iya tante Gita" aku tersenyum kikuk.

"Ahh iya, ayo kita masuk bicara di dalam, tante sampai lupa" wanita itu mempersilahkan aku dan Mahendra untuk segera masuk.

If You Love Me✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang