Now playing :Glenn fredly- sekali ini saja
"Bahagia ya disana, jangan lupain ferris. Kalo mau dateng aja kerumah"
-Ferris
Kejadian kemarin sangat menyedihkan. Kehilangan orang tua adalah salah satu hal yang tidak ingin dialami oleh seorang anak, dan ferris mengalaminya. Rasanya sangat sakit ditinggalkan oleh seseorang yang sangat akrab dan peduli padanya, hanya dia seorang.
Ferris, dasha, dan keluarganya pergi membawa tubuh ayah Ferris menuju rumah. Di kediaman ayah Ferris, terdapat Wilda yang mengeluarkan air matanya deras. Lalu keluarga Dasha mendoakannya serta Dasha yang senantiasa memeluk Ferris untuk menguatkannya.
Kabar meninggalnya ayah Ferris belum disebar luaskan pada teman-teman ferris maupun ayahnya. Selang beberapa jam, kabar itu pun disebar oleh Wilda pada teman Ferris, sahabat karib ayahnya, tetangganya dan teman Wilda.
Tak lama kemudian, para tamu berdatangan untuk memberi bela sungkawa dan berduka cita atas meninggalnya ayah Ferris.
"Gue turut berduka ya ris" ucap Dafa sambil menepuk-nepuk punggung Ferris.
"Thank's"
"Yaampun kasihan ya Ferris. Jam berapa sha meninggalnya?" tanya Callista.
"Sore, jam 5 an" ucap Dasha sambil melihat ke arah perempuan yang tidak asing mencipika-cipiki Ferris.
Dasha terbakar rasa cemburu namun cepat-cepat ia menghilangkan rasa cemburu itu dan melihat ke arah lain.
"Sha, itu bukannya Jessica ya? Eh tapi yang di belakangnya siapa?" Ahh iya Jessica, dasha baru mengingatnya.
"Yang dibelakangnya itu sahabatnya Jessica" sontak Callista dan Dasha menengok ke arah Kinara.
"Apa? Iya benar itu sahabatnya Jessica, masa gak tau sih?" Callista dan Dasha menggelengkan kepalanya.
"Ck. Namanya Loudren, dia pindahan dari Australia karna bapaknya orang sini jadi pindah kesini, karna kan dia besar di Australia. Ya gantian gitu deh pokoknya"
Loudren batin Dasha.
Makin banyak tamu yang berdatangan, namun Ferris memilih untuk naik ke atas memasuki kamarnya. Dasha yang melihat itu langsung mengejar Ferris namun secara perlahan dan sopan.
"Ris, kamu kenapa ke atas?" tegur Dasha.
"Mau refreshing aja"
Dasha berjalan mendekati Ferris. Melihat wajah Ferris terdapat kantung mata di bawah mata Ferris, ia tahu betul bagaimana kondisi Ferris sekarang. Lelaki itu hanya termenung diam menatap luar jendela, Dasha memecahkannya dengan menepuk bahu Ferris secara halus membuat lelaki itu menolehkan kepalanya.
"Sini" ucap Dasha menepuk pundaknya sendiri.
"Harusnya elo sha yang sini. Lo rela banget 3 hari nemenin gue"
"Lo tau? Gue tuh sayang sama lo, masa gue tinggalin cowo gue sendirian" ucap Dasha sambil tertawa kecil.
Ferris mengambil kepala Dasha dan manaruhnya di pundak Ferris lalu membekap gadis itu.
"Makasih" ucap Ferris.
"Untuk?"
"Semuanya" Dasha menyipitkan matanya.
"Mau kemana?" tanya Dasha.
"Ha? Gak kemana-mana, kenapa?"
"Biasanya tuh kalo cowo ngomong gitu, mau ninggalin cewenya entah kemana"
![](https://img.wattpad.com/cover/219401555-288-k949159.jpg)
YOU ARE READING
This Love is Painful
Teen FictionMengapa bisa mereka seperti itu disaat aku benar benar memiliki perasaan untuknya dan sudah jatuh terlalu dalam. Aku sebagai bahannya dan jika dia benar benar cinta padaku dia akan kalah dan mengeluarkan uang untuk lawannya, kurasa disinilah harga d...