XIII.Struggling in a new life

2.5K 436 12
                                    

Koreksi jika ada typo ya😇

_____

Seketika ruangan itu hening setelah Jimin mengucapkan sebuah kalimat dengan penuh keyakinan dan percaya diri.

"Jiera adalah kekasihku, aku akan menikahinya dalam waktu dekat. Oleh sebab itu aku akan menolak perjodohan yang Eomma dan Appa rencanakan. Maafkan aku." Jimin tersenyum lembut menatap Jiera. Mengatakan bahwa semuanya akan baik-baik saja setelah ini.

Jiera hampir saja percaya jika Tuan Ryu tidak bangkit dari duduknya dengan tangan menggebrak meja.

"Gila kau Park Jimin!" Ujarnya berteriak, matanya menatap tajam pada Jimin. "Putuskan hubunganmu dengan gadis ini. Bukan kah dia asisten rumah tangga disini? Kau bisa merusak nama baik keluarga kita!"

Wajah Jimin mendadak berubah menjadi merah padam—menandakan bahwa dia sedang menahan amarahnya sekarang. Bahkan Jiera dapat merasakan genggaman tangannya yang menguat.

"Apa salahnya jika aku menikahinya? Tidak peduli apapun statusnya, aku mencintainya." Jimin berdiri, menarik Jiera untuk ikut berdiri bersamanya. "Kajja, jika mereka tidak bisa menerimamu disini. Maka kita yang pergi, kita akan menjalani kehidupan kita tanpa gangguan dari mereka."

Jimin hendak menarik Jiera pergi, namun sebelah tangannya lagi ditahan oleh Taehyung. Matanya menatap khawatir pada pada adiknya itu.

"Ji, apa maksudnya ini semua?" Lirih Taehyung. Tatapannya kini sudah berpindah pada Jiera dan tangan Jimin yang saling menggenggam.

"Dia kekasihku, dia milikku. Jika kau juga tak setuju atas hubungan kami maka biarkan kami pergi. Minggir." Jimin menyentak tangan Taehyung yang menggenggam sebelah gadisnya. Dia membawa Jiera pergi darisana, hendak memulai sesuatu yang baru.

Dia sudah terlanjur menyimpan perasaan pada gadis yang tangannya sedang ia genggam itu. Hubungan mereka sudah sangat jauh walau dalam kurun waktu yang singkat.

Dan saat melangkahkan kaki keluar dari rumah megah itu, air mata Jiera menetes. Dia merasa bahagia namun rasa bersalah lebih menguasai.

Jimin menentang orang tuanya karenanya, itu bukanlah hal yang baik. Tanpa dikatakan oleh siapapun, dia  merasa bahwa dialah penyebab dari keadaan ini.

Seharusnya pagi itu dia pergi. Seharusnya dia meninggalkan Jimin yang selama ini sudah menyakitinya, bukan malah memeluknya dan mengatakan bahwa dia juga mencintai pria itu. Itu salah.

Lalu apa yang harus Jiera lakukan sekarang? Semuanya sudah terlanjur terjadi. Haruskah Jiera tetap berpegangan pada Jimin dan mementingkan kebahagiaannya saja disini? Atau malah melepas semuanya hingga hatinya melebur dan hancur?

Ditatapnya wajah marah Jimin yang kini sedang mengemudi disebelahnya. Pria itu berhasil membuatnya membenci dan mencintai dalam waktu yang singkat.

Jika diingat kembali, semua yang dilakukan Jimin memang keterlaluan. Menyiksanya, mengatainya jalang, memakai tubuhnya dengan sesuka hati serta melarangnya melakukan ini dan itu.

Jiera seharusnya bisa menepis pria itu dari kehidupannya dengan mudah karena perlakuannya itu. Namun yang terjadi malah sebaliknya, dia mencintai pria itu.

"Jim," Panggil Jiera lembut, tangan mereka yang saling menggenggam membuat Jiera dengan mudah mengelus punggung tangan Jimin agar prianya itu tenang, "kau yakin dengan keputusan ini?"

Jiera bertanya seolah Jiminlah yang tidak yakin, namun justru dia yang meragukan keputusan ini. Ia ragu akan kebahagiaannya sendiri, apakah dia bahagia disaat dia membawa seorang pria melawan orang tuanya?

Jujur saja, jika Jiera berada diposisi Jimin maka dia juga akan sama bingungnya. Dia mungkin tidak memilih diantara keduanya agar tidak menyakiti orang yang dia sayang, memilih menjauh dan menjalani hidupnya sendiri.

