IX.Learn to love you?

3.1K 481 18
                                    

Benar, Jiera benar-benar dikurung didalam rumah ini. Semua pintu dikunci, bahkan jendela juga ditutup rapat oleh Jimin. Tak hanya sampai disana, Jimin bahkan menyediakan bodyguard untuk menjaganya agar tidak keluar dari rumah.

Berlebihan memang, tapi itulah yang Jimin lakukan.

"Apa yang harus kulakukan sekarang?" Jiera terduduk lemas disamping sofa. Sudah hilang seluruh semangat hidupnya jika begini.

Dia kurung layaknya tahanan,melangkahkan kaki keluar rumah saja tidak diperbolehkan oleh Jimin. Dia hanya bisa termenung dan menerima seluruh siksaan yang Jimin berikan dikehidupannya.

"Nona Goo, Tuan Jimin hendak bicara dengan anda." Jiera mendongak menatap seorang pria kekar yang berdiri dihadapannya, pria itu menyodorkan ponselnya untuk Jiera.

Jiera menerima ponsel itu dan mendekatkannya ke telinga. "Ada apa?" Suaranya bahkan terdengar sangat lemah dirungu Jimin.

"Kau menangis?" Jimin disebrang sana mengerutkan kening saat mendengar suara lirih Jiera. "Apa karena aku mengurungmu dirumah eoh? Bukannya itu memang kemauanmu?"

Jiera hanya diam mendengarkan ucapan sinis Jimin. Tak ada gunanya dia menjawab karena yang ada Jimin akan memberikan hukuman yang lebih dari ini.

"Bukankah sejak awal memang sudah keperingatkan untuk menuruti perintahku? Jangan pernah melawanku karena kau akan menyesal. Lihatlah sekarang,kau tampak sangat menyedihkan Ji." Ucapan panjang Jimin kini diakhiri sebuah kekehan kecil diakhir.

"Kumohon biarkan aku keluar, aku berjanji akan menuruti semua apa yang kau perintahkan sama seperti dulu. Aku mohon." Jiera putus asa, jika kali ini Jimin tak mengizinkannya maka berakhir sudah, tak ada lagi yang bisa dia lakukan. Dia selamanya akan diperbudak oleh pria Ryu itu.

"Hahaha tunggu aku dirumah ya? Kita bicarakan sembari bercinta, sepertinya akan menyenangkan bukan?" Jimin memainkan lidahnya, tak sabar untuk menggempur Jiera diatas kasur. "Dalam 20 menit aku akan sampai kerumah, tunggu aku Ji."

Telepon itu terputus, Jiera meletakkan ponsel itu diatas meja lalu pergi kekamar.

***

Setelah memutus sambungan telfonnya, Jimin segera memakai jasnya dan mengambil kunci mobilnya. Dia ingin cepat-cepat pulang dan menerkam Jieranya.

"Tunggu Jim,"

Jimin berhenti begitu mendengar namanya dipanggil, dilihatnya kini Taehyung berjalan kearahnya.

"Ada apa?" Tanya Jimin dingin.

"Bisakah aku menemui Jiera, aku benar-benar merindukan adikku." Taehyung menatap Jimin dengan sorot memohon. Biarkanlah harga dirinya jatuh didepan Jimin, asalkan dia bisa bertemu adiknya.

"Tidak boleh dan tidak akan boleh." Ujar Jimin mutlak, dia mendekat lalu mendorong dada Taehyung pelan. "Dia sudah menjadi milikku, dan kehidupannya hanya milikku seorang. Tak akan kubiarkan kau menemuinya walau sedetik saja."

Jimin tersenyum miring sebelum akhirnya melanjutkan langkahnya yang sempat tertunda karena Taehyung.

Bagaimana pun Jiera sekarang miliknya dan selamanya akan begitu. Taehyung tak akan dia izinkan lagi untuk masuk kehidupan gadisnya, tidak akan pernah.

***

Kedua tangannya diikat diatas kepala,mulut dan matanya juga ditutup oleh sebuah kain berwarna hitam. Dan dibawah sana, Jimin menggempurnya dengannya semangat.

Jika biasanya orang bercinta akan memperoleh kenikmatan, maka tidak bagi Jiera. Dia hanya merasakan sakit disekujur tubuhnya akibat siksaan Jimin.

"Kau menyukainya hmm? Katakan padaku bahwa kau menyukainya Ji."

Epoch [End]Where stories live. Discover now