11. Menyatakan

27 4 0
                                    

Hari senin berhasil di lewati , tepat pukul 15.15 bel pulang berbunyi nyaring terdengar diseluruh penjuru sekolah. Semua warga sekolah utamanya para siswa-siswi berhamburan keluar kelas dan koridor jalan menuju gerbang keluar sekolah. Tapi berbeda dengan para anggota eskul dan organisasi yang harus menunda kepulangan mereka karena urusan organisasi. Salah satunya adalah eskul Pik-Remaja.

Semua anggota sudah berkumpul di dalam sekret sejak 10 menit yang lalu. Sembari menuggu kedatangan anggota yang lain, mereka berempat yaitu Viandra, Alana, Hellena, Aurora dan Alya sibuk  membersihkan ruangan sekret yang sudah mulai kotor. Di mulai dari mengatur ulang tata ruang serta membersihkan barang-barang di lemari dan lainnya.
Mereka pun menyelesaikan aktivitasnya saat semuanya sudah datang termasuk Delvan dan kedua temannya. Setelah membersihkan ternyata sudah banyak keperluan yang harus di beli maka dari itu sebelum Viandra pergi, dia terlebih dulu ingin memberitahu Delvan selaku ketua.

“Delvan gue mau beli peralatan sekret yah” izinnya pada Delvan yang baru saja duduk.

Delvan pun beralih melihat semua orang yang ada di ruangan ini beserta situasi dan kondisi. Delvan melihat kearah Liam yang berada tak jauh dari Viandra.

Gabriel pun menatap balik pada Delvan yang  memberinya kode. Liam mengangguk paham akan kode-kode sahabatnya sedangkan Ansen yang menatapnya dari jauh hanya tertawa tipis karena sangat paham apa yang direncanakan oleh kedua sahabatnya.

“biar gue aja sekalian mau ngajarin Aurora jadi bendahara” ujar Delvan yang membuat Aurora berhenti sejenak melihat Delvan yang juga sedang melihatnya. Ini merupakan kesempatan yang baik untuk keduanya saling mempertanyakan semua hal yang patut ditanyakan mengenai perasaan masing-masing.

“apa lagi nih tingkahnya” sesal Aurora dalam hati yang sudah tau niat Delvan.

Walaupun sedikit kesal tapi setidaknya ia bisa bersama Delvan walau hanya sebentar. Semenjak ia mulai menyukai Delvan, Aurora sering kali secara tak sengaja menatap Delvan dalam waktu yang lama. Bahkan ia sampai senyum-senyum sendri. Aurora yakin pasti semua orang pernah dan tau betul apa yang kini ia sedang rasakan.

“terserah lo sih , kebetulan gue juga lagi capek. Nih list belanjaanya”

Risa pun menyerahkan daftar belanjaan itu pada Delvan. Sedangkan Delvan mengambil kunci motornya lalu mengajak Aurora yang baru saja menyelesaikan merapikan lemari. “ayo keburu magrib nih” ajak Delvan sedangkan Aurora tentu sangat berterima kasih kepada Risa yang memberinya kesemptan waktu berdua dengan orang yang ia suka.

“aduh kak , kan bisa ajak yang lain” ujar Aurora pura-pura kesal dan tak ingin Delvan tahu kalau ia sedang kegirangan sekarang ini.

“karena aku maunya pergi sama kamu” jawabnya santai namun sangat ambigu terdengar di telinga Aurora.

“malas kalau sama yang lain. Udah yuk”
Lihatlah usaha Delvan yang keluarkan kali ini setalah kemarin berhasil mendobrak secara paksa hati Aurora. Aurora hanya menatap jengah laki-laki yang telah ia sukai dihadapannya.

“seharusnya kalau suka bilang aja kali” batin Aurora kesal saat sudah sampai diparkiran toko alat tulis tersebut. Aurora pun memilih meninggalkan Delvan masuk kedalam toko alat tulis itu.

Dibelakangnya Delvan mengikuti, ingin sekali Delvan menanyakan hal yang sudah dua hari mengganggu pikirannya. Delvan sangat menunggu waktu dan kondisi yang sangat mendukung untuk Delvan tanyakan hal tersebut.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Dec 10, 2023 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

DELVANORAWhere stories live. Discover now