Bab 20-Debaran

37.1K 7.4K 2.9K
                                    




Dulu George selalu membantah teori tentang kondisi jantung manusia bisa berdetak dua kali lipat lebih cepat saat sedang jatuh cinta. Selama tiga puluh tahun hidupnya, George tidak pernah mempercayai hal itu.

Meski tidak percaya, bukan berarti George tidak pernah menjalin hubungan dengan seseorang. Dari sekian banyak pertemuan, George pernah mempercayakan hatinya pada seseorang. Perempuan terpilih itu adalah Gina, mantan kekasihnya.

Bersama Gina, George merasa nyaman. Gina berhasil meluluhkan hati George, meski tak sepenuhnya karena pria itu terlalu menggunakan logika dalam hubungannya. Menurut George, hubungan yang manis dan romantis hanya ada di film saja. Di dunia nyata itu sama sekali tidak masuk akal.

Pendapatnya ini sangat berbanding terbalik dengan Jack. Sahabatnya itu termasuk pria yang sangat romantis. Terlihat dari usahanya mendapatkan hati Adel dulu. Jack rela melakukan segalanya untuk seorang perempuan pilihannya, sedangkan George akan berpikir dua kali apakah ia harus melakukan pengorbanan sebanyak itu hanya untuk seorang perempuan. Tidak heran jika Gina akhirnya memilih pergi dan berpaling. Mungkin Gina sudah lelah menghadapi kelogisan George dalam hubungan.

Sejak kisah asmaranya pupus, George semakin tidak mempercayai adanya teori tentang cinta. Menurutnya, laki-laki dan perempuan memang harus menikah pada waktunya. Cukup mencari pasangan yang cocok dan membuatnya nyaman. Sebatas formalitas dalam masyarakat yang mengharuskan adanya pernikahan untuk hidup yang terlihat normal. Bukan atas dasar dua orang yang saling mencintai dan ingin bersatu selamanya. Alasan itu terlalu cringe menurut George.

Baginya, cinta hanya bentuk ilusi sesaat karena ketertarikan dengan lawan jenis. Jika sudah melewati jangka waktu itu, semuanya akan kembali biasa saja.

Hingga datanglah hari ini. Hari di mana segala teori yang sebelumnya tidak pernah ia percaya seolah mulai menjadi kenyataan satu-persatu.

George meneguk ludahnya dengan susah payah. Kedua kakinya yang menapak di dasar laut terasa mengapung ringan, seolah karang yang semula ia pijak berubah menjadi kapas halus. Dan hal yang paling membuat George kualahan adalah detak jantungnya berdetak sangat cepat.

Tatapan George beralih pada seorang gadis yang masih berada di pelukannya. Gadis itu masih terdiam mematung sejak George membisikkan kata-kata yang jujur saja memalukan untuknya.

Kenapa harus pakai pelampung kalau ada yang bisa dipeluk?

George bergidik ngeri saat mengingat ucapannya sendiri. Ia masih tidak percaya mulutnya berucap seperti itu. Tidak, bukan hanya itu, George juga masih tidak mempercayai apapun yang terjadi saat ini.

Termasuk... debaran yang ia rasakan.

George masih berusaha menyangkal. Sebelah tangannya yang terbebas segera melepas mask yang semula terpasang di wajahnya. George mengira jantungnya berdebar kencang karena ia kekurangan oksigen. George segera menghirup udara sebanyak-banyaknya. Akan tetapi, jantungnya masih saja berdebar kencang.

Debaran itu muncul bukan saat bersama Gina yang keibuan, bukan juga Keyla yang secantik model. Perasaan menggelitik di hatinya justru muncul karena seorang gadis kekanakan yang bahkan tidak bisa membalik telur mata sapi dengan sempurna.

"E-ehm.."

Dehaman Cecilia membuat lamunan George terpecah. Dari posisinya sekarang, George dapat melihat jelas punggung mungil Cecilia bergerak kaku dalam pelukannya.

"E-enggak terlalu dalem kok," cicit Cecilia masih belum berani menolehkan kepala.

Beberapa detik yang lalu, George masih berusaha menyangkal perasaan asing yang menggelitik hatinya. Ia masih berusaha mengandalkan logikanya. Namun, setelah mendengar ucapan malu-malu Cecilia, George seketika lupa segalanya. Diam-diam, pria itu mulai menikmati keadaan ini.

Yutubir [END]Where stories live. Discover now