TEAM

452 26 3
                                    

Budayakan klik vote before reading ya sayang💞💞💞
.
.
Aruna baru saja selesai membersihkan badannya. Saat pulang tadi ia diantar oleh seiyan yang kini masih di rumahnya. Manusia tidak tau diri itu malah menumpang makan sekalian tidur di rumahnya. Aruna sudah was-was jika seiyan akan mengadukan pada bundanya jika ia mendapat surat panggilan orang tua dari sekolah. Walaupun seiyan sudah berjanji akan tutup mulut, tapi mulut seiyan tidak akan seiring dengan niatnya.

Aruna kemudian mengerluarkan amplop coklat tdai dari tasnya. Lalu ia duduk di meja belajarnya, menatap amplop tersebut sambil mencebikan bibir.

“apa gue harus kasih tau bunda?” monolognya. Ia masih tergiang-ngiang ucapan seiyan padanya sebelum masuk rumah tadi siang. Supaya aruna segera memberi tahu orang tuanya tentang surat tersebut.

Jika ia memberi tahu bundanya, ia hanya takut masalah tersebut akan sampai ke telinga kakek neneknya. Aruna masih jelas mengingat bagaimana garangnya tampang kakeknya saat tembo hari, jika ia masih terlibat masalah kakeknya akan langsung turun tangan. Jika sudah kakeknya yang turun tangan pasti tidak akan jauh-jauh dari keputusannya untuk berhenti sekolah dan kembali homeschooling.

“kenapa jadi kayak gini?” gumamnya sambil membenamkan wajahnya di telapak tangan. Ia kembali mengangkat kepalanya, sepertinya malam ini ia harus istirahat. Aruna lalu membuka laci meja belajarnya. Berniat menaruh amplop tersebut.

Namun, ada yang menarik perhatian aruna. Satu amplop putih yang terletak di dalam laci tersebut. Aruna mengulas senyum, kembali mengingat kembali teringat kenapa amplop itu sampai padanya. Amplop berisi ucapan maaf dari zhaka saat ia baru saja cekcok dengan amanda. Tulisan tangan zhaka yang khas karna jauh dari kata rapi namun tak jelek juga.

Hati aruna menghangat, di lain sisi karna masalah ini ia jadi punya lebih banyak teman. Tak menyangka bahwa ia akan sedekta ini dengan zhaka dan kedua temannya. Aruna pikir zhaka akan tetap diam karna masalah ini, tapi laki-laki itu mau membantunya dan terus menguatkan aruna untuk tidak menyerah.

Aruna menatap boneka yang diberkan zhaka waktu itu. Dengan senyuman aruna meraih boneka terseut dan mengelusnya. Jika saja zhaka tidak meminta maaf pada aruna saat itu, pasti ia akan tetap membenci zhaka seperti ia membenci amanda sekarang. Aruna mendengar dengan jelas semua yang dikatakan zhaka. Ia tak tidur, hanya terdiam dan menyimak walau dalam posisi membelakangi zhaka.

Semua yang sudah dilakukan zhaka padanya, membuat hai aruna berdebar. Aruna bahkan sudah merasakan itu jauh sebelum zhaka mengatakan perasaannya pada aruna. Rasa senang saat melihat zhaka pin selalu ia rasakan saat melihat zhaka di sekolah, aruna juga selalu memperhatikan zhaka saat laki-laki itu bermain futsal bersama teman-temannya. Semua perlakukan zhaka membuatnya merasa istimewa,perhatian kecil yang zhaka berikan berhasil membuat aruna merasakan bagaimana rasanya menyukai seseorang.

Zhaka itu baik, seseorang yang sangat peka setelah ayahnya. Laki-laki itu mau meminjamkan tasinya untuk aruna walaupun itu untuk membersihkan ingusnya, meminjamkan topi saat ia kepanasan, mengantar aruna pulang, bahkan mau berjalan saat terik matahari sedang panas-panasnya hanya karna zhaka tau aruna tidak mau ia bonceng.

Tapi, semua aruna tidak pernah memperlihatkan perasaannya. Ia tau,ada sesuatu yang tidak bisa ia kendalikan jika ia terus membiarkan perasaannya pada zhaka. Aruan berusaha memendam dan menekan perasaan yang ia punya, karna itu adalah cara terbaik untuk tidak menyakiti zhaka.

“maaf..”

Ucapnya sembari meletakkan kembali boneka tersebut ke tempat semula.

###

Aruna lagi-lagi meruntuk pada seiyan, pagi-pagi seiyan sudah menganggu minggu paginya dengan mengajak aruna untuk jogging kelling komplek. Awalnya aruna menolak,namun seiyan dengan kurang ajarnya mengancam aruna supaya ikut dengannya jika tidak, sepupunya itu akan mengadu pada bundanya.

ME VS THE MOST GUY (COMPLETE)Where stories live. Discover now