PB'04

861 77 18
                                    

Assalamu'alaikum. Maaf baru update hehehe.

Lapaknya sepi, jadi sedikit mager. Hehehe.

Mungkin ke depannya nanti cerita ini agak lama updatenya.

Maaf, yaa.

Happy Reading🌹

04–Ditembak

🐳🐳🐳

Lebih sakit hati ditinggal doi atau kakak laki-laki?

_Perfect Brother_

🌹🌹🌹

Rafa terus-menerus mengetuk pintu kamar adiknya. Pasalnya, sudah 20 menit lamanya Zeena tak kunjung keluar kamar. Biasanya, adiknya sudah keluar kamar jam setengah enam dan sekarang jam sudah menunjukkan pukul enam kurang sepuluh menit.

"Zeena!" panggilnya yang entah untuk ke berapa kalinya.

"Dek, buka pintunya!" pinta Rafa dengan suara sedikit dikeraskan.

"Masuk aja, Kak! Pintunya gak dikunci," sahut Zeena dari kamarnya.

Perempuan itu baru selesai mandi. Dia bangun kesiangan tadi akibat tidak bisa tidur semalaman karena nyeri di perutnya.

Cklek!

Zeena tersenyum menatap kakaknya yang sudah tampan itu. Eh, setiap hari kakaknya itu selalu terlihat tampan.

"Kamu belum keluar ngapain? Tumben jam segini belum siap?" tanya Rafa. Dia mendekati adiknya yang sibuk memakai jilbab panjangnya.

"Kesiangan, Kak, gak bisa tidur semalam."

Rafa mengernyit keheranan karena Zeena jarang sekali tidak bisa tidur. "Nyeri perutnya?" tebaknya yang mendapat anggukkan. "Enggak usah sekolah dulu?" tawarnya.

Zeena melirik sinis kakaknya itu. "Zeena enggak se-lebay Kak Rafa, ya. Udah deh ayo sarapan, keburu siang!" tukasnya yang membuat Rafa terkekeh.

Dua bersaudara itu turun bersamaan ke ruang makan. Di sana terlihat omanya yang sudah menunggu.

"Selamat pagi Oma," sapa keduanya bersamaan.

"Pagi kalian. Sini sarapan bareng."

Zeena melirik kakaknya, memberi kode tentang makanan yang berada di atas meja. Rafa sadar akan hal itu, tapi dia hanya bisa mengembuskan napasnya saja.

"Oma, di sini ada sereal?" tanya Rafa.

"Ada di dapur. Buat apa, Fa?"

"Zeena enggak bisa makan berat saat pagi hari Oma," jelasnya.

Windi tersenyum. "Zeena, kamu enggak usah takut bilang ke Oma langsung. Oma gak akan marah."

"Ma-af Oma," lirih Zeena. Dia masih canggung sejak kemarin dengan omanya itu.

"Enggak apa-apa. Rafa, kamu lanjut makan aja biar Oma bikinkan sereal buat Zeena."

"Oma duduk aja, deh. Rafa ini masih muda."

"Jangan berdebat, Zeena bisa bikin sendiri."

Gadis itu mengambil kruknya, tapi segera dicegah oleh kakaknya. "Kasihan kakimu. Udah deh jadi anak kecil nurut aja kenapa?" tukas Rafa.

"Anak kecil? Selisih umur kita cuma setahun loh, Kak. Berarti Kakak anak kecil juga, iya?"

"Enak aja, kamu itu anak kecil. Masih kecil aja bangga."

Perfect Brother || HiatusWhere stories live. Discover now