9

3.7K 279 6
                                    

Devina pov

Aku sedang berkutat dengan komputerku. Mencari data tentang si Ken itu. Yang benar saja, meretas sosial media itu mudah. Aku ahlinya.

"Oh ternyata dia itu detektif. Dan biar kutebak, dia sedang berusaha mencari bukti kalau aku pembunuh. Tidak terduga." gumamku.

Data yang muncul adalah ia seorang detektif. Itu juga didukung dari rekaman cctv rumahnya yang kuretas. Didalam rekaman itu terlihat Ken sedang berbincang dengan seorang pria yang kelihatanya polisi.

"Oh manisnya si Ken ini. Jadi ingin membunuhnya." tawaku mengeras.

Aku jadi lapar.
Oke sekarang makan camilan dan menonton tv baru memang asik.

Rupanya mayat-mayat berandalan itu sudah ditemukan. Tapi belum ada jejak pelaku. Pintar sekali aku.
Saking pintarnya jadi ingin membunuh lagi hahaha.

Tidak, untuk kali ini mungkin aku akan taubat membunuh dulu. Tidak aman tentu saja jika terjadi pembunuhan beruntun.
Akan banyak yang curiga.

Apalagi akhir-akhir ini beberapa tetangga menanyakan bibi ku yang tiba-tiba menghilang.
Mana mungkin kubilang kalau bibiku mati. Gila saja.

Padahal ingin sekali kubunuh mereka yang terlalu mencampuri urusanku.
Mereka memuakkan.
Oke, tahan tahan, aku tidak boleh hilang kendali.

Harus tetap berpura-pura menjadi gadis baik polos penurut. Agar topengku tetap terpasang sempurna.

Tok! Tok! Tok!

Aduh aduh, siapa itu malam malam tamu tak diundang. Siapa juga yang berani datang kerumahku.
Tenang, aku harus bersikap layaknya manusia normal.

Memangnya aku tidak normal?

Bodoamat.
Oke ternyata pak Detektif yang datang. Oh sudah ingin mati rupanya.

"Apa?" tanyaku datar.

Ia menelisik isi rumahku.
Segera kututup pintu namun ia menahan.

"Kenapa sih?" tanyaku sok polos.

"Aku... Aku... Ingin belajar kelompok." jawabnya asal.

Aku tersenyum ramah. Oh oh bukan ini bukan senyum ramah, ini senyum meremehkan. Haha.

"Belajar kelompok bagaimana? Kita beda kelas loh." jawabku.

Dia kebingungan. Aduh orang ini tidak persiapan rupanya. Bodoh sekali soal bohong-berbohong.
Bodoh.

"Oh iya? Iya aku lupa. Bagaimana jika kita minum teh saja." ujarnya.

Halah paling si Ken ini hanya ingin memeriksa rumahku. Aku paham, aku paham. Untuk mencari barang bukti mungkin.
Oh oke aku akan mengikuti permainanya. Permainan bodohnya.

"Oke, silahkan masuk tamu tak diundang." aku mempersilahkan dia masuk.

"Terimakasih."

Aku ke dapur untuk membuatkan teh. Tanpa racun tentu saja, aku bisa tertangkap dengan cara konyol gara-gara racun.

Aku melihat Ken diam diam menjelajahi ruang tamu dan ia akan masuk kamarku.
Bagaimana aku tau? Cctv.
Ada cctv yang kuhubungkan ke ponsel.

"Hei kau sedang apa? Menjejelajah kamar orang tanpa ijin huh?" tanyaku muncul tiba tiba.

Ia kaget sampai menjatuhkan alat perekam yang ia bawa. Oh yasudah ternyata mau direkam.

"Kenapa kau bawa kamera video? Kita mau syuting ya?" tanyaku.

Ia gugup. Oh lemah sekali.

"Aku.. Aku.. Harus permisi." ucapnya meninggalkan kamera itu.

Aku menahan bahunya dan berbisik,
"Tentu saja barang bukti sudah kubuang."

Ia berlari cepat. Tanpa menoleh ke belakang. Sampai sampai kameranya tertinggal.
Oke kusimpan saja, karena jika kuhancurkan ini bisa menjadi bukti.

Dan soal ucapanku tadi, memang benar. Semua barang bukti sudah musnah.

***

Mulai masuk ke inti masalah, siap siap pusing wkwk

Sweet Psycho[END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang