5 | Back

162 106 45
                                    

"Back"







'Ini hanya permainan ingatan. Kau tidak dari masa depan maupun masa lalu'
~Sophia York~

-----oOo-----


"Tak apa, Ath. Jika kau belum siap, aku akan menunggu."

Apa yang harus dilakukan Athanasia sekarang? Hancur...ya, pasti akan hancur semua yang telah ia impikan. Orang yang selama ini selalu berada disisinya akan menghilang.

"A-Anasthacius..."

"Ya?"

"M-maukah kau..."

"Ya! Tentu saja!" teriak Anasthacius dengan semangat yang membara.

Athanasia menunduk. Ia tak kuasa untuk menatap wajah Anasthacius. Ia tak tega jika harus memberitahu kebenaran yang ia dapatkan. Jika seperti ini...Athanasia tidak ingin diberi berkat dapat membaca masa depan oleh para dewa jika hanya berujung dapat melihat kematian dan kehancuran orang-orang yang ia sayangi.

"Hahaha...maukah kau membantuku mencari kalung permata saphire yang kau berikan? Sepertinya kemarin terjatuh disekitar taman saat aku berlari," ucap Athanasia penuh kebohongan.

Anasthacius mendengus kecil, kemudian terseyum tipis seraya berkomentar, "Kau itu ceroboh sekali, Ath."

Athanasia membalas senyuman Anasthacius itu kemudian mereka mulai berpencar.

Athanasia ke arah semak mawar dan Anasthacius ke arah danau.

Dibalik semak berhiaskan bunga merah itu-seorang gadis bermanik biru saphire sedang menangis. Ia bingung harus mensyukuri kelebihan Dewa untuknya, ataukah harus mengutuk berkat ini.

Ia duduk memegangi kedua lututnya dan enggan berbicara langsung menatap langit. Ia benci, benci dengan apa yang akan terjadi. Yang membuat ia lebih benci lagi adalah saat orang yang ia cintai, serta tanah yang selama ini ia cintai dan lindungi dengan segala kekuatan yang ia punya, hancur begitu saja-dan ia tetap hidup, menyaksikan kehancuran dan kematian itu.

Ia berpikir, Dewa memberinya berkat ini karena menyayanginya atau membencinya? Lebih baik ia mati bersama orang tercinta serta tanah yang kelak akan menjadi titik penghabisan darah hingga akhir hayatnya.

Kini tak terdengar lagi isakan tangis, sebab hanya ada air mata kesedihan yang hanya dapat menanti dari kejauhan-menanti segala malapetaka yang akan datang.

Grep...

"Tak usah berpura-pura, Ath. Menangislah," Anasthacius membawa Athanasia dalam pelukannya, menyembunyikan segala raut wajah keputusasaan Athanasia yang sama sekali tak ingin dilihat Anasthacius seumur hidupnya.

Air mata gadisnya sudah tak bisa dibendung. Gadisnya menangis dalam diam di dada bidangnya. Anasthacius tak dapat melakukan apapun untuk ini. Apapun akan sia-sia jika menyangkut ramalan gadisnya.

Ia hanya ingin, lebih lama...sedikit lebih lama lagi-ia dapat bersama Anasthacius.

.
.
.
.
.

"N-nona? Kau baik-baik saja?" Tangan seorang wanita paruh baya, menyentuh tangan Naori dan menguncangkan tubuh itu perlahan. Membuat sang empu membuka matanya perlahan-dan menampakkan manik pertama saphire indahnya.

[Hiat] Return of the Time Donde viven las historias. Descúbrelo ahora