23. Bendera Perang

6.7K 401 3
                                    

Sebaik-baik bacaan ialah Al-Qur'an.

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَٰنِ الرَّحِيمِ

***

"Loh, kamu ngapain di sini?" tanya Dokter Fakhri, raut wajahnya bingung.

"Saya habis kerja kelompok, Dokter sendiri ngapain di sini?"

"Ck, ini rumah saya."

"Loh jadi Farah ini adiknya Dokter?"

"Iya, kamu juga teman kampusnya Farah?" Dokter Fakhri melirik ke Farah seolah minta penjelasan.

"Iya Kak, Maira teman aku," sahut Farah.

Dokter Fakhri berdecak pelan, "Kenapa kamu nggak bilang kalau punya teman secantik dia?"

"Ckck apansih Kak, sejak kapan Kakak raja gombal?! Biasanya juga cuek!"

"Sejak ketemu dia," Dokter Fakhri menaik-turunkan alisnya ke arah Maira sedangkan Maira melirikkan mata tak suka, "Apaansih Dok, udah ah saya mau pulang."

"Kamu nggak dengar suara adzan? Salat dulu, setelah itu baru pulang," nasihatnya.

Maira membenarkan ucapan Dokter Fakhri, lalu mereka melangkah menuju musholla untuk menunaikan salat magrib.

°°°°°

Sungguh, Maira benar-benar kesal kepada kedua temannya itu. Mereka itu apa-apaan? Mau menjodohkan Maira dengan Dokter Fakhri? Tidak bisa! Di hati Maira hanya ada Alvin seorang, titik!

Karena ulah Zifa dan Farah malam ini Maira semobil dengan Dokter Fakhri, Dokter yang menurutnya sangat-sangat menyebalkan. Mereka membuat rencana agar Maira diantar pulang oleh Dokter Fakhri dan akhirnya rencana mereka berhasil, mereka senang, Maira sebal.

Well, Farah memang tidak tahu kalau Maira sebenarnya sudah menikah. Karena pernikahan Maira dan Alvin sembunyi-sembunyi, alhasil yang tahu hanya saudara dan kerabat terdekat.

"Rumah kamu masih jauh?" tanya Dokter Fakhri memecah keheningan.

"Hmm."

"Jangan cuek gitu, saya gemesh liatnya."

"Apaansih, nggak lucu tauk!"

Dokter Fakhri tertawa, "Jawab yang benar, rumah kamu masih jauh atau enggak?"

"Sebentar lagi sampai, setelah warung, belok kanan."

Dokter Fakhri manggut-manggut mengerti, bibirnya membentuk senyuman. Sepertinya ada yang lagi jatuh cinta nih, hmm.

"Ini rumahmu?" tanya Dokter Fakhri ketika mobil yang dikemudikannya  berhenti tepat di depan rumah bercat putih.

"Iya Dok, iyauda saya masuk dulu, terima kasih tebengannya," tanpa menunggu lama-lama lagi Maira segera turun dan masuk ke dalam rumah.

"Hey saya nggak disuruh mampir?" teriak Dokter Fakhri tapi tidak ada sahutan dari Maira karena Maira sudah masuk ke dalam rumahnya.

Untukmu ImamkuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang