PB'15

576 39 33
                                    

Happy Reading🌹

15 - Menjauh Bukan Berarti Tidak Peduli

💙💙💙

Apa pun hasilnya pasti karena ada akar.

_Perfect Brother_

🐳🐳🐳

Dua minggu sudah berlalu sejak insiden malam itu. Keenan terlihat semakin menjauh dari rombongan Rafa dan tentu saja itu menjadi buah bibir siswa GIHS.

Saat ini, seluruh siswa Glory International High School sedang menikmati waktu istirahat yang sudah tiba sejak lima menit yang lalu.

"Makasih, Bro. Berkat lo, Keenan udah menjauh dari Zeena," ucap seorang laki-laki yang tengah membuka sesuatu di tangannya.

"Aman, Bro. Selagi gue bisa bantu ya gue bantu," jawab lawan bicaranya yang tengah asyik mengepulkan asap rokok melalui mulutnya.

Dua laki-laki itu tengah berada di atap sekolah, tempat yang jarang bahkan hampir tidak pernah dikunjungi oleh seorang pun di sana. Bisa dibilang mereka tengah berpesta kecil atas apa yang sudah berhasil mereka lakukan.

"Rafa juga bego banget jadi orang. Sahabat sejak kecil aja nggak dipercaya."

Laki-laki tadi mulai memakai sesuatu yang tadi dipegangnya lalu berkata, "Bucin dia sama adeknya. Segitunya banget, berlebihan."

Lawan bicaranya pun terkekeh. "Kalau adeknya dihamilin gitu gila kali ya dia."

"Wah, boleh juga tuh ide lo. Encer kalau habis ngeganja doang," sahut laki-laki tadi.

"Lah elo nyabu mulu tiap hari. Insaf woi!"

"Bac*t!"

Sedangkan di pojok kantin sana, Zeena dan kakaknya sedang menikmati makan siangnya. Waktu mereka tersisa lima menit karena tadi harus antre wudu untuk salat Zuhur. Bagi mereka, tidak masalah kehabisan waktu makan siang asalkan tidak kehabisan waktu untuk melaksanakan ibadah wajibnya.

"Lagi pada asik makan nihh," ucap orang secara tiba-tiba dan langsung duduk di sebelah Zeena.

Zeena yang merasa tidak nyaman pun akhirnya menatap sang kakak. Rafa mengerti arti tatapan mata adiknya itu lalu dia bersuara, "Pindah di sebelah kakak sini."

Zeena lantas mengangguk. Dia bangkit dan pindah ke sebelah kakaknya lalu kembali melanjutkan makannya yang tertunda.

"Bisa nggak lo hargai adek gue?" ketus Rafa.

Laki-laki itu menyengir, memperlihatkan deretan giginya yang rapi. "Gue nggak tahu kalau Zeena udah berubah banyak."

Tidak ada sahutan yang membalas perkataan itu. Rafa hanya sibuk memperhatikan adiknya yang tengah menikmati acara makannya.

Tak lama kemudian, Nayya dan Devan datang menghampiri bangku Rafa. Dengan senyuman tipis, Devan menatap Zeena yang terlihat begitu lahap.

"Kaya nggak dikasih makan setahun aja, Jen," celetuk Devan, membuat Zeena mendongak menatapnya.

"Kenapa? Kamu mau makan juga?" tanya Zeena dengan polosnya.

"Jen, makannya masih lama nggak? Kita mau ke perpustakaan, nih." Nayya mulai angkat bicara.

Perfect Brother || HiatusOpowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz