Okinawa ni Mensooree #2: Beni Imo - Cita Rasa Ubi Ungu Dari Okinawa

27 1 16
                                    

Uchinaa nkai Mensooree #2: Beni Imo - Cita Rasa Ubi Ungu dari Okinawa

Saat SMA dan kuliah, aku pernah mengunjungi Gunung Kawi pada tanggal 1 Suro untuk menyaksikan acara Kirab Sesaji. Saat itulah aku mengetahui bahwa ubi ungu adalah salah satu produk khas dari Gunung Kawi. Kebanyakan penduduk mengolahnya menjadi keripik ubi ungu yang dijual bagi para wisatawan. Nah, menurutku seharusnya para pengolah makanan berbahan ubi ungu dari Gunung Kawi belajar dari orang-orang Okinawa untuk menambah variasi produk mereka.

Ya, Okinawa pun terkenal dengan beni imo atau ubi ungu. Makanan ini memiliki kandungan beta karoten berlimpah dan memiliki lebih banyak kandungan antioksidan daripada buah bluberi. Ubi ungu ini bisa diolah menjadi berbagai makanan ringan khas Okinawa seperti es krim dan kue tar beni imo. Kue tar beni imo ini jadi salah satu oleh-oleh paling terkenal dari Okinawa. Ide pembuatannya dipelopori oleh Toko Okashigoten yang terletak di Kokusai Dori. Toko Okashigoten ini memiliki bentuk bangunan khas yang menyerupai Kastil Shuri (Shurijo Castle).

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Kue tar beni imo memiliki rasa ubi ungu yang manis yang unik tapi tidak sampai membuat eneg

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Kue tar beni imo memiliki rasa ubi ungu yang manis yang unik tapi tidak sampai membuat eneg. Warna ungunya alami, tidak memakai bahan pewarna. Kue ini juga dibuat tanpa menggunakan bahan pengawet. Yang jelas pencicipnya akan mendapatkan efek ketagihan. Bagi mereka yang muslim, tidak perlu khawatir saat mengonsumsinya karena sudah mendapat sertifikasi halal dari Nippon Asia Halal Association.

Jika membelinya dari Okashigoten, pengunjung bisa sekalian melihat langsung proses pembuatan kue tar beni imo. Ini juga yang menyebabkan toko ini jadi lebih populer dibandingkan toko kue tar beni imo yang lain. Di Okashigoten juga terdapat kafe dan restoran sehingga pengunjung bisa bersantai menyantap kue tar beni imo atau camilan lain sembari menikmati suasana ala Kastil Shurijo dengan diiringi pertunjukan lagu rakyat Okinawa yang diadakan tiap hari. Di toko ini terdapat kumpulan foto kenangan dari para pengunjung.

Kue tar beni imo ini biasanya dijual dalam kotak yang berisi enam sampai delapan belas kue. Harganya bervariasi tergantung jumlah kue. Jika dikurskan ke dalam rupiah, maka harganya kira-kira antara Rp 76.000,00 sampai 130.000,00. Makanan khas ini pun bisa dipesan secara online dari luar wilayah Okinawa.

Beni imo juga diolah menjadi beni imo cheese tart yang merupakan versi keju dari kue tar beni imo biasa. Teksturnya juga sangat mirip dengan kue tar beni imo tradisional hanya saja diberi sentuhan keju yang katanya membuat rasanya jadi lebih nendang. Cheese tart beni imo ini hanya bisa dibeli di toko PABLO cabang Okinawa.

Beni Imo juga dijadikan rasa khas oleh produk cokelat Kit-Kat yang hanya bisa dijumpai di Okinawa

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Beni Imo juga dijadikan rasa khas oleh produk cokelat Kit-Kat yang hanya bisa dijumpai di Okinawa. Cokelat produksi Nestle ini memang dikenal dengan inovasi rasa-rasanya yang begitu beragam untuk konsumen di Jepang.

***

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

***

Tahukah kamu, ternyata ubi ungu untuk bahan kue tar beni imo ini diimpor dari Indonesia, loh. Pada tahun 1993, Tateyuki Takai membangun pabrik pengolahan ubi di Desa Pagundan, Kecamatan Cilimus, Kabupaten Kuningan, Jawa Barat. Perusahaan yang menaungi pabrik itu bernama PT. Galih Estetika Indonesia. Hasil ubi yang telah diolah menjadi pasta, ubi beku, dan tepung kemudian dipasarkan ke Jepang melalui Pelabuhan Osaka.

Tahun 1991, Tateyuki Takai mencoba membangun pabrik pengolahan kayu, tas, sumpit, bambu, dan garmen, bersama istrinya yang orang asli Kuningan, Elis Rosmawati. Sayangnya usahanya berjalan di tempat karena pesaing di pasar ekspor Indonesia sudah terlalu banyak. Maka Takai pun banting setir dengan mengolah ubi yang lalu dia ekspor ke negaranya. Karena pesaingnya masih jarang, permintaan produk pun mengalir deras. Untuk memenuhi permintaan, pada tahun 2005, Takai memperluas pabriknya menjadi 3.200 meter persegi di atas lahan 6.300 meter persegi. Pada tahun 2017, tercatat ada 450 orang pegawai yang bekerja di PT Galih Estetika. Perusahaan ini bisa sampai mengirim ubi olahan mentah sebanyak 200 ton per bulan. Tepung ubi sebanyak itu dihasilkan dari 500 ton ubi mentah.

Untuk menutupi kekurangan produksi ubi, PT Galih Estetika Indonesia juga mencari ubi lain dari Ciamis, Purbalingga, Pekalongan, Batang, dan Garut. Namun, ubi dari daerah-daerah itu tidak bisa mengalahkan kadar kemanisan yang dimiliki ubi dari lereng Gunung Ciremai, Kuningan, yang kadar kemanisannya bisa mencapai 20-24 %. Ubi dari daerah lain seperti Bogor dan Jakarta, hanya memiliki kadar kemanisan 12-19 persen saja.

REFERENSI

REFERENSI

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Jan 02, 2022 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

RISET Harukaze no Sekai - The World of HarukazeWhere stories live. Discover now