5. Back to Hogwarts

2.1K 375 62
                                    

Harry Potter by J.K Rowling
Narnia by C.S Lewis
Magic Portal by Alyn Granger
.
8th year after war
.
Happy Reading
.
.

Keduanya terbangun di atas ranjang berwarna merah maroon. Memegangi kepala yang berdenyut nyeri dan mengedarkan pandangan ke sisi lain. Ruangan dengan dominant merah ditambah kiasan emas. Telinga Draco berdenging. Pria itu merintih sedikit karena terganggu. Ia sadar jika itu bukanlah kamarnya, melainkan kamar gadis yang sering ia panggil semak. Hermione turun dari ranjang menuju arah jendela. Draco tentu bingung apa yang dilakukan gadis singa tersebut. Hermione mendesah lega lalu melirik jam di pergelangan tangannya. Pukul sepuluh lewat empat puluh lima menit.

"Jadi, kita benar-benar kembali?" Tanya Hermione yang masih memandang ke luar jendela. Draco melihat tangan gadis tersebut terkepal kuat dan bibirnya membentuk garis lurus.

"Ya dan aku harap, kita tidak akan kembali ke dunia khayalan tersebut." Sahut Draco dengan sarkastik. Entah kenapa Draco sedikit kesal dengan Hermione. Ia beranjak dari tempatnya dan memutar kenop pintu. Sebelum benar-benar keluar, Draco sempat berhenti dan sedikit melirik gadis di belakangnya. "Berhenti memikirkan Raja bodoh itu, mudblood!"

Draco pun menutup pintu kamar Hermione. Gadis itu tidak mengerti, kenapa hatinya tidak suka jika Draco mengatai Edmund dengan sebutan bodoh. Dan lagi Hermione kembali mendengar kata sialan itu lagi yang menyebabkan bekas lukanya kembali berdenyut dan panas secara bersamaan. Ia mengernyit keheranan. Setelah sekian lama, kenapa lukanya masih terasa sakit. Hermione tersender pada dinding, kakinya tidak kuat lagi menumpu tubuhnya. Hermione jatuh terduduk. Air di semestanya pun merembes keluar. Hermione menangis.

••••

"Dari mana saja kau, Hermione?" Tanya Ginny saat di kelas Herbologi. Gadis berambut merah dengan beberapa bintik di wajahnya itu memandang Hermione dengan curiga.

"A-aku tidak enak badan. Sepertinya aku kelelahan karena semalam terlalu asik membaca novel." Hermione mencoba menenangkan Ginny dengan berbicara sebuah kebohongan yang tidak sepenuhnya bohong. Ia memang merasa kelelahan karena membaca novel dan bertengkar dengan Malfoy.

"Apa itu menyebabkan, Malfoy juga tidak masuk ke kelas ramuan?" Wajah Ginny memerah menahan emosi. Hermione tahu, sahabat sekaligus kekasih dari Harry Potter ini selalu mengkhawatirkannya.

Hermione tersenyum manis dan mengusap pundak Ginny. "Ei, dia membantuku kok. Dan juga, terima kasih karena telah mengkhawatirkanku, Gin."

Gadis berambut merah tersebut luluh akan senyuman Hermione. Ia mendesah pasrah dan memegang tangan hangat Hermione dipundaknya. "Kau selalu saja membuat aku khawatir, Mione."

Setelahnya mereka fokus pada tanaman ajaib yang ada di hadapan mereka. Rupanya Gryffindor mempunyai dua kelas yang sama dengan Slytherin. Hal ini membuat Hermione sesekali melirik ke arah Slytherin. Ia melihat pria pirang itu tengah asik bercanda dengan teman-temannya. Sejenak, hati Hermione menghangat ketika melihat tawa Musang melambung itu. Menit kemudian Ia menepis perasaan menggelikan tersebut dari dalam kepalanya dan fokus pada tugasnya.

Merasa diperhatikan, Draco pun refleks memandang ke arah Gryffindor tepatnya pada gadis singa kebanggaan asrama tersebut. Dalam pandangan Draco, Hermione hanyalah gadis berambut megar seperti singa, dan gigi yang menyerupai berang-berang. Mungkin dulu Draco akan membubuhkan kata seperti mudblood atau muggleborn sangat rendah dibanding pureblood. Namun sekarang, rasanya hinaan tersebut seperti dikunci dan tidak layak keluar dari bibir tipis pria tersebut. Tapi dirinya sadar, sebelumnya ia telah mengeluarkan kata hina tersebut.

[✔️ ] Magic Portal; DRAMIONEWhere stories live. Discover now