Part 12: The Talk

5.2K 645 130
                                    

Namjoon tersenyum pada Seokjin yang menatapnya dengan pandangan malas. Namjoon mencoba menahan dirinya agar tidak melompat untuk memeluk Seokjin karena melihat Seokjin berdiri di hadapannya, benar-benar membuat Namjoon sadar bahwa dia memang mencintai Seokjin dan itu tidak akan berubah.

"Apa yang kau lakukan di sini?" tanya Seokjin, tidak repot-repot menyembunyikan nada kesal dan malas dalam suaranya. Seokjin benar-benar terlihat seolah dia ingin membanting pintu tepat di depan batang hidung Namjoon.

"Aku.. datang menemuimu." Namjoon masih tersenyum, berharap senyumnya mampu sedikit melunakkan Seokjin dan akhirnya mengizinkan Namjoon masuk.

"Orangtuaku sedang tidak di rumah." Seokjin berujar asal, "Aku tidak boleh menerima orang asing di rumahku saat orangtuaku tidak ada."

Ucapan Seokjin terasa menusuk Namjoon, dia tahu Seokjin memang marah padanya, tapi dia tidak menyangka Seokjin akan benar-benar langsung menganggapnya seperti orang asing. Namjoon menarik napas pelan, "Seokjin, aku.."

Seokjin berdecak, dia membuka pintu lebih lebar, melangkah keluar, dan mendorong Namjoon menjauh dari pintu depan rumahnya. "Pergi, pergi dari sini."

Namjoon merasa terluka, dia menunduk menatap tangan Seokjin yang mendorong dadanya dan dia tertegun.

Cincin kawin Seokjin tidak ada di sana.

"Dimana.. cincinmu?" bisik Namjoon.

Seokjin menurunkan pandangannya ke arah jari-jarinya dan terkesiap pelan. Dia segera menarik tangannya dari dada Namjoon dan menyembunyikannya di balik tubuhnya. "Aku.. melepasnya."

Namjoon terlihat semakin sedih, dia menunduk sementara Seokjin berdiri gugup di hadapannya. Seokjin melirik jari Namjoon dan melihat cincin kawin Namjoon masih terpasang di sana.

Seokjin menggigit bibir bawahnya, dia mulai merasa tidak enak pada Namjoon. Kondisi Namjoon terlihat berantakan, pakaiannya agak kusut dan rambutnya sedikit acak-acakan, sepertinya Namjoon tidak tidur selama dua hari atau lebih. Seokjin menghela napas pelan, "Kau hanya ingin bicara, kan? Ayo masuk."

Namjoon masih tidak bergerak saat Seokjin melangkah masuk ke dalam rumahnya. Seokjin berdiri di ambang pintu seraya menatap Namjoon, "Namjoon?"

Kepala Namjoon bergerak perlahan untuk menatap Seokjin, "Seokjin, apa kau sangat ingin berpisah denganku?"

Seokjin mengerjap, "Huh?"

Namjoon terlihat sangat tersiksa, seolah nyawanya menghilang dari tubuhnya. Dia menatap Seokjin dengan sedih dan Seokjin merasa Namjoon terlihat seperti dia akan membunuh dirinya sendiri di depan Seokjin saat ini juga.

"Namjoon?" panggil Seokjin pelan.

"Kalau kau.. ingin berpisah denganku.. aku akan menuruti keinginanmu." Suara Namjoon terdengar serak. "Aku.. hanya.." Namjoon terdiam, mungkin tidak tahu mengenai apa yang sebaiknya dia katakan.

Seokjin tertegun, dan tiba-tiba saja dia merasakan sentakan rasa sakit dan sesak di dadanya, Seokjin merasa tidak mampu bernapas. Paru-parunya tercekat dan Seokjin merasakan desakan kuat untuk menangis, dia melihat Namjoon yang berdiri di depannya dan entah kenapa merasa bahwa perasaan sedih yang tiba-tiba dirasakannya ini adalah karena Namjoon tengah merasa sedih dan putus asa.

Kaki Seokjin bergerak maju dan tangannya meraih Namjoon lalu memberinya pelukan. Seokjin mengusap punggung Namjoon dengan lembut, "Namjoon, tenanglah." Seokjin mengusap-usap Namjoon lagi. "Aku di sini."

Namjoon tidak bereaksi, dan Seokjin mulai khawatir. Seokjin meregangkan pelukannya dan menangkup wajah Namjoon, "Ayo kita bicarakan ini baik-baik. Masuklah dulu, okay?"

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Apr 04, 2020 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Eclipse [ ON HOLD ]Where stories live. Discover now