day 4: procyon

3.8K 571 272
                                    

minho baru saja selesai berkutat dengan beberapa paper matematikanya. meski liburan, dia tetap tidak mau lepas tangan dan bermalas-malasan. setidaknya otak tetap harus diasah meski sedikit. biar tidak tumpul.

niatannya ingin membuat teh hangat di dapur urung karena sayup-sayup mendengar suara yang tidak asing di telinga. itu suara bi eka, dan satunya lagi suara jisung. tapi suara si manis seperti tertahanㅡmungkinkah dia menangis?

meski kurang sopan, minho akhirnya memutuskan untuk menguping karena didorong rasa penasaran. jadilah dia sekarang berdiri disamping pintu dapur seperti patung kayu yang ada disebelahnya. nah, sekarang minho bisa mendengarkan pembicaraan ibu dan anak itu dengan jelas.

"tapi jisung mau pergi buk'e."

"ndak jisung! kamu pikir apa yang kamu minta sekarang?!"

"t-tapi, tapi daehwi sama ucup pergi. jisung janji ndak akan pulang malam, hiks."

"sekali ndak ya tetap ndak!"

"buk'e, jisung mohon, hiks.. jisung sudah janji sama mereka."

"sekarang mending kamu balik ke kamar terus belajar, besok hari senin. jangan sampai buk'e marah sama kamu nak." suara bi eka memelan.

yang lebih muda berakhir dengan menunduk kecewa. langkahnya gontai saat keluar dari dapur, bahkan tak sadar dengan kehadiran minho yang tengah menempel di dinding seperti cicak.

penasaran, minho akhirnya mengikuti jisung dari belakang. saat jisung sudah hilang dibalik pintu kamar, dia memutuskan untuk mengetuk.

suara serak nan kecil itu mengizinkan, dan minho dengan hati-hati membukanya. aroma lembut bunga lavender adalah hal pertama yang menyapa saraf penciuman ketika dia memasuki kamar jisung.

"m-mas minho?!" jisung yang sadar ternyata itu adalah minho buru-buru mengusap air matanya. sial, dia kira itu ibunya.

"em, saya boleh duduk nggak?"

"b-boleh, silahkan mas." dengan canggung jisung bergeser, membiarkan minho duduk di sebelahnya. kepalanya menunduk dan jemarinya ditautkan, malu karena kepergok menangis meski usianya sudah 16 tahun. jisung memang berhati rapuh, dia mudah sekali menangis hanya karena hal kecil yang menyakiti hatinya.

"jisung kenapa? tadi mas nggak sengaja dengar habis kena marah ibukmu ya?"

minho mendapat anggukan.

"memangnya jisung minta apa sampai buat bi eka marah?"

"jisung mau pergi ke pasar malam, sama daehwi, sama ucup juga."

"ya pantas kamu dimarahi."

"t-tapi kanㅡ"

"ini sudah malam ji, bi eka cuma nggak mau kamu kenapa-napa. kalau siang saja masih rawan, gimana kalau malam?"

"tapi masㅡ" jisung merengek, matanya berkaca-kaca lagi. "jisung udah lama banget ndak ke pasar malam, jisung juga sudah janji sama teman jisung."

pipi dan hidung merah jisung terlihat cantik sekali ditengah temaram lampu kamar. minho jadi terpesona.

tiba-tiba sekilas ide muncul diotaknya. dengan pelan dia meraih jemari jisung, "kalau pergi bareng saya mau? saya temenin. nanti biar saya bantu ngomong ke bi eka."

jisung yang awalnya sudah putus asa mendongak dengan mata berbinar, "betul mas? mas minho mau bantu jisung?"

"iya."

"mau. jisung mau." pria manis itu sumringah, kontras dengan pipinya yang basah karena air mata.

akhirnya minho berjalan kembali kedapur dengan jisung yang meremat kain kemejanya dibagian pinggang dari belakang.

candala | minsung ✔Wo Geschichten leben. Entdecke jetzt