SERPENT 01: The Unexpected

2.6K 359 50
                                    


.


Wrap your tail around my wrists, and be ready for a feast...


.


A week later...



"—jun... Renjun?"

Ketukan nyaring diiringi sapa familiar dari balik pintu, membuat dua mata Renjun sontak membuka. Lenguh kecil keluar dari sela bibirnya. Dahi berkerut sedikit bingung sewaktu menatapi langit-langit tinggi dan sudut-sudut dinding monokrom milik kamarnya sendiri.

"Renjun? Ayo, lekas bangun, Lucas sudah bersiap untuk sarapan."

Dia mengenali suara lembut milik Victoria yang masih saja memanggil dengan nada khawatir.

"Renjun? Nak, apa kau sakit?"

Berdeham untuk memastikan bahwa suaranya ada, Renjun buru-buru menjawab pertanyaan wanita satu-satunya di rumah mereka.

"Aku sudah bangun, bu," Renjun berdeham sekali lagi. "... dan aku baik-baik saja." Padahal kepalanya serasa mirip batu—berkali-kali lipat lebih berat dari biasa. "Maaf, semalam aku lupa memasang alarm." Alasan sederhana dia buat agar Victoria menanggalkan rasa khawatirnya. "Aku akan segera turun!"

Terdengar hela napas lega. "Syukurlah kalau kau tidak sakit." Masih ada bimbang dalam kalimat wanita itu. "Tapi kalau kau butuh sesuatu, katakan saja ya?"

"Ya." Renjun mengangguk paham walau Victoria tidak dapat melihat gerakan tadi. Setelah itu, langkah-langkah halus perlahan menjauhi pintu—semakin samar saat mereka dengan telaten menuruni satu persatu anak tangga.

Renjun bangkit dari posisi berbaring seraya mengusap wajah. Dia kemudian menghirup napas dalam, berharap denyutan di kepalanya bakal sedikit berkurang.

Lagi.

Mimpi yang sama sejak dua bulan terakhir.

Memang tidak secara kontinu, tetapi beberapa hari belakangan, entah kenapa, mereka begitu intens menyerang Renjun.

Dan itu bukanlah jenis mimpi biasa.

Wajah Renjun otomatis memanas sewaktu merasakan jejak-jejak basah dan lengket di antara kedua paha.

Lagi.

Terpaksa dia mesti mencuci pakaian sendiri.

Alasan apalagi yang akan Renjun buat jika Victoria menanyakan perihal 'absennya' celana dalam Renjun dari keranjang cuci?

Hhh, siap-siap saja dia menjadi target untuk dicurigai sepanjang hari.


.


Kedua bola mata melepaskan tatap dari cermin di hadapan. Satu napas dalam dihela, dan dia coba mengabaikan beberapa ruam merah pada kulit di sekitar dua areola-nya. Tanda itu begitu vibrant, serupa rona apel ranum di tengah putih lautan salju. Terlihat cantik, namun mereka menyimpan berjuta rahasia yang sama sekali tidak Renjun tahu.

Bulatan kancing kemeja dikaitkan lambat, sementara otaknya berputar cepat demi mencari jawaban atas peristiwa ajaib yang belakangan ini tengah menimpa diri.

Bagaimana bisa, kejadian dalam mimpi berimbas pada dunia nyata? Lalu, jika semalam cuma mimpi belaka, bagaimana mungkin tanda-tanda ini bisa membercaki permukaan kulitnya? Dan tidak hanya di satu tempat, mereka merajah bagian tubuh Renjun di area-area yang sama sekali tidak pernah dia duga.

SERPENT - NORENWhere stories live. Discover now