XXVI

507 79 8
                                    

            Matahari yang terik mulai tertutup oleh gumpalan-gumpalan awan. Dan seperti yang kami kira, rumah ini jauh dari kekacauan zombie, cukup aman untuk ditinggali sepasang suami istri yang sudah berumur dan kelima anak kecil. Tapi tentu saja, ini bukan jalan keluarnya. Maksudku, berapa lama waktu yang diperlukan sampai tempat ini terdeteksi oleh zombie? Makhluk-makhluk itu hanya akan semakin banyak bila kami semua hanya berdiam diri di sini. Dan itulah mengapa Tn. Jonathan memilih untuk mengajarkan kami bertarung selama kami di sini.

Beberapa burung gereja terbang menjauh, menikmati bebasnya langit yang tampaknya jauh lebih aman dari bumi yang kami pijak. Ah, bahkan nasib burung-burung itu lebih beruntung dibanding aku. Mereka punya sayap dan--- setidaknya mereka tak punya beban untuk menyelesaikan kekacauan ini, bukan?

Tn. Jonathan pergi ke gudang belakang, menyapa kuda hitam kesayangannya. Mark dan Ri mengikuti di belakang dengan senjata mereka masing-masing. David jauh lebih dulu berlari untuk menyapa kuda Tn. Jonathan yang menurutnya sangat keren itu. Ex dan aku berjalan santai sambil membawa senjata kami yang tertutup kain, hingga suara itu memanggil.

"Ehem" katanya pelan. Ah, itu Ziu. Rambut mangkoknya terlihat menggemaskan.

"Ada apa?" tanyaku sambil sedikit menundukkan badanku, mencoba melihatnya lebih dekat.

"Itu... hm..." katanya bergumam. Kedua tangannya ia sembunyikan di belakang punggungnya.

"Ah Ziu! Katakan saja!" kata Loui tidak sabar. Wajahnya terlihat jengkel.

"Loui, Ziu butuh waktu" kata Kiona menenangkan.

"Tarik nafas dulu, tarik nafas dulu" kata Rei sambil mengusap punggung Ziu.

"Oke, aku siap" kata Ziu tersenyum.

"Jadi---" belum selesai Ziu berbicara, anak random itu sudah memotong.

"DIA INGIN MEMBERIKAN KUE COKLAT TADI" teriak Loui kencang sambil melarikan diri.

"DEMI OTAK UDANG, LOUI KAU MENYEBALKAN! BERHENTI MERUSAK RENCANANYA!" teriak Kimora sambil lari mengejar Loui. Aku tahu rasanya mengejar orang menyebalkan, Kimora. Aku tahu.

"Padahal Ziu sudah mengumpulkan keberanian untuk bicara" gumam Kiona sedih.

"Anak itu akan kupenggal nanti" gumam Rei pelan membuatku merinding.

"Um... ini" katanya sambil memberi sebuah kue coklat berbentuk bulat yang aku lihat sebelumnya. Oh Tuhan, dia menggemaskan.

"Terima kasih, Ziu" jawabku sambil tersenyum. Aku bahkan tak tahu harus bilang apa lagi.

"I-iya!" serunya sambil berlari menjauh. Aih.

"Tugasku di sini sudah selesai" kata Rei sambil menarik Kiona pergi.

"Mam, kau beruntung" kata Ex sesaat setelah aku memasukan kue coklat itu ke dalam mulutku.

"Tapi kurasa Mam lebih cocok dengan anak yang namanya Loui" kata Ex membuatku tersedak. AH! KUE COKLATKU TERSANGKUT DI TENGGOROKAN!

"EL! EX! KALIAN MAU LATIHAN ATAU TIDAK?!" teriak David dan yang lainnya dari jauh.

"Iya iya!" teriak Ex sambil menarik tanganku, menyusul mereka.

Kami berjalan jauh lebih belakang dari rumah ini. Rumput ilalang yang tinggi tumbuh subur di sini. Tn. Jonathan membuka jalan lebih dahulu dengan kudanya, sementara kami hanya mengikuti di belakang. Setelah beberapa menit berjalan, akhirnya kami sampai di sebuah lapangan yang sangat luas. Bahkan terlalu luas untuk kami melihat ujungnya.

"Sekarang mari kita cek kekuatan senjata kalian" kata Tn. Jonathan dari atas kudanya.

Kami melebarkan jarak, mencoba menjauh untuk memperkecil resiko terkena serangan senjata kami sendiri, sedangkan Tn. Jonathan akan berkeliling sesuai giliran,

Life in Death 2 : IllusionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang