Bab 5-Firasat

43.8K 7.6K 1.4K
                                    




George mengendarai mobilnya dalam diam. Sesekali melirik Hans yang sejak tadi tampak sibuk mengetik sebuah pesan di layar ponselnya dengan bibir bersenandung kecil. Tidak perlu mengintip, George yakin sekali puluhan notifikasi di ponsel Hans pasti berasal dari para gadis yang terpesona dengan mulut manis adik sepupunya itu.

"Hans," panggil George membuat Hans berhenti mengetik. "Lo bukannya udah punya pacar?"

Hans menaikkan sebelah alis. "Iya, tadinya. Tapi udah putus dua jam yang lalu."

"Lagi?" George menggelengkan kepala tidak habis pikir. "Masih aja enggak berubah dari dulu. Inget umur, udah dua puluh lima tahun. Bukan waktu yang tepat untuk main-main."

"Gue enggak main-main, ini namanya perjalanan untuk mencari yang paling tepat," balas Hans.

"Sinting," George terkekeh. "Lo doang yang punya pemikiran kayak gitu. Berapa waktu paling lama lo menjalin sebuah hubungan?"

Hans mengetuk-ngetuk ibu jarinya di layar ponsel. "Satu bulan."

George mengumpat pelan mendengar jawaban Hans. Lebih parahnya lagi, Hans terlihat tidak merasa bersalah saat mengucapkannya. Hans benar-benar definisi cowok brengsek. Tampan, bermulut manis, punya banyak simpanan, dan sulit berkomitmen pada satu orang. Terlalu berbahaya untuk gadis polos. Pasti hanya berakhir dijadikan mainan untuk menghabiskan waktu bosan.

George tiba-tiba teringat interaksi antara Hans dan Cecilia. Menurut George, Hans terlalu berbahaya untuk gadis sepolos Cecilia. Untungnya sebelum Hans berhasil meminta nomor Cecilia, gadis itu lebih dulu pamit pergi.

"Lo bisa kenal sama bocil cuma karena dari youtube?" tanya George.

"Bocil?" kening Hans berkerut dalam.

"Cewek yang tadi dateng ke rumah Jack," jelas George.

"Cecilia?" Hans tertawa. "Iya, gue sering nonton kontennya di youtube. Gue nonton bukan karena konten, tapi pingin lihat mukanya. Gemes banget, eh, aslinya apalagi."

George melirik sekilas Hans yang terlihat bersemangat membicarakan Cecilia. Tidak, sebenarnya Hans memang selalu bersemangat jika sedang membicarakan perempuan. Apalagi yang menarik di matanya. George menggigit sekilas daging bibir dalamnya, menimbang-nimbang.

"Buat yang satu itu–" George berdeham sejenak, "–jangan."

Meskipun sangat pelan, Hans dapat mendengar jelas ucapan George. Ujung bibirnya langsung tertarik ke atas membentuk senyuman jahil, terlebih saat melihat George terlihat sedikit canggung usai mengucapkannya.

"Eh?" Hans menatap polos George. "Jangan apa?"

Sial, George sangat yakin Hans paham maksud ucapannya. Masalahnya, adik sepupunya itu memiliki watak sangat jahil. Sekali melihat saja, George yakin Hans sedang salah paham sekarang. Tercetak jelas pada senyuman jahil yang terukir di bibir pria itu.

"Jangan salah paham," ucap George tenang, "Dia adik sepupu sahabat baik gue. Bakalan repot urusannya kalau lo main-main sama dia."

"Beneran cuma karena itu?" Hans menyipitkan kedua mata curiga. "Kayaknya tadi Kak George sampai punya panggilan sayang buat Cecil?"

George terkekeh. "Panggilan sayang? Kurang belaian banget gue kasih panggilan sayang ke bocah kayak dia."

"Gitu?" Hans mengangguk. "Berarti bener enggak ada maksud lain? Kalau ada gue mundur, nih."

Tepat saat itu, lampu lalulintas menunjukan warna merah. George menghentikan mobilnya, beralih menatap serius Hans.

"Maksud lain apaan?" tanya George.

Yutubir [END]Where stories live. Discover now