7. Canggungnya dihapus.

13 2 2
                                    

Pagi di hari Sabtu, semua panitia pelaksana berkumpul di rumah utama. Berdasarkan hasil rapat kemarin mereka sepakat bahwa hari ini akan dilaksanakannya inti dari kegiatan ini yaitu pembagian kebutuhan pokok untuk setiap kepala keluarga yang ada didesa Batu Menteng. 

Kegitana pertama pun dimulai  yaitu membagikan sumbangan kebutuhan pokok. Jarak antara rumah warga debgan rumah warga lainnya sangat dekat dan Desa Menteng juga tidak begitu luas, jadi prises pembagian bisa di tempuh dengan berjalan kaki. Mereka berpencar berjalan menyusuri desa ini dengan kantongan yang berisi sembako yang akan di bagikan dipegang oleh masing-masing rumah.

Delvan bersama ketiga temannya mulai membagikan kebutuhan pokok yang mereka pegang. "terima kasih nak" ucap salah satu ibu-ibu yang usianya berkisar empat puluh tahunan kepada Batara.

"Iya sama-sama bu" balasnya disertai dengan senyum manisnya yang sangat jarang di lihat oleh siapa pun.

Liam yang berada di dekatnya pun ikut tersenyum melihat interaksi sahabatnya. Beruntung sekali ini karena bisa melihat lenkungan bibir yang manis itu tersenyum ramah. Mereka pun berjalan lagi menuju tenda lainnya.

Di persimpangan jalan antara, tak sengaja Delvan di pertemukan dengan Aurora yang masih memegang satu kantongan yang berisi kebutuhan pokok. Sambil menendang nedang batu kecil di hadapannya perempuan  itu berjalan sambil menunduk. Ia pun tak menyadari bahwa ada Delvan disampingnya.

"Lucu anak ini " kagumnya hanya mampu ia ucapkan lewat batinnya.

"Nendang batu , nanti bisa buat lo jatuh." Ucapnya tak tahan untuk tidak membuka suara. Hingga membuat gadis yang tadi tertunduk menjadi menoleh padanya. Sekali lagi Delvan kagumi satu hal , Aurora cantik.

"Tidak akan jatuh , aku cuman nendang kecil" balasnya lalu fokus kepada jalanan menuju jalan bebatuan dihadapannya. 

Sedangkan Liam dan juga Ansen yang berjalan dibelakang dua manusia yang sedang jatuh suka , sangat paham akan situasi dan kondisi memilih untuk pergi. Tapi sebelum pergi , keduanya lebih dulu menghampiri Delvan dengan menerobos jalan tengah antara Delvan dan Aurora.

“gue duluan,  jangan lupa untuk jatuh cinta dengan asyik” saran Liam.

“dan hati-hati” sambung Ansen lalu pergi meninggalkannya.

Delvan hanya mampu tersenyum tipis tapi dulu lesung  pipinya terlihat jelas. Sayangnya dari sekian banyak kata kagum ia rasakan , belum pernah dirasakan Aurora.

“duluan yah Aru” teriak keduanya lalu pergi begitu saja. Sedangkan Aurora  hanya tersenyum tipis namun sangat berbeda didalam , karena sejak mendengar penuturan kedua seniornya yang mengatakan bahwa jangan lupa untuk jatuh cinta dengan asyik dan hati-hati tentu membuat Aurora mengerti. Bahkan sangat mengerti.

Tapi Aurora tetap menjaga harga dirinya untuk berpura pura tidak mendengar serta tetap melanjutkan perjalanannya meninggalkan Delvan yang sedikit jauh jaraknya.

Karena keberanian yang selama ini tertahan akhirnya memilih untuk keluar di hari yang terduga seperti ini. Langkahnya ia percepat hingga menyamai langkah Aurora yang kini sudah berada tepat disampingnya. Seperti canggung, tapi berhasil di sembunyikan dengan sangat baik. Seolah olah tidak terjadi apa-apa diantara keduanya.

" Kenapa masih sisa satu?" Tanya Delvan setalah menemukan topik.

“Sudah ke bagian semua. Gak tau mau kasih ke siapa" tanpa menatap mata sang pemberi pertanyaan , Aurora menjawabnya. Takut-takut akan terjadi saling baku tatap yang akan membuat suasana makin canggung.

Mangingat kata semesta , sepertinya suasana hari ini bisa ada karena baiknya semesta. Suasana desa Batu Menteng hijau sangat asri , angin yang berhembus juga begitu alami tanpa polusi tak seperti dikota. Keduanya menikmati suasana tersebut apalagi didukung dengan suasana hati mereka yang saling menyembunyikan degupan jantung yang berdetak tak seirama tapi nyaman didengar oleh pemiliknya masing-masing.

DELVANORATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang