trois

1.2K 207 7
                                    

"Jae, mungkin adakah alasan kenapa kamu menolak makan malam kemarin?" tanya Nyonya Park seraya mengusap surai anaknya yang tengah berkutat dengan laptopnya.

Jaehyung menoleh kepada ibundanya kemudian tersenyum, "Ibu tau alasan aku menjadi seorang psikolog bukan?" tanya Jaehyung pada ibunya.

Wanita tersebut tersenyum dan mengangguk.

"Entah. Jika memang kami berjodoh, pasti kami akan dipertemukan kembali, Ma." Jaehyung kemudian berdiri dan menggandeng tangan rapuh ibunya, "Mending kita tea time, gimana?"

Wanita tersebut tertawa dan berjalan mengikuti Jaehyung menuju ruang makan dan menikmati teh panas dengan perbincangan manis di sore hari.

Jika keluarga Park menikmati sore hari yang bahagia, maka temui keluarga Kim yang tengah perang dingin.

Wonpil lagi-lagi mengunci dirinya di dalam kamar, menolak meladeni amarah dari Ayah serta tatapan kecewa ibunya.

Ingin rasanya ia menjadi adiknya yang tidak bertemu dengan kedua orang tuanya ini, dan berbahagia di langit.

Bibi Yoon mengetuk pintu, "Tuan ayo makan."

Wonpil membuka pintu, menarik nampan yang berisikan makanan kemudian kembali mengunci diri di kamar.

Bukannya makan, Wonpil memilih untuk melompat ke luar dan memanjat pohon untuk kabur dari 'penjara' tersebut.

Ia berjalan tak menentu dan berakhir di sebuah taman. Duduk di sana hingga ia kembali bermandi hujan.

Rasanya hujan bersahabat dengannya.

Wonpil merasa dingin, namun bebas.

Sore itu, untuk pertama kalinya ia merasakan sedikit kebahagiaan mengalir dalam dirinya. Tanpa kebohongan.

Tubuhnya yang biasa dirawat dan dijaga sedemikian rupa mulai tidak mampu menahan suhu dingin. Kepalanya berkunang dan giginya bergemeletuk.

Tak lama tubuhnya terkapar begitu saja di rumput basah sore hari itu.


TO BE CONTINUE

croyez ( JAEPIL ) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang