UI VERSI NOVEL PART 1

1.7K 90 35
                                    

©Ardita
Lampung Selatan, Minggu 18 Oktober 2020

Bismillah, semoga kalian suka yaa!!

Happy reading><

[]

Setelah bergulat dengan tugas kuliah yang membuat kepala terasa pecah, kini dua wanita yang kerap disapa Maira dan Zifa pulang ke kota kelahirannya.

Sungguh, mereka sangat bahagia. Akhirnya hari yang ditunggu-tunggu tiba juga. Mereka sudah merencanakan semuanya untuk berlibur di kota kelahiran. Mulai dari Gramedia, Masjid Al-Furqon Lampung, dan taman wisata lainnya.

Tapi siapa sangka? Hal yang sudah mereka rencanakan serapih mungkin itu gagal. Semua gagal total karena di perjalanan Maira menabrak seorang laki-laki yang sedang menyebrang jalan. Berakhirlah Maira di sini, di rumah sakit menunggu laki-laki itu selesai diperiksa.

Maira berharap laki-laki itu baik-baik saja dan semoga tidak ada luka yang terlalu parah. Tapi saat kecelakaan tadi banyak para warga bilang kalau kemungkinan kakinya patah, karena kaki mas-mas itu terinjak ban dan posisinya Maira ngebut. Sungguh Maira tidak bisa berhenti menangis membayangkan itu, gimana jadinya kalau kaki mas-mas itu beneran patah? Astaghfirullah Maira berpikirlah positif!

Setelah menunggu hampir satu jam barulah laki-laki itu keluar. Tunggu. Dia pakai kursi roda? Iya benar dia pakai kursi roda. Apa jangan-jangan? Tidak ingin berpikir negatif Maira langsung berlari menghampiri laki-laki itu.

"Astaghfirullah, pakai kursi roda? Kakinya gak kenapa-kenapa kan Dok?" tanya Maira khawatir sekaligus terkejut.

"Kaki Mas Alvin hanya terkilir Mba, tulang kakinya bergeser akibat pijakan ban motor yang sangat kencang. Untuk saat-saat ini Mas Alvin harus menggunakan kursi roda. Kurang lebih sampai satu bulan untuk masa pemulihan," jelas dokter.

"Tapi masih bisa sembuh kan Dok?" tanya Maira lagi, dia benar-benar merasa bersalah.

Dokter itu mengangguk mengiyakan, lantas pergi setelah memberi masukan untuk pengobatan kaki Alvin. Dokter bilang kalau Alvin harus sering cek up keadaannya.

"Hey kamu, siapa namamu?" tanya Alvin, nada suaranya terdengar ketus.

"Saya Mas?" bingung Maira, pasalnya Alvin seperti menunjuk Zifa tapi pandangan matanya ke arah Maira.

"Iya kamu."

"Panggil saja Maira Mas."

Alvin mengangguk, "Panggil saya Alvin, jangan pakai embel-embel Mas. Saya bukan suami kamu," ketusnya.

"Ah iya M..mas, eh Alvin..."

"Tulang kaki saya bergeser gara-gara kamu, dan saya harus menggunakan kursi roda ini juga gara-gara kamu. Dan pasti semua pekerjaan saya terlantar. Jadi mau gak mau kamu harus tanggung jawab."

"Loh tanggung jawab gimana ya M..Mas eh Alvin?" bingung Maira. Dia sudah membawanya ke rumah sakit, lantas tanggung jawab yang bagaimana lagi?

"Kamu harus rawat saya selama satu bulan, kalau bisa sampai saya sudah bisa jalan lagi. Kamu harus antarkan saya untuk cek keadaan. Dan kamu harus selalu siap jika saya butuh bantuan kamu."

"Loh? Gak bisa gitu dong Vin, Maira juga punya kehidupan. Mentang-mentang dia salah kamu gak berhak jadiin dia pembantu kamu," sahut Zifa tak terima.

"Saya bicara sama teman kamu, jadi tolong kamu diam," ketus Alvin menatap tak suka ke arah Zifa.

"Heh Masnya bukan karena kita salah kamu bisa seenaknya sama kita apalagi sama Maira. Satu bulan itu bukan waktu yang sebentar!" sahut Zifa berapi-api.

Untukmu ImamkuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang