BTS #1: Pointing The Dots

140 19 51
                                    

Behind The Scene #1: Pointing The Dots

Bismillah.

Membangun cerita itu seperti membangun rumah tempat para karakter kita beraktivitas sehari-hari. Kita akan berpikir soal fondasi bangunan, rangka, tembok, atap, pintu, jendela, hingga ke segala pernak-pernik dekorasinya. Namun, sebelum berbicara tentang bangunan tiga dimensi apalagi empat dimensi yang utuh, mari kita sederhanakan lebih dulu konsepnya. Seperti apa pun bentuk bangunannya, semua dimulai dari gambar draft, rancangan awal yang paling kasar. Sesungguhnya setiap gambar dimulai dari serangkaian titik-titik yang kemudian kita hubungkan menjadi garis. Connecting the dots.

But before connecting the dots, jelas kita harus membuat dulu bulatan titiknya, dan menentukan di mana titik itu bakal dibuat. Pointing the dots. Yang kumaksud dengan titik-titik di sini adalah patokan awal cerita.

***

Harukaze no Sekai sudah membuatku galau sejak lebih dari sepuluh tahun yang lalu. Kini ketika wujud mereka sudah semakin nyata, ada banyak yang ingin kusampaikan, ada banyak yang harus diriset, tapi aku harus mulai dari mana?

Aku mulai dari tokoh Mikoto karena dialah biang kerok awal kegalauanku untuk cerita ini, huh! Selama ini aku membayangkan Mikoto sebagai cewek jutek berwajah hampa yang kebanyakan momen hidupnya diisi dengan fase depresi dan beberapa kali percobaan bunuh diri. Tapi aku belum menemukan latar belakang hidupnya secara lengkap (sampai-sampai posisinya sebagai tokoh utama pun akhirnya tergeser oleh tokoh Makoto).

Yang kutahu dia adalah anak yatim piatu di panti asuhan yang bahkan tidak punya jejak ingatan soal orangtuanya sendiri. Ia mengalami bullying dan pengasingan dari teman-teman sebaya karena auranya yang super-duper kelam. Apa pun yang terjadinya padanya, pastinya sangat parah karena sampai membuat dirinya menggores-gores kulitnya sendiri. Untuk hal ini rasanya aku ingin berhati-hati sekali. Aku nggak mau drama hidup Mikoto jadi terkesan lebay dan dibuat-buat. Seolah Mikoto sengaja dibuat ngenes hanya demi meraih simpati pembaca. Lagipula Mikoto enggak mau dikasihani, dia maunya sih... ya... langsung mati (HADOOOH).

Renungan hidup Mikoto dari dasar sanubari: 

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Renungan hidup Mikoto dari dasar sanubari: 

"Kenapa authorku begini??? Gini amat jadi tokoh fiksi???"

Bagaimanapun tidak semua anak yatim piatu ingin bunuh diri.

Pun tidak semua korban bullying sampai benar-benar ingin mati.

Alasan kebahagiaan maupun ketidakbahagiaan seseorang bisa jadi adalah misteri.

Sebagaimana manusia punya alasan kuat untuk hidup, mereka yang ingin mati pun biasanya juga punya alasan yang kuat.

Mengapa Mikoto di-bully? Di-bully-nya sampai seperti apa? Apa Mikoto sendiri sudah sadar atau tidak sadar memprovokasi para pembullynya?

RISET Harukaze no Sekai - The World of HarukazeWhere stories live. Discover now