28. Orbit Hidup ✓

73 9 0
                                    


Panji

Kenapa dia di sini?

"Silakan perkenalkan diri lo, Bro," titah Bang Kevin.

Sudah menjadi sifat melekat dari Bang Kevin. Supervisorku itu friendly sekali orangnya. Menganggap semua orang di kantor adalah teman. Tidak memandang pangkat dan jabatan. Tidak mengecilkan karyawan baru sepertiku yang hanya baru bergelar junior auditor. Bahkan saat jam istirahat, Bang Kevin sering nongkrong bareng Mang Yudi, pramubakti kantor sambil merokok.

Yang menjadi pertanyaanku saat ini adalah mengenai orang di sampingnya. Yang tadi dia suruh untuk memperkenalkan diri.

"Perkenalkan nama saya Aji Yulianto. Ini pertama kali saya bekerja. Jadi, mohon bantuan dan kerja samanya."

Perkenalan singkat itu ia akhiri dengan senyum sekedarnya ala lelaki. Ternyata itu orang yang dibilang Jessica karyawan baru yang tidak punya sopan santun. Aku tertawa dalam hati. Tipe Jessica yang seperti ini ternyata, aku merasa lebih tampan darinya.

"Aji ini masuk tim saya, jadi bagi yang merasa berada di tim saya harus bekerja sama dengan baik. Mari kita mulai bekerja." Bang Kevin kembali ke meja kerjanya setelah menunjuk meja kerja yang akan digunakan Aji. Aku mendengus karena meja kerjanya tepat di sampingku. Akting macam apa ini. Tangannya dia ulurkan ke arahku.

"Gue Aji. Gue harap kita bisa bekerja sama," katanya.

Sakit, nih, orang. Jelas-jelas kita sudah saling kenal. Pakai acara melakukan harapan-harapan segala. Kusambut uluran tangannya.

"Gue Panji. Senior lo." Muka sengaja diangkuh-angkuhkan.

"Songong," timpalnya sambil menjitak kepalaku.

"Enggak sopan."

Dia tertawa. Benar rupanya, karyawan baru memang tidak sopan!

"Kok bisa, sih, lo kerja di sini?" tanyaku akhirnya, padahal di timku tidak ada desas-desus kurang orang, kendala pun mampu tertangani. Aku masih meneliti wajahnya, menduga-duga sebab diterimanya Aji di perusahaan ini dan masuk ke dalam timku.

"Lo nyogok, ya?" tuduhku.

"Astagfirullah hal'azim ... istigfar, Nji. Su'uzhon aja lo bawaannya sama gue. Gue murni, Nji, semurni susu sapi berlogo beruang beriklan naga."

Aku tertawa. Bisa saja banyolannya.

"Lah, terus? Lo ngintilin gue?" Sebelum mendapat penjelasan yang konkret, dia akan terus kucecar.

"Mungkin kita jodoh." Matanya dia kedip-kedipkan.

"Najis."

Tawanya pecah. Namun sepersekian detik ia sudahi karena sadar untuk menjaga etika. Dia masih menyadari jika ia adalah karyawan baru yang harus menjaga image agar tidak dipandang anak baru yang songong.

Dunia memang sempit. Atau mungkin takdirku dan takdir Aji belum puas kalau kami hanya duduk bersebelahan di kursi universitas saja. Jadi, kini kami di dekatkan lagi dengan duduk bersebelahan di kursi perusahaan. Mungkin saja.

Cara Mencintaimu ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang