15. Miss You Like Crazy

8.1K 810 18
                                    

And I miss you like crazy,

I miss you like crazy.

No matter what I say or do.

There's just no getting over you.

And I miss you, baby,

I miss you, baby.

All the tender love you gave me.

When a feeling gets this strong.

You know the real thing comes along.

**

Hari Minggu, pukul enam pagi Manu sudah rapi dengan pakaian olahraga dan sepatu lari.

Ditangan sudah ada tentengan hasil memasaknya sedari subuh untuk sarapan nanti.

Manu menata rambut dan berkaca terlebih dahulu di spion motornya sebelum berangkat.

Sip, udah cakep as always.

Siap pergi CFD-an sama gebetan.

Sudah beberapa hari sejak kencan mereka di Night Market, Manu tidak menghabiskan harinya dengan si mungil.

Pagi hari yang biasanya dipakai buat latihan kick boxing ia harus ke kampus, latihan basket dengan rekan timnya karena pertandingan basket antar fakultas tinggal menghitung hari. Begitu pula dengan sore hari setelah ia pulang kampus.

Malam hari biasanya ia sudah terlalu capek untuk pergi kemana mana.

Kalau nggak ada Alien atau bunda yang mengantarkan makanan ke kamarnya saja Manu lebih memilih untuk tidur tanpa makan malam.

Komunikasi yang terjalin diantara keduanya hanya melalui chat dan video call yang dilakukan diwaktu senggang mereka.

Memang benar kata Dilan, rindu itu berat, Manu nggak akan kuat.

Nyatanya tidak bertemu si mungil secara langsung selama beberapa hari membuat hidupnya terasa gersang.

Manu baru kali ini merasakan begitu antusias akan bertemu seseorang.

Ia rindu menggusak lembut rambut hitam kecokelatan pria berwajah baby face itu, rindu menyubit pipi kemerahannya, rindu memandang wajahnya, rindu mendengar candaan recehnya.

Ia bahkan sudah frontal melemparkan kode kode pada Vandra kalo Manu merindukannya sejak semalam kala mereka melakukan video call.

"Kenapa bawa ransel?" Tanya Manu heran ketika melihat Vandra menghampirinya di parkiran apartemen dengan menggendong sebuah ransel yang lumayan besar untuk tubuh mungilnya.

Vandra memang mengatakan untuk bertemu di lobi atau parkiran apartemen aja agar Manu tidak usah repot naik menjemputnya.

"Iya, abis olahraga gue mau pulang ke rumah. Bokap nyokap gue ngabarin kalo udah di rumah subuh tadi." Jawab Vandra menjelaskan.

"Yah, padahal gue bawa bekal buat sarapan kita." Manu menunjukkan goody bag kecil yang dibawanya. 

"Don't worry. Kan bisa dimakan di taman GOR." Kata Vandra sambil tersenyum manis.

Manu balas tersenyum.

Senang acara sarapan pagi bareng gebetannya nggak jadi gagal.

"Ya udah, yuk berangkat." Kata Manu sambil menyerahkan helm untuk Vandra.

"Lo sendiri ngapain bawa ransel?" Tanya Vandra balik.

"Mau langsung berangkat latihan basket nanti." Manu menjawab sambil mulai menjalankan motornya keluar area parkir.

TRUTH OR DARE (Completed)✓Opowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz