SERPENT 08: The First Step

1.3K 270 49
                                    


Warn: oc, ooc, bxb, typos, weird ideas, etc...

.


Hungry snake, hungry snake

It's time to feed...


.


Jeno menatap pada keramaian di sekeliling—entah mengapa keinginan tersebut sangat mengganggu, padahal biasanya ia tidak pernah tertarik untuk melakukan hal itu. Wajah-wajah asing langsung saja masuk dalam radius pandang. Membosankan. Hampir semua memberi tatap bernafsu seakan mereka adalah sekumpulan hyena yang baru disodorkan sekerat daging segar.

Ia bahkan mendapati Yura ada di antara keramaian. Gadis itu masih tetap terlihat cantik dan dia tengah duduk bersama teman-teman satu kelompoknya pada salah satu tribun sport hall. Syukurlah kalau dia baik-baik saja. Jeno tahu kalau ia sudah menyakiti hati Yura dengan memutuskan hubungan mereka secara sepihak. Tapi, jika diteruskan, Jeno tahu kalau ini malah akan membuatnya semakin tersakiti.

Itu karena ia tidak benar-benar menyukai Yura.

Jeno hanya memanfaatkannya untuk suatu alasan pribadi, dan tentu karena ia tidak punya banyak pilihan selain ini. Bukan hanya Yura, Jeno juga merasa bersalah pada semua orang yang pernah menjalin intimate relationship dengannya.

(Bukan kemauan Jeno untuk berbuat begini, tapi ia mesti bagaimana lagi?)

Jeno ingin sekali membangun sebuah hubungan mutual dengan pasangan yang jadi pilihannya kelak. Orang yang bakal menerima sisi lain Jeno apa adanya, yang berkomitmen untuk selalu setia, dan dengan sukarela mau membuat hidup monokromnya tergores oleh warna berbeda.

Dan Jeno akan memberikan semua yang ia punya untuk bisa mendapatkan sosok tersebut. Seperti sang Ayah, beliau berhasil memenangkan hati Yoona dan meyakinkan wanita cantik itu untuk menghabiskan seluruh sisa hidup bersama sampai mereka tutup usia.

Bolehkah Jeno berharap kalau dia adalah satu-satunya? Orang yang sudah ditandai bahkan sebelum mereka mulai saling bertukar sapa? Apakah kali ini, sekali ini saja insting Jeno dapat dipercaya?

Jantung Jeno mendadak berdebar dalam pola tidak biasa.

Bukan, ini bukan akibat efek adrenalin karena sebentar lagi ia akan berlaga di lapangan. Tapi ini karena sesuatu yang lain...

Mungkinkah—

Mata Jeno mencari tergesa di antara keramaian. Memindai semua sosok anonim untuk menemukan penyebab gejala aneh yang mendera. Apakah mungkin dia ada di sana? Sudah lewat dari seminggu Jeno memutuskan untuk tidak menemuinya.

Melihat gurat menghitam di bawah mata, tatap tanpa daya, dan tubuh lunglai seakan dilanda depresi luar biasa, membuat Jeno hampir saja menyerah. Jeno tidak tega, ia ingin berhenti mendatangi bunga tidurnya. Ia tidak mau membuat orang yang ingin dilindungi, malah berbalik jadi menderita.

Itu bukan cinta. Keuntungan yang ia dapat hanya untuk memenuhi egonya semata.

Jeno tersentak saat menemukan tatap mata familiar berpendar di tengah kerumunan. Dia benar-benar ada di sana dalam bentuk nyata. Dua bola mata itu serupa hamparan langit malam penuh gugusan bintang. Begitu briliant, dan seakan menghipnotis Jeno untuk kerasan menatap berlama-lama ke arah mereka. Sepasang mata itu yang pertama membuat Jeno tertarik, dan ingin mencari tahu lebih banyak tentang sang pemilik.

Kedua tangan mengepal erat di sisi-sisi tubuh, ia menahan diri untuk tidak langsung berlari menerobos lautan manusia pada barisan bangku penonton, lalu mengajak pemuda itu bercengkrama barang sebentar saja. Jeno rindu. Rasanya sudah lama sekali mereka tidak saling menyapa atau bicara.

SERPENT - NORENKde žijí příběhy. Začni objevovat