14

3.3K 251 11
                                    

Devina pov

Sekolah memulangkan muridnya awal. Karena akan ada penyelidikan tentang pembunuhan itu. Mengapa tidak diliburkan saja sih?
Buang buang tenaga saja.

Aku hanya mengamati para polisi dan beberapa murid yang masih kepo dari lantai atas. Mereka seperti semut. Ingin kupitas sampai mati. Haha.

Aku sendirian sekarang. Amira tidak berangkat. Lebay sekali dia.
Ketakutan hanya karena pembunuhan. Lagi pula siapa yang mau membunuh cewek ribet seperti dia.

Lantai yang kududuki sekarang sangat sepi, bahkan tidak ada orang mungkin. Oh ada, hanya aku.
Aku merebahkan diri menatap langit biru. Cerah sekali.
Tidak seperti wajahku. Murung terus.

Oh ya, ini rooftop tempat bunuh diri kemarin. Entahlah, aku tidak takut.
Kakiku menjuntai bebas diketinggian. Sedangkan aku rebahan dengan tangan sebagai bantalan.

Tentram sekali. Aku bersenandung kecil. Menyanyikan lagu kesukaanku.
Tapi ini tidak berlangsung lama.
Tiba tiba Ken berdiri menghalangi pemandangan langit yang cantik.

"Apasih?" tanyaku masih dalam posisi sama.

"Bagun." titahnya.

"Nggak mau." aku menutup mata.

"Ini bukan tempat tidur. Cepat bangun!" dengan kasar ia menarikku.

"Apaansih? Kasar banget." sewotku.

"Aku tidak mau basa-basi, kemana kau kemarin? Kenapa absenmu kosong?"

Oh benar. Dia memang agak pintar. Tidak bisa diremehkan.
Untung aku ahlinya bohong. Jadi ya ini mudah.

"Aku kemarin berangkat, lupa absen karena ada pembunuhan. Tapi tanya saja pada Andre, kemarin kami makan bersama dikantin." jawabku enteng.

Aku jujur loh..

Ia menarikku dan memojokkan ke tembok. Punggungku sakit tau, terbentur tembok begini.
Bohong dong! Tidak sakit kok.

"Suka banget ya main fisik sama perempuan? Pasti ibumu bukan perempuan! Oh, oh, atau jangan-jangan kau lahir dari telur dinosaurus?" tantangku balas menatapnya.

Ken ini sok-sok memberi tatapan tajam. Aku tidak takut. Dia kan tidak seram.

"Ayo ikut aku!" bentaknya menarik tanganku.

Sebagai adik kelas penurut aku hanya mengikuti nya dong. Bodoamat juga, kalau dia macam-macam akan kujadikan korban baru.
Dikira aku diam karena aku takut?
Itu hanya pencitraan.

Oh ternyata si Ken ini mengajakku menemui Andre.

"Loh? Devina? Aku cari kamu daritadi. Kemana aja kamu?" tanya Andre mengabaikan Ken.

Aku menyahut,
"Aku dimarahin melulu sama dia."
Tunjukku pada Ken.

Andre melirik Ken. Dibalas tatapan datar.

"Kau apakan Devina?" dingin Andre.

Sok peduli...

"Aku hanya ingin bertanya apakah Devina kemarin ke kantin bersamamu?"

"Ya." ketus Andre.

"Jangan coba berbohong. Aku akan memeriksa cctv Kantin, awas saja jika kalian berbohong." ancam Ken lalu pergi.

Cctv semua area sekolah sudah kuretas bodoh...

"Dia kenapasih? Aneh banget." ujar Andre.

"Tau tuh." sahutku.

"Pulang bareng yuk?"

"Oke."

***

Maaf kemaren gak update, kekurangan kuota:v
Tapi ini 1 hari 4kali update, mantap jiwa. Mantap saya ngetik melulu sampe dimarahin emak.

Sweet Psycho[END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang