[15] - Elang Prasetya

436 84 17
                                    


Sepasang sepatu converse berwarna putih itu berpijak pada tanah untuk menopang berdirinya motor sport yang ditumpangi. Usai jagoannya terparkir dengan rapi diantara motor lainnya, lantas lelaki dengan kacamata hitam yang bertengger di hidung mancungnya itu turun dari atas sana.

Sesudah melepas helm si pelindung kepala dan kacamatanya, netra bak elang lelaki itu bergerak menyisir menatap gerbang sekolah SMA Bimasakti. Sudut bibirnya terangkat membentuk senyuman yang tampak begitu menawan, kedua kakinya mulai melangkah memasuki pelataran sekolah yang tujuh bulan lalu pernah menjadi pijakannya.

Bola mata lelaki itu terus bergerak menelusuri setiap sudut gedung sekolah yang sudah banyak berubah. Kehadirannya begitu menarik perhatian para siswa-siswi yang berlalu lalang, beberapa diantaranya berbisik membicarakan lelaki itu.

Sesekali dia tersenyum pada setiap siswi yang menatapnya, lalu membuat mereka semua salah tingkah. Mereka semua pangling dengan lelaki itu yang semakin tampan, tak heran jika dia salah satu most wanted pada masanya.

Karena tak fokus, tiba-tiba lelaki itu tersentak saat tak sengaja menabrak seorang gadis hingga terhuyung, refleks tubuhnya menangkap gadis itu agar tak terjatuh.

Anggap saja seperti adegan film drama romantis yang sukses membuat jantung berdesir. Cukup lama mereka bertukar pandang. Gadis tersebut pun akhirnya menegapkan tubuhnya dan bergerak menjauh.

"M-maaf, gue nggak sengaja." Kata gadis itu sedikit grogi, gadis tersebut adalah Rere. Ia merasa tak nyaman dengan suasananya yang begitu akward.

Lelaki tersebut menggeleng, "gue yang minta maaf, kan gue yang nabrak lo. Lo nggak papa?" Tanyanya memastikan, sorot matanya menatap begitu lekat.

Rere menggaruk tengkuknya yang tidak gatal, "nggak papa. Ya udah gue duluan ya." Rere ingin melesat pergi sebelum semakin canggung, namun mendadak pergelangan tangannya merasa tertahan. Rere menoleh kembali menatap lelaki itu, alisnya tertaut tanda bingung.

"Boleh minta anterin gue ke ruang kepala sekolah? Gue lupa."

"Lupa?"

"Oh ya, gue sebenernya murid lama di sekolah ini. Gue baru balik dari New York setelah tujuh bulan."

Rere termenung, pantas saja ia tak pernah melihat lelaki tampan ini berkeliaran di lingkungan sekolah. Setelah berpikir sejenak, Rere pun mengangguk menyetujui. "Ehm okay, ayo ikut aku."

Senyuman lelaki itu mengembang sempurna, lantas mulai berjalan berdampingan mengikuti langkah Rere.

"Kenalin nama gue Elang Prasetya, panggil aja Ganteng." Lelaki bernama Elang itu mulai mengenalkan dirinya pada Rere sembari tersenyum percaya diri. "Lo nggak kenal gue? Gue salah satu cowok populer disini saat dulu."

Rere menoleh ke arah Elang, "eh? Aku baru dua bulan di sekolah ini."

"Oh, murid baru?"

Rere mengangguk, "aku Claretta Valerie, panggilnya Rere."

Elang memicingkan matanya, "nama lo bagus-bagus Claretta, kenapa di panggilnya Rere? Kenapa nggak Retta aja? Kan bagus tuh."

"Aku dulunya di panggil gitu, tapi banyak orang yang kalau nyebut cuma huruf depannya 'Re' aja. Jadi kalau aku dipanggil nggak nyahut, mereka panggil double dan terbentuklah nama 'Rere'. Semuanya jadi suka manggil gitu, aku pun nyaman dan nggak keberatan." Jelas Rere riang, sifat on goingnya mulai terbuka.

Elang manggut-manggut paham, setelah berjalan mengelilingi sekolah. Akhirnya mereka sampai di depan pintu ruangan kepala sekolah.

"Makasih ya, udah mau nganterin gue."

PAYUNG & HUJANWhere stories live. Discover now