II. Revenge

3.6K 579 55
                                    

"Makanlah yang banyak, kita akan menghabiskan hari ini untuk membeli semua kebutuhanmu." Jimin tersenyum melihat Jiera yang mau makan dengannya walau gadis itu masih tampak merasa canggung.

"Sampai kapan aku akan tinggal bersamamu disini?" Walau takut Jiera harus bertanya karena ia tidak mau mentelantarkan kuliah dan pekerjaannya.

"Selamanya, kau sudah menjadi milikku dan artinya aku tidak akan melepaskanmu lagi." Jawab Jimin santai. "Kenapa? Apa kau keberatan?"

"B-bukan." Jiera menunduk karena sejujurnya ia ingin mengatakan bahwa ia keberatan. Tapi mengingat ucapan Jimin yang mengatakan bahwa dia harus menurut gadis itu terpaksa berbohong.

"Lalu kenapa kau bertanya begitu? Pasti ada alasannya kan?"

Jiera mendongak. "Walau aku tinggal disini, aku tetap bisa kuliah dan bekerjakan?"

"Kau boleh kuliah tapi kau tidak boleh bekerja, aku yang akan menanggung biaya hidupmu mulai sekarang. Jadi jika kau butuh apapun maka katakan saja padaku, kau mengerti?"

Ingatkan? Menurut. Jiera langsung mengangguk lalu melanjutkan makannya dengan tak berselera.

Bukan karena makanannya tidak enak, itu bahkan enak sekali dibanding makanan yang selama ini gadis itu makan makan. Tapi memang dia kehilangan napsu makannya, Jiera ingin tidur saja tanpa diganggu oleh siapapun.

"Hari ini aku akan bersamamu seharian tapi besok aku harus bekerja, kau harus membiasakan diri dirumah ini."

Jiera lagi-lagi mengangguk karena tidak tau harus menjawab apa.

***

"Jangan, ini mahal sekali." Jiera menahan tangan pramuniaga yang menawarkan pakaian-pakaian yang menurutnya cocok untuk Jiera atas perintah Jimin. "Yang lain saja."

Berulang kali pramuniaga itu memberikan pakaian yang bagus namun ditolak oleh Jiera dengan berbagai alasan hingga membuat pramuniaga itu kesal sendiri lalu menghampiri Jimin.

"Nona ini menolak semua pakaian yang saya tawarkan tuan, padahal itu adalah produk-produk terbaik dibutik kami." Adu pramuniaga itu pada Jimin yang duduk disofa sambil bermain ponsel.

"Kau boleh pergi," pramuniaga itu langsung pergi lalu Jimin menarik tangan Jiera untuk duduk disebelahnya. Dia merengkuh pinggang gadis hingga membuatnya tidak nyaman, "kenapa kau menolaknya? Apa kau ingin kita pergi ke butik lain?"

Jiera menggeleng. "Jangan kebutik, semua pakaian yang ada disini mahal sekali. Lebih baik kita pergi kepasar saja."

Jimin langsung terkekeh dibuatnya. "Kenapa kau memikirkan itu? Ambil saja semua yang kau suka dan jangan pikirkan harganya, aku yang akan membayar."

Jiera ragu, tentu saja. Bagaimana jika nanti dia sudah mengambil pakaian yang ia inginkan lalu Jimin sudah tidak ada ditempatnya?

"Kau mau kutemani memilih pakaiannya?"

Jiera otomatis mengangguk hingga senyum cerah terbit dibibir Jimin. "Baiklah, ayo aku akan pilihkan pakaian yang sangat cantik untukmu."

***

Setelah berbelanja kini kedua orang itu berada didalam satu mobil untuk kembali kerumah. Hari sudah siang dan mereka pasti lapar.

"Disekitar sini ada restoran Jepang, mau makan siang disana?" Tawar Jimin melirik kearah Jiera yang sejak tadi diam tanpa mengeluarkan suara sedikitpun.

Epoch [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang