15 | Return

30 23 1
                                    

''Return'






Jika ingin mendapatkan sesuatu, maka kau harus mengorbankan sesuatu
~Athanasia Soveinch~

•••

"Tidak! Tidak boleh... Aku harus menyelesaikan ini karena aku Athanasia!"

"Ayolah... Kenapa selalu gagal," Naori membolak-balik halaman buku itu.

"Hiks... Tolong... Biarkan aku memperbaiki ini..."

Naori terlelap karena lelah menangis. Matanya sembab dan menghitam karena semalaman tidak tidur.

"Nao?"

Suara lembut itu, samar-samar terdengar di telinga Nao.

•••

Addoradia, 13 Juni 1723

"Di... Dimana ini?"

Naori bangun dari tidurnya. Ia merasa familiar dengan kamar bergaya klasik ini. Ah! Ini adalah kamarnya saat menjadi Athanasia.

"A... Aku kembali ke kehidupanku dulu?" tanya Naori. Ah ralat. Athanasia.

Ia tersenyum puas. Ia berlari kearah cermin dan melihat ukuran dirinya yang seperti gadis remaja. Tak hanya itu, dirinya yang dicermin, terlihat cantik dengan surai emas panjang, jelaga biru berlian. Ditambah gaun santai berwarna pastel dengan hisan berbagai bunga, membuat Athanasia terlihat sangat elegan. Melihat kondisinya, Athanasia mendengus pasrah. Ia menenggelamkan kepalanya diatas bantal, kakinya ia gerak-gerakkan keatas dan kebawah, ia terus nencak-mencak entah karena apa.

"Haaaaaa! Jangan katakan, jika aku harus memulai dari umur tiga belas tahun!? Wahai dewa aneh yang saat itu berbicara padaku, kenapa kau senang membuatku marah-marah!?"

Athanasia pasrah. Ia super duper terkejut saat ada seseorang yang membuka pintunya begitu keras.

"Nak, ayo turun. Pangeran Arystides dan adiknya telah tiba, kau harus ikut serta dalam menyambutnya."

"Sangat penting membuat kesan bagus diawal pertemuan kan?"

Athanasia terpaku. Jadi disinilah awal pertemuannya dengan Anasthacius. Tapi seingat Athanasia saat ada ditubuh reinkarnasinya, ia pertama kali bertemu Anasthacius disebuah pasar. Sial, ingatannya menjadi samar-samar. Athanasia jadi khawatir jika yang selama ini ia alami, hanyalah ingatan samar yang sudah bercampur halusinasi dari rasa ketakutan.

"Tigapuluh menit lagi mereka sampai. Kau cepat urus rambutmu yang seperti kemoceng itu ya, Nak."

Brak!

"Hah? Ibu memang ya tidak bisa mengetuk dulu?"

Lupakan tentang Ibu. Athanasia menjadi memiliki ide untuk—

Brak!

"DEWA LINDUNGI AKU!"

"He? Adakah Putri Mahkota yang latah begitu?"

"Ibu! Ada apa lagi sih! Ibu hampir membuatku mati serangan jantung!"

"Kau cepatlah mandi," Sang Emperor kerajaan Addoradia itu berdehem. "Kedua pangeran berwajah pahatan Dewa itu telah tiba. Kau mau kuberitahu hal kecil, Nak?"

Athansia sedikit penasaran. Ia mendekatkan telinganya kemulut sang Ibu, dan mau mendengarkan dengan seksama. Pasalnya, Ibunya itu memiliki kekuatan menerawang kepribadian dan membaca pikiran seseorang.

[Hiat] Return of the Time Donde viven las historias. Descúbrelo ahora