X.Liberete

2.7K 480 15
                                    

Mereka yang tadinya sama-sama berbaring kini sudah duduk diatas kasur.

"Sumpah aku tidak menyangka kau sebodoh dan segila ini. Kau menghukum orang yang tidak bersalah dengan kejam, aku tidak habis pikir denganmu." Jiera bahkan menggelengkan kepalanya tak percaya atas ucapan Jimin tentang kebenaran itu.

"Kau sudah berjanji, Ji. Aku hanya dendam, karena Taehyung adikku tiada. Andaikan saat itu dia menerima Minji, semua tidak akan jadi seperti ini." Dan ya, Jimin masih bersikeras dengan pemikirannya yang dia anggap benar.

"Kau memaksa perasaan orang hanya demi adikmu? Kau sangat egois Jim." Jimin yang hendak meraih tangan Jiera langsung ditepis oleh gadis itu. "Bagaimana jika kau yang ada diposisi Taehyung? Apa kau meninggalkan orang yang kau cintai demi seseorang yang bahkan tidak menempati hatimu sedikitpun?"

"Seharusnya kau berpikir sejak awal, siapa yang bersalah dan jangan mengambil keputusan dengan ringan seperti itu. Kau merusak kehidupan orang lain kau tau?"

Jimin menunduk, kedua tangannya memegang kepalanya hingga akhirnya isakannya perlahan terdengar. "Aku tidak rela, adikku sudah tiada dan semua karena Taehyung!"

"Gila! Bersikeraslah dengan pemikiranmu dan lakukan apa yang kau suka. Kau juga bisa menyiksaku semaumu karena aku menarik ucapanku, aku tidak akan mau mencintai pria egois dan gila sepertimu." Ucapan sarkastik Jiera berakhir dengan gadis itu keluar dari kamar dengan perasaan campur aduk.

Jimin salah, pemikiran pria itu terlalu kekanak-kanakan. Hanya demi orang yang dia sayang,dia rela membuat hidup orang lain menderita. Itu tidak adil.

Bahkan jika Taehyung bukan kakak Jiera, Jiera juga akan mengatakan hal yang sama padanya.

***

Pagi ini mata Jimin menatap lurus pada punggung kecil yang sibuk menyiapkan sarapan didapur. Setelah dia renungkan akan perbuatannya, ada setitik rasa bersalah yang hinggap.

Pikirannya perlahan terbuka atas tindakan salah yang dia lakukan. Seharusnya Jimin tidak begitu,seharusnya Jimin tidak menyimpan dendam sebesar itu tanpa berpikir lebih dulu.

Melihat Jiera bersikap diam dan bahkan tak mau memandangnya membuat Jimin merasa kesal dan hampa secara bersamaan.

Jimin berusaha meredam amarahnya,dia meremas tangannya diatas meja sembari memanggil nama gadis itu pelan.

"Ji,"

Jiera hanya diam,tak menjawab apalagi menoleh. Sudah kepalang kesal atas pemikiran Jimin yang menurutnya Childish─terlalu kenak-kenakan─hingga saat dia merasa dirugikan maka dia akan membalas dendam.

"Jiera," panggil Jimin penuh penekanan namun tetap saja tak memperoleh respon dari Jiera yang asik menggongseng bawang untuk memasak, "apa kau mendadak tuli? Atau bahkan kau tidak memiliki telinga?!!"

Jiera mematikan kompornya lalu berbalik menatap Jimin, jangan lupakan matanya yang melirik tajam pada pria Ryu itu. Dia masih kesal. "Ada apa? Berhentilah memanggilku, aku muak mendengar suaramu. Silahkan jika kau mau marah atau menghukumku, jika perlu bunuh aku sama seperti Taehyung membunuh adikmu agar kau puas!"

"Aku minta maaf!" Jimin berteriak sembari bangkit dari duduknya. Mendekat kearah Jiera lalu meraih kedua pundak gadis itu dengan gemetar. Dia sudah sadar akan perbuatannya yang salah, pikirannya sudah terbuka. "Aku minta maaf."

Epoch [End]Where stories live. Discover now