SERPENT 11: The Guardians

1.3K 236 58
                                    


.


His mass is mountains

His trails are the endless of river


.


Jaringan bisnis pariwisata milik Keluarga Lee sangat beragam dan tersebar, jadi tidak mengherankan jika camp site ini adalah salah satu properti milik mereka juga. Pantas saja Jungwoo promosi, ketahuan sekali kalau ia tidak mau direpotkan oleh hal-hal krusial semisal mencari lokasi. Cukup memanfaatkan koneksinya dengan Jeno, dan semua beres hanya tinggal mengongkang kaki.

"Renjunie, aku cari tempat dulu!" Haechan berseru seraya menatap ke sekeliling area makan kafetaria. Baki berisi mangkuk naengmyeon dan piring penuh potongan kimchi dumpling bergegas diangkat dari atas counter, meja kosong di dekat vending machine sudah menjadi target langkah-langkah kakinya. "Nanti susul saja, oke?"

Angguk kecil jadi jawaban, Renjun segera mengucapkan terima kasih pada petugas kafetaria setelah semangkuk kalguksu diletakkan di atas nampannya.

Keramaian di sudut ruang makan kafetaria sedikit menarik perhatian. Di sana duduk Jungwoo, beberapa kakak tingkat, dan juga sosok Jeno. Meja mereka terlihat lively oleh celetukan tidak penting milik Jungwoo, atau karena para penghuninya sibuk bertanya ini-itu pada Jeno. Tentu saja pemuda bermarga Lee tersebut adalah bintang utama untuk hari ini. Tidak ada yang menyangka jika Jeno adalah pemilik bumi perkemahan tempat klub jurnalis mengadakan kamp musim panas tahunan mereka. Walaupun ia berulang kali membantah bahwa Magnolia adalah usaha milik keluarga, namun hal itu tetap tidak mengurangi sedikitpun rasa kagum mereka.

Renjun belum berbicara lagi dengan Jeno, terhitung sejak penjelasan Jungwoo mengenai kemunculan mendadak pemuda itu di sini. Setelah membongkar barang bawaan, ia segera mengabari orang rumah kalau perjalanan menuju Pyeongchang berjalan mulus tanpa kendala. Ia dan Haechan kebagian menempati bunk bed di kabin mereka, sementara Minho berkeras kalau ia saja yang menggunakan kasur gulung seorang diri. Sebagai kakak tingkat dia mengalah dan membiarkan para junior-nya menempati bunk bed.

"Kurasa Lee Jeno tidak tertarik pada satupun anggota klub kita. Wajahnya seakan mengatakan kalau dia 'tidak bersemangat' berada di tengah kerumunan..." Haechan bicara dengan dumpling yang berjejalan dalam mulutnya. "Ah, pengecualian untukmu tentu..." lalu seruputan naengmyeon miliknya terdengar riuh, disertai cipratan heboh kuah kaldu ke sana-sini.

Sumpit kayu dipisahkan, Renjun mengucap doa sejenak, sebelum mulai menjepit sehelai mi tebal kenyal dari dalam mangkuk. "Dia baik terhadap semua orang. Kau tidak bisa menyangkal itu. Hanya saja, stigma tentang Jeno-sunbae sudah keburu terbentuk oleh opini tanpa ada kepastian fakta." Ia beralih untuk menampung kuah gurih dalam sendok, lalu menyesap kaldu ayam bercampur rempah tadi dengan wajah bahagia.

"Yeah, mungkin kau benar. Dia baik pada setiap orang. Tapi tidakkah kau berpikir, kalau sikap semacam itu malah merugikan? Bisa saja para mantan pacarnya mendekati Lee Jeno hanya karena tumpukan harta dan nama besar miliknya, benar?" Haechan berbisik rendah, lumayan waspada, takut kalau-kalau ada 'penguping' di sekitar mereka. "Mungkin saja sunbae menyadari tujuan mereka, dan langsung memutuskan hubungan secara sepihak, yaah semacam itu..."

Renjun nyaris tersedak kunyahan kalguksu dalam mulutnya, akibat 'hipotesa' gila lain milik Haechan mengenai Jeno.

Cepat berganti pasangan memang jadi salah satu pemicu namanya seringkali digunjingkan. Entah apa penyebab dari sikap tersebut, Renjun tidak mau terlalu dalam mencampuri kehidupan pribadi Jeno. Selalu ada alasan di balik setiap perbuatan. Lagipula, setelah mengenal lebih dekat seorang Lee Jeno, Renjun rasa pemuda itu memiliki satu alasan kuat sebagai dasar perbuatannya.

SERPENT - NORENWhere stories live. Discover now