VII.A bitch

3.2K 499 41
                                    

Setelah malam panas itu berlalu, Jiera kira Jimin akan tertidur hingga Jiera bisa pergi membersihkan diri dan menangis sepuasnya dikamar mandi.

Tapi ternyata pria itu memilih membersihkan diri lebih dulu. Namun yang lebih menyakitkan lagi adalah kata-kata Jimin yang keluar dari bibir tebal itu tepat sebelum ia melangkah masuk kekamar mandi.

"Setelah malam ini kau adalah milikku. Kau itu jalang yang kubeli, jadi tolong sadar diri."

Baiklah. Mulai saat ini ingatkan pada Jiera bahwa dia itu hanyalah seorang jalang saja, tidak lebih.

'Kau tak boleh bertingkah Jiera, kau harus ingat apa yang dia katakan'

***

Setelah kejadian itu Jimin jadi selalu memakai Jiera saat ia ingin atau butuh. Jiera yang dirugikan disini, tapi tetap saja gadis itu tidak bisa berbuat apa-apa.

Yang bisa ia lakukan hanyalah menahan tangis karena Jimin akan semakin menyiksakanya jika suara tangisnya terdengar.

Tidak hanya sampai disitu. Bahkan Jiera kini sudah mirip tahanan yang bedanya diizinkan keluar walau hanya sebentar.

Setiap ia akan pergi ke kampus ia akan diantar oleh Jimin dan begitu juga saat pulang. Jiera kesal karena kehidupannya sepenuhnya diatur oleh Jimin namun ia tidak bisa berbuat apa-apa.

"Kau sungguh tidak bisa Ji?" Kini Jungkook sedang berada dikelas Jiera. Rencananya Jungkook ingin mengundang Jiera diulang tahunnya. Ia ingin membawa Jiera kerumahnya untuk menikmati makanan lezat buatan ibunya.

Jiera mengangguk. "Sungguh tak bisa,aku banyak pekerjaan. Besok aku akan bawakan hadiah untukmu saja ya? Aku harus pulang."

Jungkook tak sempat menahan Jiera karena gadis itu buru-buru pergi sambil melambaikan tangannya. Pemuda Jeon itu melangkah lemas keluar dari kelas.

"Kenapa dia sibuk sekali sekarang, tidak seperti dulu." Keluh Jungkook menghela napas.

Baru saja Jungkook hendak pergi kehalte untuk menunggu bus matanya malah menangkap keberadaan Jiera yang masuk kedalam sebuah mobil sport hitam yang kelihatannya mahal.

"Entah apa yang akan dilakukan Jimin Hyung pada Jiera."

***

Sedangkan didalam mobil Jiera hanya diam saja. Komukasinya dengan Jimin memang tidak baik semenjak Jimin mengambil harta berharga yang seharusnya ia berikan pada suaminya.

Selain karena ia enggan berbicara dengan pria itu, Jimin juga sama sekali tak membangun komunikasi dengannya jika tidak dalam keadaan genting.

Seperti saat ini.

"Kita akan kebandara sekarang, kau ikut denganku ke Jepang." Ujar Jimin datar tanpa melirik Jiera sedikitpun. Baru saja Jiera hendak membuka mulut Jimin sudah bicara kembali. "Tidak ada penolakan."

Tidak, Jiera bukannya mau menolak tapi bagaimana bisa berangkat mendadak seperti ini? Bagaimana dengan pakaiannya?

"B-bukan, aku bukan mau menolak tapi bagaimana dengan pakaianku? Bagaimana dengan jadwal kuliahku?" Jiera memberanikan diri bertanya walau jantungnya serasa mau loncat sekarang.

Epoch [End]Where stories live. Discover now