Bab 19-Lombok- Day 4

56.1K 8.7K 4.8K
                                    

—Pantai Tangsi, Lombok

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Pantai Tangsi, Lombok.

"Hari ini kegiatan kita adalah snorkling di Pantai Tangsi. Sebelumnya sudah ada yang tahu sebuah cerita legenda tentang pantai ini?" tanya Mas Jono dijawab gelengan kompak.

"Konon nama Tangsi itu berasal dari zaman Jepang yang berarti asrama atau barak. Dulu tempat ini memang dijadikan sebagai barak tentara Jepang yang baru mendarat," jelas Mas Jono.

"Mas, tapi kenapa waktu saya coba cari di internet. Lebih banyak orang yang sebut ini Pantai Pink bukan Pantai Tangsi?" tanya Elsa.

"Penduduk dan wisatawan memang lebih sering menyebut pantai ini dengan sebutan Pantai Pink karena pasirnya yang berwarna merah muda," Mas Jono menunjuk ke arah daratan yang cukup terlihat jelas dari kapal. "Coba perhatikan baik-baik warna pasirnya. Memang tidak terlalu pink seperti foto yang sudah terkena efek, tapi dibandingkan pasir pantai lainnya, di sini pasirnya lebih bersemu pink."

"Eh, iya bener!" Laila menatap kagum. "Kok bisa gitu warnanya, ya?"

Mas Jono berdeham sejenak. "Menurut ahli, warna pink pada pasir di pantai ini karena pasir putih menyatu dengan butiran terumbu karang yang berwarna merah. Efek pantulan sinar matahari dan terpaan air laut membuat warna pink pasir ini semakin terlihat. Tapi warnanya bervariasi, pagi hari hanya terlihat dua puluh sampai tiga puluh persen, siang hari lima puluh persen, dan pada sore hari akan semakin jelas sekitar delapan puluh sampai sembilan puluh persen."

"Kayaknya laut di pantai ini enggak terlalu dalam, ya?" tanya Adel.

"Benar," Mas Jono mengangguk. "Bahkan kaki kalian mungkin dapat menyentuh dasar, tapi saya sarankan jangan karena banyak terumbu karang yang cukup tajam. Ombak di sini juga tidak terlalu besar, kalian bisa memberi makan ikan dengan roti tawar yang sudah kami siapkan."

Semua orang terlihat bersemangat, kecuali Cecilia. Meski Mas Jono sudah menjelaskan laut di sini tidak terlalu dalam, Cecilia masih trauma dengan kejadian dua hari yang lalu. Cecilia tidak yakin berani snorkling lagi setelah hampir tenggelam. Bahkan gadis itu tidak membawa kamera Go-pro lagi. Lebih tepatnya kameranya masih tertinggal di kamar George karena adegan memalukan semalam.

Dendi membagikan peralatan snorkling dan juga rompi pelampung. Saat yang lain mulai mengenakan peralatan itu, Cecilia masih terdiam di tempatnya. Selain masih trauma, Cecilia khawatir akan melakukan hal-hal yang berujung menyusahkan semua orang.

"Lo beneran enggak ikutan, Cil?" tanya Laila diikuti tatapan khawatir Elsa.

"Kayaknya," Cecilia tersenyum kecil. "Gue di atas kapal aja."

Hans yang sejak tadi duduk berhadapan dengan Cecilia menyeletuk pelan, "Gue temenin."

"Kita aja," ucap Elsa dan Laila serempak.

Yutubir [END]Where stories live. Discover now