-Maaf-

24 5 0
                                    

           * Entahlah, sangat berat rasanya untuk memaafkanmu*

                                              + Now playing: Halsey- Sorry

     Dasha menggendong tas nya lalu segera pulang kerumah, raut wajahnya yang murung dan tak banyak bicara. Gadis itu terus berjalan membiarkan teman temannya yang ingin menggosipi dasha seperti apa ia tak peduli. Trauma itu kembali memasuki isi kepala dasha yang sebelumnya sudah ia lupakan selama bertahun tahun. Tak lama kemudian dasha sampai dirumah, ia tidak memberi salam, tidak mengetuk pintu, main nyelonong masuk aja dan mengunci pintu kamarnya. Intan melihat anaknya murung ia segera menghampirinya.

"Shaa..?" intan memanggil dasha dengan lembut dan mengetuk pintu. Namun tak ada jawaban dari dasha.

"Kenapa nak?" tanya intan

Mendengar intan, dasha memutuskan untuk mengeluarkan suaranya. "Dasha gak apa apa mah" sambil menahan isaknya

"Shaa.. kamu anak mamah, mamah tau kalau kamu lagi ada masalah. Ayolah cerita sama mamah gak baik di pendam sendiri nanti malah makin sakit" dasha masih menahan isaknya.

"Serius mah,, dasha gak apa apa cuma kecapean aja kok"

"Yaudah kalau kecapean istirahat ya, jangan lupa makan" dasha tak menjawab, ia terbungkam diam.

     Mendengar intan tidak bersuara lagi, dasha langsung memeluk gulingnya dengan erat, buliran air turun dari kelopak matanya. Ingin rasanya dasha berteriak tapi nanti disangka orang gila. Maka dasha memutuskan untuk menangis tanpa suara, sungguh itu sakit.

"Kenapa dateng lagi sih! Gue udah lupain lo bertahun tahun hiks.." dasha memukul kasurnya sambil menangis.

Dasha tertidur pulas hingga terbangun pada pukul 7 malam. Ia menuju kamar mandi dan langsung mencuci mukanya. Dasha melihat matanya yang merah sembab sehabis nangis, ia ingin keluar kamar namun tidak bisa jika matanya seperti ini. Takutnya mamahnya melihat mata dasha yang sembab ketahuan sehabis menangis, dashapun memilih untuk tetap dikamar dan membersihkan badan.

. . . .

     Malam itu ferris sedang di sebuah caffe yang pernah ia kunjungi bersama dasha. Ferris menyeruput hot cappucino latte-nya, ia menatap sekitar dan masih ada perasaan bersalah serta bertanya tanya. Apa trauma dibalik phobia dari gadis itu?. Ia mencoba menghubungi dasha namun hasilnya nihil, dasha tidak mengangkat telepon dari ferris, ferris mengacak rambutnya frustasi.

Ia mencoba menghubungi angel. Entah apa yang dilakukan oleh ferris, ia benar benar sangat ingin tahu.

"Halo ngel" seru ferris

"Eh, halo kenapa ris?"

"Ngel, gue pengen tau trauma dasha. Please.. gue pacarnya gue berhak tau" angel hanya terdiam

"Maaf ris kalo itu gue gak bisa"

"Ngel- pllease ngel gue butuh tau. Gue pacarnya, apa gue gak berhak nanya tentang trauma cewe gue sendiri?"

"Bu-bukan gitu ris. Cumaa gue udah janji sama dasha buat ga ngasih tau siapa siapa dan itu termasuk lo"

"Tapi ngel-"

"Udah dulu ya ris udah malem, bye" angel langsung mematikan panggilan tersebut. Ferris menghela napasnya gusar.

Keesokan harinya ferris melihat dasha dengan raut wajah yang masih sama seperti kemarin, dasha memasuki kelas tanpa bersuara seperti biasanya. Angel, callista, dan kinara hanya cemas melihat dasha dengan kondisi seperti ini. Murung, cenderung diam, menunduk, tak banyak tingkah.

This Love is Painfulजहाँ कहानियाँ रहती हैं। अभी खोजें