4 | A Book

198 120 34
                                    

"A Book"







'Mengingat hal sedih hanya akan menyiksamu secara perlahan'
~Athanasia~


-----oOo-----

"Hei hei Nao, apa yang kau katakan?" tanya Cecillia yang sedari tadi menguncangkan tubuh Naori. Naori berbalik menatap Cecillia dan memiringkan kepalanya.

Ia bingung dengan seisi kelas yang menatapnya. Lantas ia bertanya, "Kenapa?"

Seisi kelas menatapnya-sampai ahirnya pak James datang dan murid-murid mulai berhamburan ke tempat duduk mereka masing-masing.

Pak James menatap Naori khawatir-ia mulai berjalan ke arah Naori. Ia menatap ke arah Cecillia dan Cecillia membalasnya dengan anggukan kecil.

"Naori, apa tadi kau yang berteriak?" tanya Pak James khwatir.

"I-iya Pak," ujar Naori.

Pak James mendengus panjang sebelum kemudian angkat bicara, "Nao, sebaiknya kamu pulang-mungkin kamu tidak enak badan lagi."

Mata Naori mebelalak kaget meskipun jauh didalam lubuk hatinya ia senang karena boleh pulang. Ia dengan senang hati mengambil tasnya dari laci di bawah meja. Memangnya siapa sih yang tidak suka situasi dimana kau dipulangkan tanpa alasan?

Naori membungkuk pada Pak James-lalu ia menyambangi perpustakaan kota yang merupakan perpustakaan sejarah terlengkap. Naori menyukai sejarah entah karena apa—ia merasa pernah ada seorang pemuda berambut emas yang menekankan padanya agar menyukai buku sejarah. Naori menahan pikirannya mengenai pemuda bersurai emas itu untuk dipikirkan lain kali saja.

Naori masih mengenakan seragam sekolahnya namun ia menutupinya dengan hoddie berwarna baby pink yang besar.

••••

Sesampainya diperpustakaan, ia membungkuk pada Miss Sophia—penjaga Perpustakaan kota yang sudah seperti bibi Naori.

Terdapat perempatan di dahi Miss Sophia, ia bolak-balik menatap ke arah jam dinding kemudian menatap Naori lagi. Begitu terus berulang-ulang hingga ahirnya ia menyerah dan bertanya pada Naori.

"Membolos heh?!" tanya Miss Sophia sambik menunjuk Naori menggunakan dagunya.

"Enak saja...Seisi sekolah mengira jika aku sakit—maka dari itu aku dipulangkan," ketus Naori. Ia menggembungkan pipinya dan memalingkan pandangannya dari Miss Sophia.

Miss Sophia kembali menunjuk-nunjuk Naori dengan dagunya. Kali ini ia menunjuk Naori ke arah rambutnya yang berwarna coklat itu. Miss Sophia bertanya, "Kau mewarnai rambutmu lagi heh?" Miss Sophia mendengus kesal. "Padahal warna aslinya bagus!"

Naori mendengus panjang, ia memutar kedua bola matanya. Ia meringis sebelum kemudian ia mulai meluapkan unek-unek terpendamnya, mata Naori menatap Miss Sophia tajam. "Miss....apa bagusnya rambut emas itu...Itu hanya akan mengingatkanku pada mimpi yang selalu mendatangiku—mimpi pemuda bersurai emas yang bermata putih bak salju itu Miss!"

[Hiat] Return of the Time Where stories live. Discover now