20. Kehilangan

8.4K 610 21
                                    

Sebaik-baiknya bacaan ialah Al-Qur'an.

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَٰنِ الرَّحِيمِ

Kadang manusia harus sampai titik kehilangan, agar mengerti tentang kehadiran, kasih sayang, dan kesetiaan.

—Untukmu Imamku—

***

Merelakan seseorang yang sangat berarti dalam hidup adalah sesuatu yang sulit dilakukan. Ada perasaan sedih yang teramat dalam dan disertai rasa kesepian. Semua perasaan yang rumit itu seakan mengisyaratkan bahwa kita sedang merasa kehilangan.

Seperti yang dirasakan oleh Maira, kehilangan. Rasanya Maira ingin berteriak di telinga Alvin bahwa dia mencintainya sangat mencintainya. Maira ingin mengungkapkan semuanya kepada Alvin tapi, mengungkapkan perasaan yang bagaimana? Ingin mengungkapkannya pada siapa? seseorang itu telah pergi, dia hilang, hilang diwaktu yang tidak tepat.

Alvin benar-benar hilang disaat hati Maira sudah jatuh cinta atas perlakuan manisnya, perlakuannya jahilnya, perlakuannya yang membuat Maira akhirnya menjatuhkan hati kepada kekasih halalnya itu.

Tidak ada satu kata yang tepat selain, Rindu. Ya, pria itu, kekasih halalnya, pria yang dititipkan Allah untuk Maira, tapi Maira tidak bisa menjaganya dengan baik. Selama enam bulan terakhir Maira malah bersikap seenaknya pada Alvin, apakah Alvin membalas perlakukan yang tidak enak kepada Maira? Tidak, jawabannya tidak. Kehilangannya membuat Maira sadar bahwa yang bersama saat ini tidak akan selamanya menjadi milik kita.

Andai waktu bisa diputar kembali, pasti Maira akan memperbaiki hubungannya dengan Alvin. Andai Maira sadar, bahwa Alvin memang laki-laki yang dititipkan Allah untuknya. Andai dulu egonya tidak sekeras batu pasti semuanya tidak akan seperti ini, semuanya akan baik-baik saja. Dan andai Alvin masih di sini, di sampingnya, memeluknya erat, Maira tidak akan melepaskannya lagi. Tapi, itu hanyalah kata andai. Kata andai sekarang tidak berguna untuk hidupnya, semua hanya tersisa kenangan, semua hanya tersisa penyesalan. Rasa itu, rasa bersalah, bersalah kepada Alvin terus saja menghantui Maira. Kepingan-kepingan kenangan terindah bersamanya hanya sekejap mata. Oh Allah tidak ada pria lain yang bisa menggantikan Alvin di sisi Maira.

Sudah genap satu Minggu Alvin meninggalkan Maira. Selama di Kalimantan, tidak ada info apa-apa tentang Alvin. Pria itu seolah-olah hilang, hilang ditelan bumi. Maira tidak tau apa yang harus dilakukan setelah ini, hatinya ikut terbawa, terbawa oleh Alvin.

Kalau tidak dengan paksaan dan bentakan dari Abi Yusuf, Maira tidak akan pernah meninggalkan Kota Kalimantan ini. Maira akan pulang kalau Alvin sudah ketemu, Maira akan pulang bersama Alvin tapi tidak bisa, di Kota ini tidak ada sanak saudara yang Maira kenal. Mau tidak mau Maira harus pulang ke Bandung dengan perasaan sepi dan hampa.

"Mammy..... Capik angen Daddy......"

Rengekan dari Syafiq membuat Maira tersadar dari lamunannya, Maira segera menghapus bekas air matanya karena tidak ingin Syafiq melihatnya menangis, Maira harus menguatkan putranya dan bertahan hidup untuk Syafiq.

"Mammy juga kangen sayang..." dipeluknya Syafiq dalam dekapan Maira lagi-lagi air matanya tumpah karena Maira tidak dapat membendung lagi. Hatinya terlalu perih membayangkan wajah Alvin, wajah bahagianya, wajah penuh canda tawanya. Selama Maira hidup bersamanya tidak pernah Maira melihat atau mendengar keluhan dari Alvin, pria itu banyak memberi pelajaran  hidup untuk Maira.

Untukmu ImamkuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang