4. Jatuh suka

20 3 0
                                    

Peluh keringat membasahi kening gadis cantik yang sibuk mengantarkan kesana kemari pesanan pelanggang. Dimalam Minggu ini Aurora harus bekerja di cafe yang ada di pusat kota Makassar. Pungunjung sangat ramai malam ini. Banyak muda mudi yang berkunjung untuk menikmati waktu santai di malam ini baik bersama teman atau pun kekasih.

"Aurora meja nomor 6 tambah kopi satu ya " beri tahu temannya Cinta yang menemaninya lembur malam ini, jika meja yang tadi ia layani menambah minuman.

"oke"balasnya sambil mengacukan jempol tangan kanannya. Sembari melepas penatnya , Aurora juga menyeruput air mineral botol tak dingin di tangannya sekedar melepas rasa hausnnya.

Waktu istirahatnya terhenti kala bunyi pintu yang menandakan ada pengungjung baru yang masuk. Kepalanya pun menoleh kearah pintu masuk. Matanya sedikit membulat karena kaget melihat siapa baru saja memasuki cafe. Tiga laki-laki yang sangat ia kenali itu adalah seniornya di sekolah sekaligus di organisasi. Yap dia adalah Delvan dan kawan-kawannya. Selama hampir setahun ia bekerja di sini , baru kali ini juga ia melihat ketiga sekawan itu berkunjung ke café ini. Sebenarnya tak ingin kesana namun teriakan cinta terpaksa ia harus mengurungkan niatnya.

"Aurora tolong dong order cowok yang baru datang tadi" teriak cinta meminta tolong.

Dengan rasa terpaksa ia melangkah menuju meja yang di duduki oleh seniornya. Bukan karena malu , hanya saja Aurora masih kesal dengan kejadian tadi siang di sekolah sehabis rapat. Namun ia harus tetap professional dalam bekerja.

"bismillah" ucapnya sebelum melangkah lebih dekat kearah sana.

"permisi kak, selamat malam. Mau pesan apa kak ?"sapanya lalu bertanya menu apa yang ingin di pesan. Namun ketiganya masih belum menyadari keberadaanya. Liam dan Ansen sibuk dengan menu yang ia ingin pesan sedangkan Delvan sibuk bermain ponsel di tangannya.

"lo mau pesan apa lim?" tanya Ansen.

"cappuccino aja deh Sen" jawabnya.

"oh kalau gitu samaiin aja" sambung Ansen.

"kalau lo van mau apa?" tanya Ansen sedangkan Liam ingin memberi tahu pelayan yang sudah berdiri sejak tadi.

"red velvet" jawab Delvan singkat.

"cappuccino 2 red velvet 1" ucapnya lalu menoleh untuk melihat sang pelayan café.

"eh kamu Aurora" ujarnya kaget. Keduanya pun menoleh karena nama yang di sebutkan oleh Liam. Begitu pun dengan Delvan yang langsung menoleh setelah mendengar nama yang di sebutkan oleh Liam. Nama yang akhir-akhir ini memenuhi isi kepalanya.

"halo kak" sapa Aurora kepada ketiga seniornya sebagai rasa menghormati antara senior dan junior.
"lo kerja disini dek?" tanya Liam.

"iya kak" jawabnya di sertai senyum manis.

" wah keren sih" puji Ansen sedangkan Delvan hanya memandangnya datar. Aurora sempat melirik sedikit kearah Delvan namun saat matanya bertemu langsung Aurora langsung mengalihkan pandangannya.

"terima kasih kak. Kalau gitu aku balik kesana dulu yah kak siapin pesanan kakak" pamitnya lalu pergi meninggalkan meja tersebut. Selepas kepergian Aurora Liam langsung membuka suara untuk menghapus rasa bingungnya.

Aurora kembali ke meja pantry dengan sedikit mengerutu pada dirinya sendiri. Kejadian saling tatap mata sering sekali terjadi antara ia dan Delvan.

"kenapa harus terulang lagi sih"gerutunya dengan suara kecil namun dapat Cinta dengar walau samar.

"kamu kenal sama mereka?" tanya Cinta yang sedikit kepo semenjak melihat interaksi temannya yang sepertinya kenal dengan pelanggan yang duduk di menaj 17.

DELVANORAWhere stories live. Discover now