Keputusan Jimin sendiri hampir sama dengan yang Jiera pikirkan, hanya saja pria itu membawa Jiera ikut serta kabur bersamanya—hendak merajut kisah baru berdua.

"Tentu aku yakin." Ujar Jimin tegas. "Mungkin waktu yang kita lalui bersama cukup singkat, aku menyiksamu dan memperlakukanmu secara tidak baik. Tapi dibalik itu semua aku sadar bahwa aku berperilaku begitu karena aku merasa kau milikku, aku tidak mau kau disentuh orang lain."

"Aku egois, rasa sukaku padamu membuatku bersikap kasar padamu agar kau takut padaku dan tidak berani pergi dari sisiku." Jimin terus bicara tanpa menatap Jiera sebab fokusnya dia tuju pada jalanan yang ditempuh. "Kemarin aku sudah menyatakan perasaanku padamu, tanda bahwa aku serius. Dan ini pembuktian atas keseriusanku."

Jiera hanya bisa diam setelah ucapan Jimin. Sampai akhirnya mereka tiba di sebuah rumah yang cukup megah walau tak sebesar rumah yang baru saja mereka tinggalkan.

Jiera tidak masalah sebab dia dulunya juga tinggal dirumah yang begitu sempit bersama Taehyung, rumah yang jauh lebih sempit dari rumah yang baru saja dia datangi ini.

"Ini rumah siapa?" Jiera menoleh kebelakang, kepada Jimin yang baru saja keluar dari mobil setelah memarkirkan kendaraan beroda 4 itu.

"Rumahku, ayo masuk." Jimin menarik tangan Jiera lembut untuk memasuki rumah itu. Rumahnya rapi dan tertata dengan baik. "Mulai sekarang kita akan tinggal disini. Aku dan kau akan memulai kisah baru disini, kita jauh dari mereka yang ingin merusak kebahagiaan kita."

Jimin memelukmu, erat sekali sampai kau merasa sesak. Dengan lembut kau memeluk pria itu, mengelus punggungnya pelan.

"Lalu bagaimana dengan pekerjaanmu?" Tanya Jiera setelah pelukannya terlepas. Kini mereka berdua duduk disofa dengan posisi berdampingan.

"Aku akan mencari pekerjaan baru. Disaat aku memutuskan pergi dari sana maka aku tidak memiliki hak apapun. Bahkan bekerja diperusahaan mereka." Jimin terkekeh, seolah itu bukanlah hal yang besar baginya. "Tenang saja, aku bisa mendapatkan pekerjaan dengan mudah. Aku ini Jimin, jika kau lupa."

Kau sukses tersenyum. Benar, Jimin akan memperbaiki segalanya. Dia bisa mendapatkan pekerjaan dengan mudah karena kemampuannya sendiri.

"Kalau begitu, biarkan aku juga ikut bekerja," Jiera berucap pelan, takut-takut jika Jimin akan marah seperti biasanya jika dia meminta untuk bekerja, "boleh ya?"

Tangan Jimin langsung terulur pada kepala Jiera, mengusapnya pelan dengan senyum yang. "Boleh, tapi tidak boleh terlalu lelah ya? Selesaikan dulu kuliahmu baru boleh bekerja."

Jiera mengangguk, kedua pasangan itu saling berpelukan didalam rumah baru yang akan mereka tempati kedepannya. Bagaimanapun, jika berjuang bersama akan lebih mudah dilakukan daripada harus berjuang sendiri.

_____

Setelah Jimin dan Jiera meninggalkan ruangan itu, maka Taehyung pun ikut menyusul. Merasa tak ada gunanya jika ia berada disana bersama Ayah dan Ibu Jimin yang tampak emosi akan perilaku anaknya.

Nyonya Ryu yang memijat kepalanya pusing dan Tuan Ryu yang sedang menghubungi anak buahnya untuk mencari Jimin.

"Bagaimanapun bawa dia kembali, jika perlu kau musnahkan saja wanita yang bersamanya itu. Aku tak mau hubunganku dengan Ahyuk hancur karena perjodohan ini batal." Ujar Tuan Ryu kepada seseorang yang tersambung melalui telefon pintar itu.

Dia sangat berambisi menjodohkan putranya dengan putri sahabat sekaligus rekan kerjanya karena akan memberi keuntungan besar bagi perusahaannya.

Dia lebih mementingkan uang dan jabatan daripada kebahagiaan putranya. Memang sekejam itulah dunia bisnis. Tak mengenal mana saudara bahkan anak.

_____

Sudah kah kalian mampir ke Book sebelah berjudul light by you?😢

Btw votmentnya cuyung"ku semuah😇💜

-Jeedesultory-

Epoch [End]Where stories live. Discover now